Pontianak Post

Page 10

INTERNASIONAL

10

Pontianak Post

Minggu 16 Mei 2010

Noynoy, The Next Aquino beban berat itu pada pundak mudamu, anakku” Menyandang nama Aquino, Noynoy baru terjun ke kancah politik pada 1998 sebagai anggota dewan perwakilan rakyat atau delapan tahun setelah Cory Aquino, ibunya, tidak lagi menjabat presiden. Sebelumnya, dia berkeliling dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Termasuk sebagai staf pemasaran Nike Filipina pada 1985. Sebagai politikus, Noynoy pun kerap mengecam kebijakan pemerintah Filipina yang dinilainya tak sesuai. Dia juga berani mengecam Gloria Macapagal Arroyo, presiden Filipina, mantan dosen ekonominya di Ateneo de Manila University. Termasuk soal kebijakan yang menyengsarakan rakyat dan menjerumuskan Filipina dalam korupsi.

Filipina memang bak panggung bagi keluarga Aquino. Sejak sekitar tiga dekade silam, nama famili Aquino selalu menghiasi jalur sejarah negeri kepulauan tersebut. Ada kisah terbunuhnya senator yang melawan kediktatoran, kisah wanita yang memimpin people power, hingga kini kemenangan Benigno Aquino III pada pemilihan umum Filipina.

BENIGNO Simeon Cojuangco Aquino III (Noynoy) baru berumur 23 tahun ketika ayahnya, Benigno Servillano Aquino Jr (Ninoy), tiba di Bandara Internasional Manila pada 21 Agustus 1983. Nama Ninoy ketika itu memang sudah mendapat tempat khusus di hati sebagian besar rakyat Filipina. Namanya moncer sebagai ikon perlawanan terhadap rezim kediktatoran Ferdinand Marcos. Ninoy, ayah Noynoy, adalah wali kota termuda dalam sejarah Filipina. Dia memimpin Kota Concepcion saat berumur 22 tahun pada 1955 – 1959. Ketika berumur 27 tahun, dia menjadi wakil gubernur Provinsi Tarlac pada 1959 – 1961. Dia lantas menjadi gubernur Tarlac pada 1961. Umurnya 29 tahun ketika itu. Dia memerintah hingga 1967. Sejarah Ninoy belum berhenti. Dia juga terpilih menjadi senator termuda dalam sejarah tatkala berumur 34 tahun. Sebagai anak muda, dia tak gentar menggelorakan perlawanan terhadap Marcos. Sejumlah kebijakan Marcos yang tidak pro-rakyat dia tentang. Karena itu, Ninoy disingkirkan. Pada 1972, saat Marcos mengumumkan darurat militer, dia sudah dipenjara oleh rezim diktator tersebut. Delapan tahun di penjara, Ninoy sakit-sakitan. Atas tekanan, Marcos akhirnya mengizinkan Ninoy pergi ke Amerika Serikat untuk operasi jantung. Tiga tahun dia hidup di Negeri Paman Sam tersebut.

NOYNOY AQUINO Lalu tibalah hari itu, 21 Agustus 1983. Ninoy memutuskan pulang ke Filipina. Marcos sudah sakit-sakitan ketika itu. Tapi, Ninoy akhirnya tak sempat menginjakkan kaki di tanah kelahirannya tersebut. Masih menapaki tangga pesawat, dia sudah dihajar peluru militer. Pemakaman Ninoy dihadiri lebih dari dua juta orang. Kematian itu menjadi simbolisasi oposisi terhadap Marcos. Revolusi people power pun dimulai. Nama Corazon ‘Cory’ Aquino, janda Ninoy, kemudian muncul. Cory, wanita yang mengaku sebagai ibu rumah tangga biasa yang pemalu tersebut, tampil memimpin rakyat, hingga akhirnya terpilih sebagai presiden. Sekali lagi, nama dinasti Aquino menempati posisi khusus dalam hati orang-orang Filipino. Surat Warisan Ayah Tak bisa dimungkiri, citra besar yang dibangun Ninoy dan Cory ikut melambungkan nama Noynoy, satu-satunya lelaki di antara lima anak pasangan

tersebut. Noynoy pun sadar betul bahwa menyandang nama Aquino bukan perkara enteng. Ada warisan besar yang terkandung di dalam nama itu. Pada 25 Agustus 1973, Noynoy menerima sepucuk surat dari ayahnya dalam penjara. Lewat surat itu, ayahnya menegaskan warisan besar nama Aquino tersebut. Berikut petikan surat tersebut: Nak, kamu adalah satu-satunya anak lelakiku. Kamu membawa namaku dan nama ayahku. Aku tak punya harta untuk kutinggalkan padamu. Aku tak pernah bisa menumpuk kekayaan karena aku melayani rakyat kita. Untuk itu, aku minta maaf. Satu-satunya yang berharga yang kutinggalkan padamu adalah nama yang kamu sandang. Aku telah berupaya keras dalam tahun-tahun hidupku untuk melayani masyarakat demi menjaga nama itu tetap harum dan dihargai. Kini, aku mewariskan nama itu padamu, masih sama baiknya ‘semoga’ saat ayahku mewariskan nama itu padaku. Maafkan aku karena aku menempatkan

Kampanye Melawan Korupsi Kemenangan Noynoy pada pemilu Filipina boleh jadi menjadi cermin kekecewaan rakyat yang haus akan keadilan dan pemerintahan bersih. Agenda utama kampanye Noynoy, sapaan akrab Benigno, yang akan memberantas korupsi menjadi angin segar di tengah pesimisme pemilih. Pesimisme itu muncul dari akumulasi ‘lemahnya’ penegakan hukum yang dijalankan rezim Gloria Macapagal Arroyo. Kesan itu muncul atas berlarut-larutnya proses hukum terhadap kasus korupsi mantan Presiden Joseph Estrada. Bahkan, Sang Mantan Presiden bebas melenggang maju sebagai salah satu calon presiden, pesaing terdekat Noynoy. Berdasar hasil survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC), para pebisnis ekspatriat menilai, Filipina adalah negara terkorup di Asia. Survei yang diadakan oleh lembaga yang bermarkas di Hongkong tersebut melibatkan 1.476 eksekutif bisnis asing di 13 negara Asia. Berdasar survei selama Januari hingga Februari itu, indeks korupsi

perekonomian Filipina mencapai 9,40. PERC menetapkan nol sebagai indeks paling bersih dari korupsi dan 10 sebagai angka paling korup. Indeks korupsi Filipina di bidang perekonomian melorot menyedihkan jika dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 7,80. PERC yang selama ini menjadi penasihat sejumlah pemerintahan di Asia dan banyak perusahaan swasta itu mengatakan, orang-orang sudah merasa lelah dengan sikap pejabat yang tak memenuhi janjinya untuk memberantas korupsi. Melorotnya indeks korupsi Filipina membuat negara tersebut menggantikan posisi Indonesia sebagai negara terkorup di

Asia. Memburuknya perekonomian Filipina dua tahun terakhir juga dinilai sebagai akibat dari pemerintahan yang korup. Pada 2008, defisit anggaran negeri itu mencapai USD1,4 miliar (Rp12,7 triliun). Bahkan, untuk tahun ini, defisit anggaran Filipina mencapai rekor tertinggi, yakni USD6,6 miliar (hampir Rp60 triliun). Melihat buruknya kondisi ekonomi dan peyotnya citra pemerintahan Arroyo yang bertahan selama dua periode, kata-kata ‘lawan korupsi’ menjadi sangat ‘seksi’ di Filipina. Di sinilah gayung janji antikorupsi dan pemerintahan bersihnya Noynoy disambut oleh para pemilih. (chandra kurnia/dos)

BIODATA NOYNOY AQUINO Nama : Benigno Simeon Cojuangco Aquino III Lahir : 8 Februari 1960 Ayah : Benigno Servillano Aquino Jr (Ninoy) Mantan senator yang berseberangan dengan presiden Ferdinand Marcos Dibunuh pada 21 Agustus 1983 di Bandara Internasional Manila (kini bernama Bandara Benigno Aquino). Ibu : Maria Corazon Sumulong Cojuangco Aquino (Cory) - Namanya melambung sebagai perlawanan rakyat setelah Ninoy dibunuh. - Terpilih sebagai presiden Filipina pada 1986. Dia presiden ke-11 Filipina dan perempuan pertama menduduki kursi presiden. - Meninggal pada 1 Agustus 2009 karena kanker. Kakak : - Maria Elena Aquino Cruz (Ballsy) - Aurora Corazon Aquino Abellada (Pinky) Adik : - Victoria Eliza Aquino Dee (Viel) - Kristina Bernadette Aquino Yap (Kris) Pendidikan: Bachelor of Art bidang ekonomi dari Ateneo de Manila University, lulus 1981. Karir: - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (House of Representative) mewakili distrik Tarlac pada 1998. Dia terpilih lagi pada 2001 dan 2004. - Anggota Senat sejak 2007. - Wakil Ketua Partai Liberal Estimasi kemenangan: Pada 14 Mei, ABS-CBN mengalkulasi bahwa Aquino dipilih oleh 14,01 juta orang atau sekitar 42 persen dari 33,38 juta suara yang sudah dihitung. Estrada di peringkat kedua dengan 26,6 persen suara yang telah dihitung. Sekitar 5 juta suara lagi masih dalam proses penghitungan. (sumber: Reuters)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.