Pontianak Post

Page 2

Cover Story

2

Pontianak Post

Senin 13 April 2009

Saiful Mujani; Bos Lembaga Survei Indonesia

Anak Kiai yang Sempat Kuliah di Kedokteran Ketika hari H pemilu 9 April lalu, wajah Saiful Mujani terus muncul di salah satu televisi swasta. Bersama Lembaga Survei Indonesia yang dia pimpin, Saiful mengulas hasil pesta demokrasi itu, termasuk me-launching hasil quick count. Bagaimana dia bekerja? ’’AYAH, Ayah, ada tamu,’’ teriak Jagad Alit, 6, dengan suara lantang. Remote control televisi di tangannya ditaruh, lalu dia bergegas ke lantai atas. Tak berapa lama, ayahnya, Dr Saiful Mujani, turun tangga. Peraih disertasi terbaik di Ohio State University itu hanya mengenakan kaus dan celana pendek selutut. Seuntai tasbih besar warna putih tergantung di leher. ’’Halo, apa kabar,’’ sapanya dengan senyum ramah. Rumah Saiful berada di Puri Laras II, hanya beberapa puluh meter dari lokasi pengungsian korban Situ Gintung di wisma Kertamukti, Ciputat. Tepatnya di utara kampus Pascasar-

kepalang. Apalagi pada hari H contrengan dan sehari setelahnya. ’’Saya stand by 48 jam,’’ ujarnya. LSI memang dikontrak secara eksklusif oleh sebuah televisi berita untuk secara real time melaporkan hasil contrengan kepada masyarakat. ’’Alhamdulillah, semua lancar. Masyarakat menjadi tenang karena hasilnya –meskipun berbasis survei– sudah kelihatan. Yang pusing hanya politisi dan caleg-caleg,’’ tuturnya. Untuk menyiapkan survei itu, LSI tak main-main. Mereka merekrut 2.500 surveyor untuk memantau 2.100 TPS di seluruh Indonesia. ’’Ada pengawasan berjenjang antara surveyor dan koordinator. Juga harus dilengkapi dokumen yang ditandatangani ketua KPPS (kelompok panitia pemungutan suara) setempat,’’ kata Saiful. Data itu dikirim dengan menggunakan e-mail dan SMS. Sedangkan data mentah berupa kertas laporan dikirim melalui faksimile. ’’Kami juga cek apakah surveyor benar-benar sampai di lokasi yang ditentukan,’’ tambahnya. Karena itu, sebelum survei, LSI terlebih dahulu meminta

SANTAI: Saiful Mujani bersama anaknya.

Pemilu 2009,’’ ujarnya. Di LSI pimpinan Saiful, objektivitas dan kejujuran adalah harga mati. Tak bisa ditawar. ’’Kami mengharamkan surveyor berkomunikasi dengan partai politik. Dari semua

jana UIN Syarif Hidayatullah. ’’Sebenarnya kompleks ini juga menyumbang musibah di Situ Gintung. Sebab, resapan airnya menjadi berkurang,’’ katanya. Sabtu lalu (11/04) benarbenar dimanfaatkan Saiful untuk keluarga. Maklum, sejak beberapa bulan sebelum pemilu, pimpinan Lembaga Survei Indonesia (LSI) itu sibuk bukan

data TPS dari KPUD setempat. ’’Kami tentukan TPS nomor sekian, desa ini, kelurahan ini, kecamatan ini. Tidak boleh meleset dan harus sampai ke sana,’’ ujar Saiful. Agar surveyor tidak malas, Saiful tak segan menelepon langsung petugas PPK di tingkat desa setempat. ’’Kami bersyukur karena semua bekerja keras. Mereka ikut bangga menjadi bagian dari sejarah

riset dan survei kami, parpol tidak mungkin intervensi,’’ tegasnya. Dia mengeluhkan maraknya lembaga yang mengaku lembaga survei, namun tidak independen. ’’Masak ada yang

foto jpnn

mengumumkan calon pemenang pemilu dalam nomor urut, tapi setelah ditanya angkanya berapa, nggak mau menjawab. Berapa respondennya juga nggak mau menjawab. Itu mencoreng etika ilmu, bukan kerja survei, tapi kerja konsultan politik,’’ katanya. Prinsip Saiful yang teguh memegang prinsip sudah muncul sejak kecil. Dia dilahirkan dari keluarga kiai di Serang, Banten, pada 8 Augustus 1962. Perjalanan studinya cukup unik. Dari kedokteran, perbandingan agama, tasawuf, filsafat, sosiologi, lalu ke ilmu politik terapan. Saiful mengaku sebagai tipe orang yang selalu bergairah dan total mendalami bidang studi baru

yang dia minati. Saat memutuskan kuliah di IAIN Jakarta, Saiful justru dimarahi ayahnya. Padahal, sang ayah, KH Syamsuddin, adalah tokoh agama di Serang dan pengurus ormas Islam setempat, Mathlaul Anwar. Sudah lama orang tuanya mengarahkan Saiful kuliah bidang umum. Mau menjadi dokter, ekonom, atau insinyur. Karena itu, awalnya Saiful kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta. Tapi, dia hanya bertahan dua tahun. Saiful meminati kajian perbandingan agama. Masuklah dia ke IAIN Jakarta, mendalami tasawuf dan filsafat. Di luar kampus, Saiful mendalami ilmu-ilmu sosial hingga menjadi fans berat Marxisme. Saat mendapat beasiswa Fullbright ke Amerika Serikat, dia memilih sosiologi agama. Maunya berguru kepada Peter L. Berger di Universitas Boston. Tapi, belum sampai berangkat, Saiful pindah ke ilmu politik di Ohio State University. Alasannya sepele: karena provokasi seniornya, Bahtiar Effendy, yang baru lulus doktor ilmu politik di Ohio. Kampus itu didominasi para profesor berorientasi survei. Pada Pemilu 1999, Saiful menyiapkan proposal survei nasional yang lebih akademik. Dia menggandeng gurunya, Bill Liddle. Dukungan dana diperoleh dari National Science Foundation, lembaga pemerintah Amerika yang paling bergengsi menopang riset. Saiful merangkul Laboratorium Ilmu Politik Universitas Indonesia. Di situ bergabunglah Eep Saefulloh Fatah dan Valina Singka. Survei digelar seminggu setelah Pemilu 1999. Temanya, menggali kecenderungan pemilih Indonesia. ’’Itulah survei akademik pertama berskala nasional pascareformasi,’’ ujar Saiful. Sampelnya 2.488, ditarik dengan multistage random dari 26 provinsi. Mulai Aceh hingga Papua. Saiful ketagihan. Maka, pada 2001 dan 2002, Saiful

menggelar survei nasional lagi dengan menggandeng Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Jakarta. Temanya, kaitan Islam dan kultur demokrasi. Itulah basis data disertasi doktor Saiful yang kemudian menjadi disertasi terbaik. Judulnya, Religious Democrats: Democratic Culture and Muslim Political Participation in Post-Soeharto Indonesia. Nama Saiful pun makin diperhitungkan. Dia sempat digandeng Rizal Mallarangeng untuk ikut menjadi peneliti di Freedom Institute. ’’Sebenarnya survei di Indonesia itu lebih dahsyat. Kalau di Amerika atau Eropa, mereka sudah punya infrastruktur yang kuat. Telepon sudah ada di setiap tempat. Di Indonesia, surveyor harus berjalan kaki dua tiga hari sebelum sampai lokasi yang dituju,’’ katanya. Pulang dari Ohio, terbentuklah Lembaga Survei Indonesia (LSI). Nama lembaga itu usul Saiful. Dia pula yang menjadi arsitek awal perancang desain dan instrumen risetnya dan sekarang memimpin lembaga yang berkantor di Jalan Lembang Terusan, Menteng, Jakarta Pusat, itu. Saat masih asyik berbincang dengan Jawa Pos, Jagad, putra bungsunya, melompat dan meminta dipangku. Jagad dan Saiful sangat akrab. Kadang Saiful menemani bermain piano yang berada di ruang tamu, atau mengajak anak bungsunya yang lahir bertepatan dengan wisuda gelar doktor itu ke kampung kelahirannya, Banten. ’’Dia sering bertanya soal survei, ibunya yang biasanya menjelaskan,’’ ujarnya. Istri Baiquniyah adalah temannya saat kuliah di UIN. Dua anaknya yang lain, Putri Matahari (baru saja lulus SMU) dan Berlian Khatulistiwa (baru lulus SMP), juga sering menonton langsung ayahnya di televisi. ’’Kalau saya pulang, kadang sering menerima saran dari anak-anak. Ayah tadi kurang begini, kurang begitu,’’ katanya, lantas tersenyum. (rdl/ kum)

ingin pasang iklan di...

Pontianak Post Call aja...disini...

735071 gedung GRAHAPENA Lt.2 Jl. Gajahmada No. 2-4 Pontianak


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.