Pontianak Post

Page 6

SAWIT MEMBANGUN KALBAR

6

Pontianak Post

z

Sabtu 3 November 2012

Menulis Pacu Kreativitas Berpikir Anak Lomba menulis cerpen dengan tema Sawit Membangun Kalbar tingkat pelajar se-Kalbar kerjasama PTPN XIII dan Pontianak Post telah diumumkan. Pelajar dari berbagai daerah hadir dalam acara penyerahan tropi, sertifikat dan uang tunai di Lantai V Graha Pena, Pontianak, Kamis (1/11).

+

PENYERAHAN hadiah dihadiri Direktur Produksi PT Perkebunan Nusantara XIII Kalbar, P Girsang. Sebelum menyerahkan hadiah kepada para pemenang, Girsang memberikan apresiasi kepada para pemenang. Diamengungkapkanantusias mereka untuk menulis cukup tinggi. Sehingga menghasilkan karya yang bagus. Girsang juga menjelaskan, ada dua tujuan utama dilaksanakannya lomba ini. Pertama, bagaimana PontianakPost bisa ambil bagian di dalam memotivasi anak-anak dan SDM yang adauntukmenjadimanusiayang kreatifdaninovatif.“Diharapkan, anak-anak terpacu cara berpikirnya dan memandang apa ada di bumi ini untuk kedepan,” katanya. Dia juga mengajak kepada para siswa agar mampu membentuk cara berfikir lebih baik. “Karena negara yang besar adalah tercipta dari cara fikir yang baik. Dari berfikir yang luar biasa ini, maka lahirlah karya-karya besar,” lanjut Girsang. Tujuan yang kedua adalah bagaimana masyarakat bisa melihat PTPN XIII yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit sebagai salah satu komoditas yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Serta juga dapat memacu ekonomi

JUARA: Pemenang Lomba Penulisan Cerpen Sawit Membangun Kalbar tingkat pelajar se-Kalbar kerjasama PTPN XIII-Pontianak Post usai penyerahan hadiah, kemarin.

PENYERAHAN HADIAH: Para pemenang Lomba Penulisan Cerpen Sawit Membangun Kalbar tingkat pelajar se-Kalbar ditemani orangtua dan guru.

JUARA SMP: Kepala Bagian Sekretaris Perusahaan & CSR PTPN XIII, Listio Dwiatmanto menyerahkan tropi, piagam dan uang kepada pemenang tingkat sekolah menengah pertama.

wilayah. Sehingga sinergi dari Pontianak Post dan PTPN XIII sama-sama terwujud.

JUARA SD: Ketua Panitia Muslim “Toing” Minhard menyerahkan tropi, piagam dan uang kepada pemenang tingkat sekolah dasar.

JUARA SMA: Direktur Produksi PTPN XIII P Girsang menyerahkan tropi, piagam dan uang kepada pemenang tingkat sekolah menengah atas.

“Masyarakat bisa mengenal apa dan siapa PTPN XIII. Apa saja gerakannya, dan apa man-

faatnya? Kita bersyukur anakanak memandang sawit adalah salah satu komoditas yang

dapat meningkatkan ekonomi masyarakat,” paparnya di hadapan seluruh pemenang lomba dan orangtuanya. Menurutnya, tidak bisa dipungkiri, masih ada kelompok yang memandang sawit itu merusak lingkungan. Namun dia menegaskan, PTPNXIIImembangunperkebunan sawit sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang dibangun oleh pemerintah. “Sedapat mungkin kita tidak akan masuk ke dalam wilayah-wilayah yang mengganggu lingkungan hidup,” tegas Girsang lagi. Lebih lanjut dia mengungkapkan, tanaman sawit di Indonesia sudah empat generasi. Satu generasi 25 tahun. Selama itu pula dan sampai saat ini tidak ada masalah terhadap lingkungan yang ditimbulkan. “Biarlahanak-anakkitasendiri yang melihat apakah memang sawit ini merusak lingkungan atau tidak. Biarkan mereka yang melihat, merasakan dan menulisnya,” pungkasnya. (*)

FOTO BERSAMA: Pemenang lomba cerpen tingkat pelajar SMA foto bersama.

+

SAWIT MASA DEPAN: Direktur Produksi PTPN XIII P Girsang menjelaskan masa depan industri perkebunan sawit di Kalbar.

Pemenang Lomba Cerpen Sawit Membangun Kalbar Tingkat SD Juara I Juara II Juara III Harapan I Harapan II

Daffa Priska Febianti Utin Kenny Yolanda Gloria Priska Tanikule Nurul Khairiyah Atika Nabila

SD Muhammadiyah 2 Pontianak SDN 52 Pontianak SDN 2 Anjongan MIN Teladan Pontianak SDIT Al-Mumtaz Pontianak

Tingkat SMP Jaura I Juara II Juara III Harapan I Harapan II

Felix Ryan Dean Dea Oktavia Veronica Putri Nabila Fitriani Nabila Nur Hudha

SMP Gembala Baik Pontianak SMPN 2 Pontianak SMPN 1 Pontianak SMPN 14 Pontianak SMPN 1 Terentang

Tingkat SMA -XDUD , -XDUD ,, Juara III Harapan I Harapan II

=XO¿UD 'HVULQWD /HYL <RVH¿Q Selvi Selinda Edwin Salim Zubaidah Nur Hamdan

60$1 3RQWLDQDN 60$ 6DQWX 3HWUXV 3RQWLDQDN Pelajar SMA SMA Santu Petrus Pontianak MAN 2 Pontianak

LOMBA CERPEN SAWIT MEMBANGUN KALBAR KERJASAMA PTPN XIIIPONTIANAK POST

Lambaian Daun-daun Sawit Sore itu langit biru cerah berawan tipis. Belasan pohon sawit berumur 19 tahun berbaris rapi di kiri dan kanan jalan laksana pagar raksasa menuju jalan masuk ke sebuah rumah besar dan megah di Dusun Semunte, Desa Kelompu, Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau. Puluhan hektar kebun sawit berumur belasan tahun terhampar di belakang rumah itu.

L +

AMBAIAN daun-daun sawit yang hijau tua mengkilat menyapa lembut seolah mengucapkan selamat datang kepada pemilik kebun dan rumah itu. Pohon-pohon sawit itu kokoh dan subur. Seorang pria 37 tahun turun dari Toyota Fortuner hitam mulus. la sendirian saja. la mengenakan kaos putih berkerah dipadukan dengan celana panjang jeans warna biru. Gerakannya lincah dan gesit. Namanya Jay. Jay baru saja pulang dari Pasar Kembayan yang berjarak sekitar 12 km dari rurnahnya. Seperti kebiasaannya setiap sore mengontrol tiga toko miliknya yang tersebar di Pasar Kembayan. Ada toko bahan bangunan, toko sembako, dan toko barang elektronik. Orang-orang menjulukinya “konglomerat kampung”. Serangkaian bisnis miliknya adalah hasil dari perkebunan sawitnya yang sukses dan tersebar di beberapa desa di Kecamatan Kembayan. Lambaian daundaun sawit yang ditiup angin seolah ingin menyampaikan ke langit yang tinggi rasa syukur yang dalam kepada Sang Pencipta Alam Semesta. Perlahan Jay duduk di teras rumah. Rencananya mau menikmati sore sambil minum kopi seraya membaca buku-buku motivasi. Salah satu penulis favoritnya adalah Robert T. Kiyosaki dan Anthony Robbins. Buku Anthony Robbins yang berjudul Unlimited Power dan Awaken the Giant Within sudah sering dibacanya tanpa merasa bosan. Buku-buku Anthony Robbins mengajarkan dengan gamblang bahwa dalam diri setiap orang

tersimpan kekuatan yang tak terbantahkan untuk menjadi sukses. Semua orang bisa dan memiliki peluang yang sama. Tetapi tidak semua orang mau mengerahkan kemampuan dirinya semaksimal mungkin. Aroma kue yang baru dimasak keluar dari dalam rumah. Baunya menggelitik hidung Jay yang sedang asyik membaca buku Anthony Robins. “Selamat ulang tahun, Ayah,” sapa anak perempuan Jay yang berumur 13 tahun. “Terima kasih, Ayong,” sahut Jay. Lalu ia mencium pipi anaknya dengan tersenyum hangat. “Selamat ulang tahun juga, Ayah. Semoga panjang umur, sehat, sukses,” kata istri Jay sambil menyalami Jay dan meletakkan kue ulang tahun dengan lilin berangkai 37 di atas meja. “Amin,” jawab Jay dan mereka semua bertiga hampir serentak. “ Terima kasih, Ma, Ayong,” balas Jay. Dengan haru Jay memeluk istri dan anak tunggalnya Ayong. Mereka duduk bertiga di teras, berdoa, mensyukuri semua rahmat Tuhan. Lalu menikmati kue ulang tahun sederhana buatan istri Jay. Merayakan ulang tahun dengan sederhana adalah tradisi keluarga Jay. Tidak ada pesta mewah. Lebih penting menyumbang ke rumah-rumah anak yatim, membagi rejeki dan kebahagiaan. Setelah makan kue ulang tahun, anak dan istri Jay masuk ke dalam rumah. Tinggal Jay sendirian di teras. Tidak terkira rasa syukur keluarga Jay pada Tuhan. Pencapaian ini diperoleh dengan kerja keras dan penyertaan-Nya. Di usia yang belum 40 tahun, ia sudah bisa dikatakan sebagai orang sukses menurut ukuran orang-orang di kampungnya. Kalau Jay mengenang kembali ke puluhan tahun yang lalu. Hidupnya sangat sederhana. Orang tuanya bukan orang kaya. Jay memilih sekolah sampai tamat SMA Negeri di Kecamatan Kembayan saja, tidak meneruskan kuliah di Pontianak atau ke Pulau Jawa. Jay memilih membantu orang tuanya jadi petani sawit. Jay menarik napas dalamdaiam. Dihirupnya aroma segar dari pot-pot bunga di

teras rumah. Istrinya rajin merawat bunga-biunga itu. Ingatan Jay kembali ke masa 20 tahun lalu. Ada keharuan yang dalam di hatinya. Tanpa terasa kedua bola matanya berkaca-kaca. TitikPenentuan Kembayan, 31 Desember 1992 (Malam Tahun Baru) Orang-orang di kampung Jay, di Dusun Semunte, Desa Kelompu, Kecamatan Kembayan, sudah sejak dua hari yang lalu sibuk bergotongroyong membuat tumpukan kayu yang disusun tinggi untuk dijadikan api unggun di malam tahun baru. Ini sudah tradisi orang kampung puluhan tahun lamanya. Jay masih berumur 17 tahun di malam tahun baru ini, dan masih kelas 3 SMA. Sejak sore keluarganya sudah menyembelih ayam kampung 3 ekor untuk dipanggang di malam tahun baru nanti dan akan dimakan bersama dengan tetangga. Malam pergantian tahun semakin dekat. Pemuda kampung, anak-anak maupun orang tua sudah ramai berkumpul di dekat api unggun. Masingmasing sudah menyiapkan lauk-pauk yang akan dipanggang di bara api unggun. Setelah kepada dusun membacakan doa, lalu dinyalakanlah api unggun itu. Bara api menjulang tinggi. Suasana ramai dan ceria menyambut malam pergantian tahun ini. Bau wangi panggangan aneka lauk-pauk bercampur aduk jadi satu dengan keceriaan semua orang menyambut tahun baru. Jay dan orang tuanya memanjatkan doa pada Tuhan semoga tahun depan diberi rejeki berlimpah dari tanaman padi, karet , dan bibit sawit yang akan ditanam bulan September 1993. “Apakah Jay nanti akan kuliah ke Pontianak setelah tamat SMA?” tanya ibunya. “Tidak, Bu. Saya akan

yang luar biasa berarti bagi orang tua Jay untuk memulai membuka kebun sawit.

Oleh : Felix Ryan Dean Vuai

JUARA I TINGKAT SMP SEKALBAR

membantu Ibu dan Bapak bekerja jadi petani saja. Kita akan bekerja keras, bekerja cerdas,” jawab Jay mantap. Jay inerasa yakin bahwa dia bisa jadi orang sukses walaupun tidak mengenyam

ILUSTRASI: KEKES/ PONTIANAK POST

pendidikan di perguruan tinggi. Jay banyak membaca buku-buku untuk memotivasinya menjadi orang sukses. Jay menyadari bahwa kalau untuk kuliah pasti orang tuanya akan merasa berat membiayainya karena orang tuanya hidup dari bertani padi dan karet. Keputusan keluarganya untuk menanam sawit adalah keputusan besar dan berani. Syukur kakek Jay mengijinkan tanahnya 4 hektar ditanami sawit. Ini modal C

cmyk

M

Y

K

Titik Awal Kcsuksesan Ayah dan ibu Jay mulai menamam 500 bibit sawit siap tanam yang dibeli dari PT. Perkebunan Nusantara VII di Parindu pada waktu itu. Orang-orang di beberapa desa di Kembayan juga sudah ada yang lebih dulu menanam sawit, tapi ada juga yang belum menanam sama sekali. Jay yang masih remaja baru tamat SMA membantu orang tuanya menggali lubang-lubang di ladang. Tidak dihiraukannya panas, hujan, letih, Jay terus mencangkul lubang-lubang bersama kedua orang tuanya. Tidak dipedulikannya tangannya yang mulai mengelupas kena kayu cangkul. Tidak dipedulikannya berat memikul bibit sawit naik turun gunung. Jay juga membantu orang tuanya memikul karung pupuk Urea dan NPK yang ditaburkan di dalam lubang tanam sebagai pupuk bagi tananaman sawit muda. Keringat mengucur deras dari sekujur tubuhnya. Tidak dipedulikannya juga tangan dan kakinya yang sering tergores dan mengeluarkan darah terkena duriduri bibit sawit. Jay tidak mau mengeluh. la terus berkerja, berdoa, bersyukur masih diberikan Tuhan kekuatan dan kesehatan. Seminggu lamanya Jay dan orang tuanya bekerja menanam 500 bibit sawit di lahan 4 hektar pemberian kakek Jay. Di antara tanaman sawit itu mereka menanam padi sebagaimana tradisi orang kampung di musim menugal seperti ini. Jay membantu orang tuanya berdagang selain juga tetap jadi petani. Jay berjualan lelong (pakaian bekas) masuk kampung keluar kampung. Lelong itu didapatnya dari temannya di Entikong, perbatasan den-

gan Malaysia. Pakaian lelong itu dijualkan dulu oleh Jay, setelah laku barulah uangnya disetorkan ke temannya. Atas dasar saling percaya saja. Jay berjualan apa saja. Kadang ia berjualan ikan asin yang dikirimkan pedagang dari Pontianak. Kalau musim durian, Jay juga jadi pedagang durian. Semua itu dilakukan Jay supaya kebun sawit berhasil. Supaya ada modal yang cukup untuk membeli pupuk dan herbisida (racun rumput). Kerja keras, keuletan, kegigihan Jay, dan kejujurannya jadi buah bibir di kampungnya. Jay dan orang tuanya juga melakukan penghematan yang luar biasa agar bisa sukses. Mereka disiplin menabung. Walaupun hemat dan sederhana, keluarga Jay dikenal sebagai orang yang murah hati dan derrnawan. Kehidupan keluarga Jay menjadi inspirasi bagi orangorang di kampungnya. Jay menjadi teladan. Banyak orang kampung yang tadinya merasa tidak mampu membuka kebun sawit dengan alasan tidak punya modal besar menjadi terbuka pikirannya setelah melihat bagaimana cara Jay bisa berkebun sawit dengan modal yang sangat terbatas. Orang tua Jay meyakini bahwa uang sedikitpun asal disertai dengan rasa syukur, disertai dengan kerja keras, kejujuran, dan beramal. Tuhan mampu mengubah uang sedikit menjadi banyak. Orang-orang di kampung banyak belajar hal-hal yang positif dari kelurga Jay. Tahun-tahun Berganti Tahun bcrganti tahun, tanpa tcrasa sawit yang ditanam tahun 1993 sudah mengeluarkan buah pasir pada tahun 1996. Jay merasa takjub dan bersyukur melihat tandan buah pasir keluar dari pelepah daundaun sawit di kebunnya. Daun-daun sawit di kebun Jay melambai-lambai ditiup angin, mengungkapkan rasa senang mereka karena si pemilik kebun telah merawat tanaman sawit itu dengan baik. Warna daundaun sawit itu hijau tua dan mengkilat segar. Jay dan orang tuanya terus menambah luasan kebum sawit. Tahun berganti tahun, kebun sawit Jay

terus bertambah, tersebar di beberapa desa di Kecamatan Kembayan. Selain menanam sawit, dengan modal uang yang semakin banyak, Jay juga merambah bisnis lain. Jay mampu menjadi sosok wirausahawan sukses di Pasar Kembayan. Jay memiliki toko bahan bangunan, toko sembako dan toko barang elektronik. Seiring dengan tumbuhnya ribuan kepala keluarga lain di Kecamatan Kembayan yang juga menjadi petani sawit, peredaran uang di dalam masyarakat meningkat. Daya beli juga meningkat. Secara langsung, toko-toko Jay juga merasakan kencangnya perputaran uang. Banyak petani sawit yang ingin membangun rumah atau merenovasi rumah membeli bahanbahan bangunan di toko Jay. Toko sembako dan barang elektronik Jay juga sukses. Jay sudah membuka lapangan kerja bagi banyak orang. Ada puluhan orang yang bekerja membantu Jay mengurus kebun sawitnya yang luas dan tiga tokonya di Pasar Kembayan. Orang-orang di Kecamatan Kembayan menyebut Jay “konglomerat kampung”. Jay hanya tersenyum saja mendengar julukan itu, Memang masih banyak orang lain di Kalimantan Barat yang jauh lebih kaya daripada Jay, tapi untuk pencapaian seorang pemuda tamat SMA dari keluarga petani sederhana, Jay sudah merasa sangat bersyukur padaTuhan. Sawit sudah banyak mengubah kehidupan petani di Kalimantan Barat. Dampaknya terasa sampai ke kota Pontianak. Perdagangan barang dan jasa di kota maju pesat karena pengaruh daya beli masyarakat dari perhuluan juga meningkat karena ada uang yang semakin banyak beredar di dalam masyarakat. Sawit sudah membangun dan mengubah kehidupan banyak orang di Kalimantan Barat. Daun-daun sawit melambai ditiup angin senja. Jay tersadar dari lamunannya ke masa dua puluh tahun yang lalu. Jay tersenyum dan bersyukur, begitu banyak rahmat Tuhan dalam hidupnya. *) Penulis pelajar SMP Gembala Baik Pontianak

+


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.