Pontianak Post

Page 2

opini

2

Pontianak Post

l

Senin 6 Juni 2011

Faktor Kekuasaan HERSEY dan Blanchard (1990) dalam bukunya “Managemen of Organizational Behavior” menjelaskan bahwa “Konsep kekuasaan sangat terkait erat dengan konsep kepemimpinan karena kekuasaan merupakan salah satu sarana yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi pengikutnya”. Seseorang menjadi kuat karena diberi kekuasaan dan sebaliknya menjadi lemah setelah kekuasaan dicabut darinya. Islam mengajarkan bahwa, “Allah Swt memberikan kekuasaan kepada orang yang dikehendakiNya dan mencabut kekuasaan dari orang yang dikehendakiNya”. Coba perhatikan perilaku para penguasa atau pemimpin, ketika berkuasa, mereka sering kali bertindak

semaunya, setiap orang harus mengikuti apa yang diinginkannya. Ketika pengikut berbeda pendapat dengannya, langsung dibenci dan disingkirkannya. Mereka berperilaku seperti singa dan serigala yang sedang kelaparan. Kemudian perhatikan ketika mereka tidak berkuasa lagi, mereka langsung drop, lemah tak berdaya, rambutnya kusut dan wajahnya tidak ceria, bahkan tidak sedikit diantara mereka menderita power sindrom, kehilangan teman dan saudara karena orang yang dulu dekat dengannya, pergi meninggalkannya. Penyimpangan perilaku lainnya, dikemukakan oleh seorang negarawan Inggris Lord Acton, ia mengatakan bahwa; ”kekuasaan ini cendrung korup, dan kekuasaan

yang absolut akan korup secara absolut pula. Steinberck menambahkan kekuasaan sesungguhnya tidak korup, justru yang korup adalah ketakutan akan kehilangan kekuasaan”. Fenomena faktor kekuasaan tersebut seringkali membangunkan kesadaran penulis pada sebuah pidato perdana Khalifah Abu Bakar Siddiq ra. S etelah mengucapkan bai’at atau ikrar, sang khalifah berdiri mengucapkan sebuah pidato pelantikan sebagai khalifah. Pidato tersebut merupakan teladan yang sungguh bijaksana dan sangat menentukan arah kebijakannya. Setelah mengucapkan puji syukur kepada Allah Swt , Abu Bakar ra berkata; “Saudarasaudara saya terpilih untuk memimpin kamu sekalian, dan saya bukanlah orang yang terbaik diantara kamu sekalian. Kalau saya berkata baik, bantulah saya. Kebenaran adalah suatu kepercayaan dan dusta adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di kalangan kamu adalah kuat di mata saya sesudah haknya saya berikan kepadanya. Insya Allah, dan orang yang kuat buat saya adalah lemah sesudah haknya nanti saya ambil, Insya Allah. Apabila ada golongan yang meninggalkan perjuangan di jalan Allah, maka Allah akan menimpakan kehinaan

oleh

Aswandi kepadanya. Apabila kejahatan itu sudah meluas pada suatu golongan, maka Allah akan menyebarkan bencana kepada mereka. Taatilah saya selama saya taat menjalankan perintah Allah dan RasulNya. Tetapi apabila saya melanggar perintah Allah dan Rasulullah, maka gugurlah kesetiaan kalian kepada saya. Laksanakanlah shalat, Allah akan merahmatimu sekalian”, dikutip dari M.Husain Haekal (2001) dalam kitabnya “Abu Bakr As-Siddiq”. Dari pidato Abu Bakar tersebut di atas, memberikan setidaknya tiga pelajaran penting; (1) rendah hati seorang pemimpin; (2) mengetahui bahwa kuat lemahnya seseorang atau institusi tergantung pada kekuasaan yang dimilikinya; (2) sumber kekuasaan sejati adalah kebenaran yang diyakini dan diamalkan. Anthony Robbins (1996) dalam bukunya “Unlimited Power” menambahkan bahwa kekuasaan bukanlah untuk mengalahkan dan bukan pula untuk membuat orang segan, karena kekuasaan seperti itu jarang bertahan lama. Kekuasaan adalah kemampuan bertindak, karena tindakanlah yang menyebabkan

setiap keberhasilan besar itu terjadi. Jadi pandai bicara adalah penting, pandai bertindak jauh lebih penting. Kita diajarkan jangan mengatakan apa yang tidak kita perbuat. Pendapat tersebut sejalan dengan pandangan Thomas Hendry Huxley yang mengatakan bahwa “akhir agung dari kehidupan bukanlah pengetahuan melainkan tindakan”. Selanjutnya, French dan Riven mengklasifikasi tujuh sumber kekuasaan, yakni kekuasaan; (1) paksaan atau coercive; (2) keahlian atau expert ; (3) legitimasi atau legitimate; (4) referen atau referent; (5) ganjaran atau reward; (6) informasi atau information; dan (7) koneksi atau connection. Kekuasaan paksaan (coercive power) adalah kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut. Seseorang yang tinggi kuasa paksaannya dipandang memiliki potensi menimbulkan kepatuhan, dan ketidak patuhan mengarah pada hukuman. Kekuasaan keahlian (expert power) adalah kekuasaan yang didasarkan atas keahlian, ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang, perilakunya menimbulkan rasa hormat dan mempengaruhi orang lain. Kekuasaan legitimasi (legitimate power) adalah kekua-

saan yang didasarkan pada posisi yang dipegang seorang. Biasanya semakin tinggi posisi itu semakin besar kekuasaan posisi yang dimilikinya, dan sebaliknya. Kekuasaan referen (referent power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada karakteristik seorang. Seseorang yang tinggi kekuasaan referensinya disukai dan dikagumi. Bermodalkan disukai dan disenangi itulah ia dapat mempengaruhi orang lain. Kekuasaan ganjaran (reward power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang menyediakan imbalan kepada orang lain yang percaya bahwa kepatuhan mendatangkan insentif atau reward, seperti hadiah, bayaran, dan promosi. Kekuasaan informasi (information power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada informasi yang dimilikinya. Banyak orang mengikuti seseorang karena mudah memperoleh informasi darinya. Kekuasaan koneksi (connection power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada koneksi, baik di dalam maupun di luar organisasi. penting dan berpengaruh, serta koneksi seseorang dengan orang. John Field (2010) dalam bukunya “Social Capital” menya-

takan keberhasilan seorang pemimpin ditentukan dari modal sosial yang dimilikinya, yakni kemampuannya membangun dan mengembangkan jejaringan (koneksi) dan seperangkat nilai bersama”. Jamieson dan Thomas melakukan studi tentang kekuasaan dan hubungannya dengan kepuasan di ruang kelas menyimpulkan sebagai berikut; bagi para pelajar sekolah menengah, kekuasaan legitimasi merupakan hal yang paling penting, diikuti kekuasaan paksaan, keahlian, referensi, dan ganjaran. Mahasiswa tidak sarjana muda memandang kekuasaan paksaan sebagai hal yang paling penting diikuti kekuasaan legitimasi, keahlian, ganjaran dan referensi. Para mahasiswa tingkat sarjana memandang kekuasaan keahlian sebagai hal yang paling penting diikuti kekuasaan legitimasi, ganjaran, paksaan dan referensi. Kekuasaan paksaan berpengaruh negatf di ketiga kelompok tersebut. Sedang ke empat sumber kekuasaan lainnya menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Diteliti secara lebih mendalam ditemukan bahwa sumber kekuasaan sebagian besar dipengaruhi oleh variable situasi atau situational variable dan salah satu indikatornya adalah tingkat kematangan (Penulis, Dosen FKIP Untan)

Surat Pembaca

Kemampuan Berbahasa Inggris Dewasa ini kemampuan berbahasa Inggris sangat dibutuhkan. Pendidikan bahasa Inggris ini sendiri memang telah diberikan selama enam tahun yaitu dari SMP sampai SMA

Pontianak Post

dan baru-baru ini pendidikan bahasa Inggris diberikan juga pada tingkat SD. Tetapi jika dilihat hasil dari pembelajaran tersebut kebanyakan hanya berpengaruh sedikit bagi siswa.

Seolah-olah pelajaran bahasa Inggris yang diberikan selama bertahun-tahun hanya sedikit yang melekat di otak mereka, sehingga banyak siswa yang telah lulus SMA tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik. Padahal kemampuan berbahasa Inggris adalah bekal mereka untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan untuk memasuki dunia kerja tak sedikit yang mensyaratkan bahwa para pelamar harus memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik. Hal pertama yang perlu dikaji ialah mengapa kebanyakan siswa memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang buruk meskipun pendidikan tersebut telah diberikan selama bertahun-tahun. Hal yang kedua ialah jika kita lihat siswa yang mengikuti kursus bahasa Inggris selama bebulan-bulan dibandingkan dengan siswa yang hanya mengikuti pendidikan bahasa Inggris di sekolah selama bertahun-tahun. Kemampuan bahasa Inggris yang mereka miliki tampak perbedaan yang sangat menonjol.

Tidakkah perlu dipertanyakan dimanakah letak kesalahan dari masalah ini? Hal tersebut dapat disebabkan karena metoda pengajaran yang diterapkan tidak tepat, sehingga siswa susah menerima pelajaran tersebut dan membuat siswa merasa mata pelajaran bahasa Inggris adalah pelajaran yang sulit. Sedangkan ketika mengikuti kursus, siswa lebih cepat mencerna pelajaan yang diberikan sehingga dapat menguasai bahasa Inggris dengan baik, karena sistem pembelajaran yang berbeda dengan yang diterapkan di sekolah. Apakah tidak sebaiknya sekolah

juga menerapkan hal yang sama seperti yang diterapkan di tempat kursus sehingga siswa juga dapat berbahasa Inggris dengan baik? Meskipun hanya mendapatkan pelajaran bahasa Inggris di sekolah sehingga pembelajaran yang diberikan selama bertahun-tahun dapat memberikan hasil dan tidak sis-sia. Kemudian persoalan yang perlu diperhatikan ialah kurangnya tenaga pengajar untuk mata pelajaran bahasa Inggris di tingkat SD, sehingga masih banyak sekolah yang belum mendapatkan pelajaran bahasa Inggris terutama di kabupaten apalagi di desa-desa. Selain itu, kualitas tenaga pengajar juga harus diperhatikan karena sebagai tenaga pengajar tentu saja menjadi salah satu sumber ilmu bagi siswa itu sendiri, maka dari itu pemerintah juga perlu memberikan pelatihan-pelatihan ataupun seminar-seminar pada tenaga pengajar agar dapat memberikan pengetahuan baru pada tenaga pengajar sehingga pemikiran pun dapat berkembang. Viana Anggota Primakapon.

Terbit 7 Kali Seminggu. Izin terbit Menteri Penerangan RI No. 028/SK/Menpen/SIUP/A7. Tanggal 3 Februari 1986. Per­setujuan Peru­bahan Nama No: 95A/Ditjend. PPG/K/1998 Tanggal 11­September 1998. Alamat Redaksi dan Tata Usaha: Jalan Gajah Mada No. 2-4 Pontianak 78121. Kotak Pos 1036. Fax. (0561) 760038/575368. Telepon Redak­si: (0561) 735070.Telepon Iklan/Pema­saran:735071. Hunting (Untuk seluruh bagian) Fax. Iklan 741873/766022. Email: redaksi@pon­tianakpost.com. Penerbit: PT.Akcaya PERTAMA DAN TERUTAMA DI KALIMANTAN BARAT Utama Press Pontianak. Pembina: Eric Samola, SH, Dahlan Iskan. Komisaris Utama: Tabrani Hadi. Direktur: Untung Sukarti. Pemimpin Re­daksi/Penang­gung Jawab: B Salman. Redaktur Pelaksana: Khairul­rahman, Muslim Minhard, Donatus Budiono, Basilius Sidang Redaksi: Abu Sofian, Surhan Sani, Mela Danisari, Yulfi Asmadi, Andre Januardi, Mursalin, Robert Iskandar, Efprizan. Sekre­taris Redaksi: Silvina. Staf Redaksi: Marius AP, U Ronald, Deny Hamdani, Budianto, Chairunnisya, M Kusdharmadi, Hari KurniJawa Pos Group atama, Hendy Irwandi, Pracetak/Artistik: A Riyanto (Koordinator), Grafis: Sigit Prasetyo, Ilustrator: Kessusanto. Fotografer: Timbul Mudjadi, Sando Shafella. Biro Singkawang: Zulkarnaen Fauzi (Jl. Gunung Raya No.15 Telepon (0562) 631912). Biro Sambas: (Jl P Anom Telp (0562) 392683) Biro Sanggau: Anto Winarno (Jl. Sudirman No. 4 Telp. (0564) 21323). Biro Ketapang: Achmad Fachrozi, (Jl. Gajahmada No. 172. Telp. (0534) 35514). Kabupaten Pontianak: Hamdan, . Biro Sintang: Wahyu Ismir. Pema­saran/Sirkulasi: Kiki Fredrik S; Iklan: Dewiyanti.S. Percetakan: Surdi. Devisi Event: Budi Darmawan. Jakarta: Max Yusuf Alkadrie. Harga Lang­ganan per 1 Bulan dalam kota Rp 65.000,- (luar kota tambah ongkos kirim). Tarif iklan: Per mm kolom hitam putih Rp 25.000,- spot colour Rp 30.000,- full colour Rp 37.000,- Iklan baris Rp 15.000,- per baris (minimal 2 baris, mak­­si­mal 10 baris) pem­bayaran di muka. Telepon Langganan/Pengaduan: 735071. Iklan: 730251. Perwakilan Jakarta: Jl. Jeruk Purut-Al-Ma’ruf No.4 Pasar Ming­gu, Jakarta Selatan 12560. Telepon: 78840827 Fax. (021) 78840828. Percetakan: PT.Akcaya Pariwara Pontianak. Anggota SPS-SGP ISSN 0215-9767. Isi di luar tanggung jawab percetakan.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.