perjanjian), tidak ada istilah Negara Dzimmi. Adapun Dzimmah (perlindungan) ialah berkenaan dengan hak individu kafir yang berada di Negara Islam.21 Jika ia bukan termasuk kafir Mu’ahad dan kafir Dzimmi, maka berarti dia termasuk kafir harbi yang dihalalkan darah, harta dan kehormatannya. Kafir Dzimmi adalah kafir yang hidup dalam Negara Islam dan dibawah perlindungan pemerintahan Islam. Kafir Mu’ahad adalah penduduk Negara kafir
yang negaranya terikat perjanjian damai
dengan
Kafir
Negara
Islam.
Musta’min
ialah
penduduk
Negara
kafir harbi yang memasuki Negara Islam dengan adanya jaminan keamanan dari pemerintah Negara Islam yang dimasukinya. Sedangkan negara Islam, menurut sebagaimana pendapat
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Jumhur, adalah Negara yang dikuasai oleh
kaum Muslimin dan hukum yang berlaku di dalamnya adalah hukum Islam. Adapun jika hukum Islam tidak berlaku di dalamnya maka tidak
dapat
dikatakan
Ya’la
Al-Hanbali
sebagai
berkata
pula
Negara :
Islam.22
“Setiap
Al-Qadhi
Negara
yang
Abu di
dalamnya didominasi oleh hukum-hukum kafir, bukan hukum Islam, maka Negara itu adalah Negara kafir”23 Menurut Imam Samudera, hari ini tidak ada satupun Negara Islam yang wujud di dunia ini. Dengan sendirinya, kafir Dzimmi dan
kafir
Mu’ahad
Mu’ahad
tidak
ada
serta karena
kafir
musta’min
tidak
21
ada
tidak Negara
ada. kafir
Kafir yang
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Zaadul-Ma’ad, III: 159. Ibnu Qayyim, Ahkaamu Ahlidz Dzimah (t.tp: Darul Ilmi Lil Malaayiin, 1983), I: 366. 23 Abi Ya’laa, Al-Mu’tamad Fii Ushuluddiin, (Beirut: Darul Maysriq. 1974), h. 276. 22
26