Pontianak Post

Page 17

metropolis Wanita 116 Tahun Pontianak Post

Selasa 25 Mei 2010

Solidaritas

AMAN Dukung Warga KETUA Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kalbar, Sujarni Alloy menyatakan sangat mendukung aksi warga Sambas yang menuntut pencabutan izin dua perkebunan sawit. “Saat ini dunia sedang menggaungkan tentang hak-hak masyarakat adat dan masyarakat sipil. Tak ada kata lain, pemerintah mestinya berpihak ke masyarakat,” katanya kemarin. Sujarni menyebutkan, protes yang disSujarni Alloy ampaikan ribuan warga melalui Forum Gerakan Kebangkitan Rakyat Sambas (GKRS) mengindikasikan ada sesuatu yang tidak beres dalam proses penerbitan izin atau pembangunan dua perusahaan sawit milik PT Patiware I dan PT Agrowiratama. Karena itu, Bupati Sambas disarankan untuk segera mencabut izin yang telah diterbitkan. “Dalam proses perizinan, mestinya ada ruang publik, ada sosialisasi,” ujarnya. Pemerintah setempat diharapkan berani untuk mencabut izin perusahaan yang melakukan sesuatu tidak sesuai prosedur. Pemerintah menurutnya tidak perlu takut jika di-PTUN-kan oleh pihak perusahaan. “Itu sudah risiko. Jika dalam prosesnya pemerintah sudah benar, mestinya pemerintah u Ke Halaman 23 kolom 1

Kesehatan

PONTIANAK - Petugas pencacah lapangan Badan Pusat Statistik Kota Pontianak menemukan perempuan berusia 116 tahun, Rafiah binti Saleh, di Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara, Senin (24/5). Untuk memastikan usia Rafiah, petugas melakukan pengecekan mulai dari anak, cucu, cicit, hingga buyutnya. Dari pihak keluarga diketahui, Rafiah lahir di Mempawah pada 1894. Ia menikah dengan suaminya, Syarif Muhammad bin Syarif Hasan pada usia belasan tahun. Suami Rafiah meninggal sekitar 40 tahun lalu. Sejak itu, Rafiah tidak menikah lagi. Dari pernikahannya, lahir 13 anak. Sekarang ini, hanya tersisa tiga anak yang masih hidup, sedangkan 10 lainnya telah meninggal dunia. Anak yang tersisa adalah putra keempat, Syarif Syech Ahmad yang kini berusia 84 tahun. “Selain abang, yang masih hidup adalah saya. Saya anak kesebelas dan berusia 60 tahun. Setelah itu anak ketiga belas, yakni Syarifah Nurjanah. Usianya 55 tahun,” ujar Syarifah Fatimah, anak ke-11 Rafiah. Saat ditemui Kepala BPS Kalbar, Iskandar Zulkarnaen dan Kepala BPS Kota Pontianak, Efliza, Rafiah hanya diam di tempat tidur saja. Ia didampingi anak-anaknya. Sesekali Rafiah bercerita tentang kehidupannya. “Waktu zaman Jepang, anak saya sudah dua,” ujarnya kemudian diam kembali. Menurut Fatimah, ibunya tidak bisa berjalan lagi sejak lima tahun lalu. Ingatannya juga mulai berkurang. Namun, sebelumnya Rafiah selalu ingat tentang kehidupan masa

17

lalunya, termasuk kisah Sultan Hamid II. “Ibu saya pindah ke Pontianak saat zaman Sultan Hamid II,” katanya. Fatimah berbagi cerita tentang resep panjang umur ibunya. Sejak muda, Rafiah tidak pernah mengonsumsi makanan mengandung penyedap rasa. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan hasil kebun sendiri. Petugas pencacah l a p a n ga n B P S , Nanang Wijanarko memastikan usia Rafiah benar 116 tahun. “Kami sudah merunut dari anakanaknya,” ujar Nanang. Hingga saat ini, Rafiah memiliki cucu sedikitnya 40 orang, 25 cicit, dan buyut l i m a orang.

Cucu tertua berusia lebih dari 50 tahun, cicit tertua berusia 22 tahun, dan buyut tertua berusia enam tahun. “Bu Rafiah ini yang tertua di Pontianak Utara. Kalau di wilayah lain saya tidak tahu,” katanya. Kepala BPS Kal b a r, I s k a n d a r Zulkarnaen mengatakan hingga kemarin proses sensus penduduk 2010 di Kalimantan Barat mencapai 82 persen. “Untuk data entri di Kalbar sudah lebih

Siap Tangani DBD PEMERINTAH Kota Pontianak menganggarkan sedikitnya Rp2 miliar untuk menangani penyakit menular musiman tahun ini, termasuk demam berdarah dengue. “Anggaran untuk setiap penyakit bervariasi. Anggaran ini juga untuk berbagai program,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Multi Juto Bhatarendo di Pontianak belum lama ini. Antisipasi DBD ini juga dilakukan pada Multi JB 22 ribu anak-anak melalui jaminan kesehatan Kota Pontianak. “Sebanyak 22 ribu pelajar kan mendapatkan jamkesko. Secara otomatis jamkesko ini juga untuk mengantisipasi jika terkena DBD,” kata Multi. Hingga minggu ke 18 tahun ini, DBD hanya 52 kasus dan tidak mengalami peningkatan. Bahkan, dua minggu terakhir tidak ada kasus baru. Multi menjelaskan Dinas Kesehatan menguatkan program pemberantasan sarang nyamuk untuk mencegah DBD. “Anggaran DBD ini juga untuk kegiatan fogging massal. Tetapi saya berharap tidak ada lagi peningkatan u Ke Halaman 23 kolom 1

Bekelit

Ilustrasi kekes

dari 50 persen,” ujar Iskandar di Kecamatan Pontianak Utara kemarin. Pelaksanaan sensus tinggal sepekan, yakni hingga 31 mei 2010. Namun masih banyak keluhan masyarakat tentang belum adanya petugas sensus yang datang ke rumahnya. Salah satunya diungkapkan Mujiono, warga Kecamatan Pontianak Kota. “Tetangga saya sudah di sensus. Tetapi saya belum,” ujarnya. Menanggapi hal itu, Iskandar mengatakan seandainya ada warga yang tidak tercatat hingga 31 Mei 2010, diharapkan melapor ke Ketua RT. Nantinya petugas akan mengunjunginya. Batas akhir waktu lapor ini pada 7 Juni mendatang. “Jika tidak ada melapor hingga lewat 7 Juni, maka kami anggap kegiatan sensus sudah final,” katanya. Kepala BPS Kota Pontianak, Efliza menambahkan pelaksanaan sensus memiliki jadwal. “Ada jadwal pelaksanaan yang 26 Mei hingga 31 Mei. Bagi yang belum didatangi petugas sensus, bisa melihat jadwal di kelurahan,” ujar Efliza. Untuk Kota Pontianak, hingga sekarang kegiatan sensus mencapai 80 sampai 90 persen. Pelaksanaannya tidak mengalami kendala. “Karena banyak imbauan dari berbagai pihak termasuk pemkot dan dewan. Jadi tidak ada masalah,” kata Efliza.(uni)

Kualitas LH Kalimantan Buruk

MUJADI/PONTIANAK POST

LANDASAN PACU: Bandara Supadio yang diusulkan pengembangan, khususnya landasan pacu.

Dorong Pengembangan Bandara PONTIANAK - Komisi C DPRD Kalimantan Barat mendorong pengembangan Bandar Udara Supadio Pontianak, khususnya pembangunan landas pacu baru, jalan akses dan peralatan bantu pendaratan, paling lambat tiga tahun anggaran ke depan. Hal itu ditegaskan Ketua Komisi C DPRD Kalbar Mulyadi H Yamin didampingi Sekretaris Komisi C DPRD Kalbar Andi Aswad, usai pihaknya melakukan kunjungan kerja ke Kementerian Perhubungan. Menurutnya, pemerintah telah menyetujui pengembangan bandara itu dengan mengelontorkan dana sebesar Rp300 miliar. Selain itu, sambungnya, untuk pembangunan terminal, juga diperlukan sharing anggaran dari Pemprov Kalbar sebesar Rp30 miliar. Untuk pembangunan landas pacu baru (runway), landas hubung (taxiway), jalan akses, sistem drainase dan peralatan bantu pendaratan, diperkirakan menelan dana sebesar Rp700 miliar. Agar terjadi koordinasi dan sinkronisasi antara daerah dan pusat, Komisi C menyarankan agar pengelola dana APBN Bandara Supadio Pontianak membentuk satuan kerja baru dan berkedudukan di Pontianak. u Ke Halaman 23 kolom 5

PONTIANAK - Di Indonesia, kualitas lingkungan hidup Pulau Kalimantan adalah yang terburuk kedua setelah Pulau Jawa. Di kedua pulau tersebut, skor kualitas lingkungan rata-rata berada di bawah 60. Hal ini berdasarkan hasil studi dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. “Di Jawa, rata-rata skornya 40-50. Sedangkan di Kalimantan skornya 40 ke atas tetapi tidak sampai 60. Skor tertinggi di Sulawesi Utara dengan skor sekitar 78,” kata Asisten Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup, Johny P Kusumo kemarin di Pontianak. Indikator penilaian kualitas lingkungan yang dijadikan ac-

uan dalam studi tersebut terdiri atas tiga komponen yaitu penutupan lahan, kualitas air dan kualitas udara. “Bisa kita lihat sendiri, dari udara penutupan lahan di Kalimantan banyak yang sudah gundul, pencemaran air juga tinggi dari PETI dan sebagainya. Kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi di Kalimantan juga sudah membuat kualitas udara menjadi jelek,” jelasnya. Tiga indikator yang menjadi acuan penilaian ini hanya bersifat sementara. Pemerintah berencana untuk menambah indikator-indikator lain sehingga hasil studi menjadi lebih komprehensif. Tetapi meskipun hanya dengan tiga indikator, sudah diperoleh gambaran u Ke Halaman 23 kolom 1

Rumjab Wakil Ketua DPRD Bakal Dijual PONTIANAK - Pemerintah Kota Pontianak tidak akan menjual gedung kantor terpadu. Namun, pemkot berniat menjual rumah jabatan wakil ketua DPRD. Dua rumah itu berada di kantor Bank Indonesia di Jalan Abdurachman Saleh. “Mengapa harus menjual gedung kantor terpadu. Kita saja kekurangan kantor. Justru yang mau saya jual dan ajukan persetujuan dewan adalah rumah jabatan Wakil Ketua DPRD Kota Pontianak,” ujar Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, Senin (24/5). Sutarmidji berniat menjual rumah jabatan karena sudah dibangun namun tidak ditempati. Rumah jabatan hanya dua buah. Namun pimpinan dewan ada tiga orang dan masing-

masing memiliki rumah pribadi. Sehingga rumah yang ada menjadi mubazir karena tidak difungsikan. “Saya meminta persetujuan agar bisa dilelang senilai Rp7,5 miliar,” kata Sutarmidji. Hasil penjualan tersebut dimasukan ke kas daerah. Penggunaannya tergantung dari persetujuan dewan. “Jika dikatakan untuk peningkatan jalan lingkungan, kita gunakan. Jika dibilang untuk pembangunan rumah kumuh, ya kita gunakan,” ujarnya. Terkait kantor terpadu, Sutarmidji menjelaskan dirinya dilantik menjadi wali kota pada 22 Desember 2008. Ketika itu draf APBD sudah disusun dan disampaikan. Bahkan telah u Ke Halaman 23 kolom 1

Keseharian Pengurus Shelter Penampungan TKI di Kuching

Lebih Enak Mengasuh Anak Kecil, Perlu Kesabaran Ekstra Tidak mudah mengurus tenaga kerja ilegal yang ditampung di shelter. Menghadapi orangorang yang usianya sudah dewasa membutuhkan kesabaran. Inilah yang dialami Kumaya. Perempuan 42 tahun ini menjadi penanggungjawab atas semua TKI yang ditampung. Bagaimana Kumaya menghadapi tenaga kerja dengan beragam karakter? WAHYU ISMIR Kuching

WAHYU/PONTIANAKPOST

SHELTER: Aktivitas tenaga kerja yang ditampung di shelter, Kuching.

RUANG dapur di Shelter penampungan, Kuching Malaysia, saat itu terlihat begitu ramai. Sore itu, ibu-ibu TKI ilegal yang tertampung di sana sedang asik memasak untuk hidangan makan malam. Sesekali terdengar canda tawa mereka sambil menggoreng bumbu atau memotong sayuran, serta membersihkan dapur. Di antara para TKI tersebut, terlihat sosok seorang ibu yang juga cekatan membantu memasak di dapur. Dia adalah Kumaya, salah seorang pengurus shelter yang bertindak sebagai penanggung jawab. Meskipun sebagai pimpinan di shelter, tak membuat Kumaya sungkan untuk terjun langsung membantu TKI asuhannya memasak di dapur. “Beginilah pekerjaan sehari-hari saya, selain mengawasi mereka, saya juga ikut memasak di dapur. Sampai berbelanja kebutuhan sehari-hari u Ke Halaman 23 kolom 1


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.