Pontianak Post

Page 19

OPINI

Pontianak Post Rabu Selasa 7 Juli2008 2009 Pontianak Post 3 Juni

19

Capres - Cawapres Bermutu

Editorial

Berharap Berkah Pilpres

Besok, bangsa ini melaksanakan pemilihan presiden. Ada tiga pasang capres-cawapres yang bertarung. Siapa pun pemenangnya, kita berharap bakal memberikan sentimen positif pada perekonomian nasional yang mulai lesu darah. Tahun ini akse­lerasi perekonomian melambat lantaran terimbas krisis global. Menurunnya pertumbuhan global menyusul runtuhnya perekonomian negara maju sedikit banyak telah memukul Indonesia. Tapi, Indonesia masih terbilang beruntung. Karena kaya akan sumber daya alam, punya penduduk besar, dan mengandalkan produk primer, perekonomian kita masih bisa tumbuh positif. Bandingkan dengan negara-negara lain yang rata-rata stagnan atau negatif. Namun, itu saja tidak cukup. Memasuki pertengahan tahun, negeri ini seperti kehabisan bensin. Tak ada lagi instrumen yang mampu memberi trigger agar roda ekonomi kembali berputar kencang. Indikator paling gampang dapat dilihat dari perkembangan kurs rupiah terhadap dolar AS dan indeks harga saham gabungan (IHSG). Entah mengapa, dalam sebulan terakhir kedua indikator itu seperti hanya mondar-mandir di level tertentu. Seolah tanpa daya untuk menembus titik tertinggi terbaru (breaking new high) seperti yang dilakukan enam bulan berturut-turut. Padahal, negeri ini masih punya modal kuat. Ketika ekonomi negara lain melambat, bahkan minus, Indonesia mampu mencatat pertumbuhan positif. Hanya sedikit negara yang bisa seperti itu, di antaranya Tiongkok dan India. Selain itu, tren kenaikan harga-harga atau inflasi terus melandai. Berdasar laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan pekan lalu, inflasi kalender (Januari-Juni) hanya 0,21 persen, sedangkan inflasi tahunan (year on year) 3,65 persen. Menurunnya inflasi membuat Bank Indonesia (BI) kian berani mengoreksi suku bunga. Pekan lalu bank sentral juga mengoreksi suku bunga acuan BI rate dari 7 persen menjadi 6,75 persen. Suku bunga sebesar itu adalah yang terendah sepanjang sejarah. Dengan suku bunga sebesar itu, mestinya perekonomian bisa melaju lebih kencang lantaran mendapat guyuran kredit murah. Namun, kenyataan berbicara lain. Indikator ekonomi yang paling mudah dibaca, yakni IHSG tetap maju mundur seakan kehabisan energi. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa kali ini faktor nonekonomi lebih kental. Bisa jadi, pelaku ekonomi masih menanti pilpres yang dilaksanakan pada 8 Juli. Kita berharap apa yang terjadi di India menular ke Indonesia. Sewaktu Manmohan Singh kembali terpilih menjadi PM India pertengahan Mei lalu, pasar langsung merespons luar biasa. Kemenangan Manmohan Singh dari Partai Kongres menumbuhkan harapan akan stabilitas politik sekaligus membuka peluang reformasi ekonomi. Dalam sehari, indeks saham di Bursa Efek India (NIFTY) meroket 17 persen dengan transaksi saham USD 13 miliar. Pertumbuhan sebesar itu adalah salah satu yang tertinggi dalam sejarah pasar modal dunia. Transaksi saham sebesar itu nyaris setara dengan jumlah uang yang hengkang dari pasar modal India saat anjlok 52,5 persen tahun lalu. Kita juga berharap Indonesia tidak mengekor Amerika. Meski pemenangnya orang paling populer dan mendapat dukungan penuh, yakni Barack Hussein Obama, ekonomi AS masih terpuruk. (*)

gagasan

Hati-hati Money Politics

Sesuai dengan ketetapan KPU, masa tenang menjelang pilpres dimulai pada 5 Juli kemarin. Tentu, sudah tidak ada lagi kampanye pada masa itu. Namun, setiap capres dan cawapres ingin hasil yang maksimal sehingga terkadang masa-masa tenang tetap saja digunakan untuk memengaruhi massa guna menambah suaranya. Cara apa pun dapat dilaksanakan untuk mendongkrak perolehan suaranya. Berangkat dari pengalaman pileg bulan lalu, masa tenang seperti ini sangat rawan terjadi money politics. Karena itu, selain Bawaslu, masyarakat harus mengawasi dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya money politics pada masa tenang pilpres kali ini. Jangan sampai suara rakyat hanya dibeli dengan uang Rp 5 ribu. Jangan gara-gara Rp 5 ribu, kita mempertaruhkan masa depan bangsa ini lima tahun ke depan. Hati-hati money politics.

Pojok

Rubangi.

Gosong Niger Belum Disepakati *Alasannya? Pemkab Abaikan Kritik Dewan *Kan cuma dikritik

Pawang

Pontianak Post

Mendengar obrolan tentang pemilihan capres-cawapres dengan beberapa pakar politik, salah seorang diantaranya mengatakan, ”Untuk kebaikan bangsa dan kebahagiaan rakyat lupakan partai, pilih capres-cawapres terbaik menurut pengetahuan, pengamatan, intuisi, dan bisikan qalbu”. Dari pernyataan pakar politik, ada empat tips yang dapat dijadikan analisis untuk memilih capres-cawapres yang bermutu. Pertama, pengetahuan. Selama Indonesia merdeka sudah berjalan 63 tahun, paling tidak rakyat banyak mengerti tentang figur atau karakter kepemimpinan seperti apa yang dapat memperjuangkan kepentingan dan nasib rakyat kecil, mulai dari pemerintahan Presiden Soekarno sampai SBY, tentunya rakyat sudah tahu perjuangan apa-apa saja yang telah terealisasi dan kepenti­ngan rakyat kecil yang tertindas yang telah diperjuangkan. Pengetahuan yang terekam oleh rakyat selama berjalannya roda pemerintahan merasakan suka dan duka terhadap kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan. Dan mau tidak mau kebijakan itu harus dilaksanakan walaupun ada rasa terpaksa. Hal ini tentunya menumbuhkan rasa berhati-hati bagi rakyat untuk menilai melalui analisis pengetahuan. Sebagian fenom-

ena tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah di negeri ini akan menempa pengetahuan rakyat agar lebih mengetahui dan mengerti karakter seperti apa presiden yang diinginkan? Seorang dosen filsafat mengatakan, ”Pengetahuan itu lebih luas karena pengetahuan itu bersifat universal”, maksudnya dalam pengetahuan terdapat pengalaman maupun wawasan yang dimiliki seseorang sehingga membedakan antara satu orang dengan orang lain, dan pepatah juga mengatakan, “pengalaman adalah guru yang sangat berharga”. Kedua, pengamatan. Selama berlangsungnya kampanye caprescawapres mulai dari debat yang disiarkan televisi sampai melakukan kunjungan ke daerah-daerah, sebagai rakyat dapat mendengar serta mengamati visi, misi serta janji yang diucapakan dari peserta capres-cawapres. Dari kampanye inilah rakyat dapat menilai yang mana tidak hanya sekedar janji. Kampanye yang dilakukan capres-cawapres di media massa baik elektronik maupun cetak sepertinya ada sebagian hal-hal untuk menjelekkan peserta capres-cawapres yang lainnya. Berita yang be-

Oleh: Suhari S Pd i redar ini tentunya tidak hanya diterima begitu saja kebenarannya. Sebagai rakyat haruslah ”pandai-pandai dan pintar” untuk mengamati serta menganali-

sis berita-berita yang beredar, sehingga tidak salah dalam memilih nantinya. Pengamatan perlu untuk dilakukan menurut versi masing-masing individu karena ’capres-cawapres juga manusia bukan dewa’ yang bisa memenuhi keinginankeinginan rakyat secara instan,

perlu adanya proses. Ketiga, intuisi. Intuisi bisa juga diartikan keyakinan diri. Salah satu media untuk yakin adalah kepercayaan diri. Mempercayai sesuatu hal maupun untuk melakukan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin perlu adanya keyakinan, setiap orang pasti merasakan hal yang demikian. Memilih capres-cawapres perlu adanya keyakinan dalam diri, apakah yang dipilih memang benarbenar pilihan jangan asalasalan memilih, karena menumbuhkan rasa keyakinan merupakan sesuatu hal yang sulit. Adanya keyakinan diri, maka memilih capresca­wapres nantinya tidak ragu sehingga pasti untuk mencontreng. Keempat, bisikan qalbu. Qalbu atau hati yang bersih akan melahirkan suatu pemikiran dan analisis yang bersih karena ’niat yang baik didasari hati yang bersih’. Pernyataan ini dapat juga diumpamakan, “Bagai gelas kaca bening jika disinari, maka akan tembus cahayanya. Sebaliknya jika gelas kaca yang berwarna hitam maka sulit untuk tembus cahaya” artinya jika hati didasari rasa ikhlas ingin memilih, maka tidak ada rasa beban atau rasa takut untuk

mengekspresikan pilihan. Sebaliknya jika hati tidak ikhlas, maka ada rasa takut yang menghantui untuk memilih sehingga muncul rasa penyesalan. Intinya ikutilah bisikan qalbu. Jangan ragu sehingga tetap konsisten dengan pilihan. Dari keempat tips yang telah dipaparkan merupakan sebagian referensi analisis untuk menilai atau bisa juga dijadikan tolak ukur dalam memilih caprescawapres. Mudah-mudahan pemilihan capres-cawapres sesuai keinginan dan harapan yang dapat memperjuangkan nasib rakyat kecil. Apapun permasalahan negeri ini, maka tetap sabar menghadapinya dan haruslah cermat, bijak untuk menyelesaikannya. Jangan menjadikan alasan bagi capres-cawapres untuk menang, rakyat kecil dijadikan kambing hitam dengan alasan memperjuangkan kepentingan dan nasib rakyat kecil dengan janji-janji manis. Rakyat kecil tidak perlu janji, tapi bukti ke­sejahteraan yang didambakan. Siapa pun nantinya terpilih menjadi presiden semoga tetap konsisten dengan janji yang telah diprogramkan dan diorasikan. ** *) Penulis, Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogya, Utusan STIT Sambas.

Lanjutkan; Lebih Cepat Lebih Baik & Harus Pro Rakyat Judul tulisan ini memang sama dengan jargon ketiga-tiga capres-cawapres kita. Tidak menyiratkan untuk memilih ketiga-tiganya sekaligus atau berkampanye untuk salah satu pasangan, tetapi ingin menyatakan bahwa jargon ketiga-tiganya sangatlah bagus dan memiliki keterhubungan satu sama lainnya. Ada yang bertanya dan menduga, jangan-jangan… jargon ini dibuat oleh orang yang sama? Tapi entahlah, saya tak ingin ikut menduga, apalagi berandai-andai. Tulisan ini bukan pula sebuah tafsir resmi dari tim sukses ketiga-tiga pasangan kandidat, tetapi hanya sebuah ilustrasi dari seorang rakyat yang ingin memberikan tanda pedulinya pada kemajuan demokrasi di negeri ini. Insya Allah..! Saya coba lebih berhati-hati menulis bagian ini, sampai-sampai ketika menulis kata ke-tiga, saya harus mengulangi kata itu menjadi “ketiga-tiga”-nya, agar tidak terkesan menunjukkan bahwa saya Pro-pada salah satu nomor kandidatnya, tapi yang jelas saya akan lanjutkan tulisan ini.

Lanjutkan..!, (dengan tanda seru) adalah kata perintah. Dalam bahasa Arab disebut fi’il amr. Siapa yang meme­ rintahkan? Tentu saja para the founding father’s dan rakyat Indonesia. Para pejuang itu telah meninggalkan pesan moral kepada generasi sesudahnya agar meneruskan perjuangan untuk mengisi kemerdekaan negara ini dengan membangun kehidupan masyarakatnya, kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Rakyat kita juga menghendaki agar pembangunan itu terus dilanjutkan. Kita sudah merdeka selama 65 tahun lebih, banyak pembangunan yang sudah dilaksanakan dan bermanfaat bagi bangsa kita, tetapi tidak sedikit masih menyisakan ketertinggalannya dibanding dengan negara-negara lain yang usia kemerdekaannya jauh lebih muda ketimbang kita. Pemerintahan kita juga harus dilanjutkan, karena negara ini tidak mungkin tanpa pemerintahan, tidak boleh ada jedda pemerintahan yang kosong. Jadi, intinya kita harus sepakat bahwa pembangunan harus dilanjutkan..!

Oleh: Moh Haitami Salim Dengan usia kemerdekaan kita yang sudah 65 tahun ini, pembangunan kita memang sudah tertinggal jauh. Ibarat orang yang sedang berlomba lari, lawan-lawan kita sudah melesat ke garis depan, maka tidak mungkin kita bisa mengejar mereka apalagi ingin mendahuluinya hanya dengan kecepatan dan tenaga yang sama dengan mereka yang faktanya sudah berada di garis depan. Maka prinsip “lebih cepat lebih baik” harus menjadi penyemangat kita. Seperti pantun yang sering diucapkan bang Bong kita (dr. H. Buchary A. Rachman, mantan walikota Pontianak) “ikan sepat ikan gabos, makin cepat makin bagos”. Lebih cepat lebih baik, tentu tidak dalam konotasi negatif seperti tergesa-gesa, seradak-seruduk, atau rudu sanak rudu sinik. “Lebih cepat lebih baik” mengandung 2 kata kunci, yaitu “cepat” dan “baik”. Cepat atau segera untuk melakukan sesuatu yang baik-baik. Kata itu juga memaknakan ketangkasan,

kesigapan dari sebuah tindakan yang cepat dan tepat. Mengapa harus cepat? Ka­ rena kita tidak sendiri, kita harus berhadapan dengan para pesaing. Sekali lagi mengapa harus cepat? Karena ini menyangkut peluang dan peluang tidak akan datang berulang. Dan sekali lagi…mengapa harus cepat? Karena rakyat sudah lama hidup melarat. Apa yang kita bangun pada dasarnya semua adalah untuk kepentingan rakyat. Karena itu prinsip pembangunan yang dilaksanakan harus dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Inilah yang dimaksud dengan pro rakyat. Untuk melaksanakan pembangunan yang berbasis kerakyatan itu, maka dari kepala negara sampai kepada kepala daerah harus berpihak pada kepentingan rakyat, yaitu harus “pro rakyat”. Jadi siapapun pemimpin negara kita yang terpilih wajib hukumnya memperhatikan rakyatnya dan berjiwa pro rakyat-nya. Singkatnya, lanjutkan program pembangunan merupakan hal yang tidak bisa ditawartawar lagi, dan harus dilakukan

dengan cara cepat dan baik. Lebih cepat lebih baik adalah tindakan yang tengah dinanti oleh jutaan rakyat Indonesia. Karena rakyat yang menjadi objek sekaligus subyek pembangunan, maka pembangunan yang akan dilaksanakan dan pemimpin yang mengelola negara ini haruslah mereka yang pro pada rakyat, bukan mereka yang mementingkan kelompok dan partainya apalagi keluarga dan dirinya sendiri. Pemilihan Presiden sudah di hadapan kita, cari informasi yang benar tentang siapa mereka dan tetapkan pilihan Anda. Memilih pemimpin termasuk perbuatan ‘amal shaleh, dan akan dipertanggungjawabkan dunia akhirat, karena itu mari luruskan niat, datang ke TPS. Jangan ragu, jangan pernah ada rasa takut pada siapapun kecuali pada Allah. Pilihan kita menjadi rahasia kita dan Allah SWT (bagi yang Muslim) jangan lupa baca Bismillah,…. lalu contreng pilihan kita. Wassalam….. Semoga….. *) Penulis, Sekjen FUI Kalbar.

Terbit 7 Kali Seminggu. Izin terbit Menteri Penerangan RI No. 028/SK/Menpen/SIUP/A7. Tanggal 3 Februari 1986. Per­setujuan Peru­bahan Nama No: 95A/Ditjend. PPG/K/1998 Tanggal 11­September 1998. Alamat Redaksi dan Tata Usaha: Jalan Gajah Mada No. 2-4 Pontianak 78121. Kotak Pos 1036. Fax. (0561) 760038/575368. Telepon Redak­si: (0561) 735070.Telepon Iklan/Pema­saran:735071. Hunting (Untuk seluruh bagian) Fax. Iklan 741873/766022. Email: redaksi @pon­tianakpost.com. Penerbit: PT.Akcaya Utama Press Pontianak. Pembina: Eric Samola, SH, Dahlan Iskan. Komisaris Utama: Tabrani Hadi. Direktur: Untung Sukarti. Pemimpin Re­daksi/Penang­gung Jawab: B Salman. Wakil Pemimpin Redaksi : Nies Alantas. Redaktur Pelaksana: Khairul­rahman Sidang Redaksi: Abu Sofian, Muslim Minhard, Surhan Sani, Mela Danisari, Yulfi Asmadi, Donatus Budiono, Basilius. Sekre­taris Redaksi: Silvina. Staf Redaksi: Marius AP, U Ronald, Efrizan, Aseanti Pahlevy, Deny Hamdani, Budianto, Chairunnisya, Pringgo, Jawa Pos Group Pracetak/Artistik: Karnadi (Koordinator), Grafis: A.Riyanto, Ilustrator: Kessusanto, Sigit. Fotografer: Timbul Mudjadi, Bea­ring, Sando Shafella. Biro Singkawang: Zulkarnaen Fauzi, M Khusdarmadi, Hari Kurniathama (Jl. Gunung Raya No.15 Telepon (0562) 631912). Biro Sambas: Mursalin (Jl P Anom Telp (0562) 392683) Biro Sanggau: Anto Winarno (Jl. Sudirman No. 4 Telp. (0564) 21323). Biro Ketapang: Andi Chandra, Andre Januardi (Jl. Gajahmada No. 172. Telp. (0534) 35514). Kabupaten Pontianak: Hamdan, . Biro Sintang: Mustaan, Budiman. Pema­saran/Sirkulasi: -. Iklan: Dewiyanti.S. Percetakan: Surdi. Devisi Event: Budi Darmawan. Kombis: Nurtiman. Jakarta: Max Yusuf Alkadrie, Bank: BPD Kalbar, BEII, Bapin­do. Harga Lang­ganan per 1 Bulan dalam kota Rp 65.000,- (luar kota tambah ongkos kirim). Tarif iklan: Per mm kolom hitam putih Rp 20.000,- spot colour Rp 25.000,- full colour Rp 30.000,- Iklan baris Rp 8.000,- per baris (minimal 2 baris, mak­­si­mal 10 baris) pem­bayaran di muka. Telepon Langganan/Pengaduan: 735071. Iklan: 730251. Perwakilan Jakarta: Jl. Jeruk Purut-Al-Ma’ruf No.4 Pasar Ming­gu, Jakarta Selatan 12560. Telepon: 78840827 Fax. (021) 78840828. Percetakan: PT.Akcaya Pariwara Pontianak. Anggota SPS-SGP ISSN 0215-9767. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

PERTAMA DAN TERUTAMA DI KALIMANTAN BARAT


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.