epaper kpkpos 246 edisi senin 8 april 2013

Page 13

12

KPK POS

KRIMINAL

E D I S I 246 8 - 14 APRIL 2013

KORBAN tabrak lari Anugerah Prayoga (15), warga Jalan Serbaguna Ujung, Pasar IV, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deliserdang, tewas dan mendapat ketidakadilan dari kepolisian Satuan Lalu Lintas Titi Papan Polres Pelabuhan Belawan. Sebelum kejadian, Kamis (24/ 1), pukul 23.00 wib, Yoga demikian nama panggilan korban, pamitan kepada ibunya untuk menjemput kakaknya yang pulang kerja. Ibunya memberikan ijin dan mengatakan agar cepat pulang. Lalu Yoga mengeluarkan sepeda motor Yamaha Mio BK 3903 00 miliknya. Sejak Yoga pergi, orangtuanya tidak mempunyai firasat apapun tentang anaknya Yoga. Namun selang beberapa jam setelah Yoga pamitan, kedua orangtuanya terkejut mendengar kabar bahwa anaknya yang masih duduk di bangku sekolah itu telah meninggal dunia, akibat korban tabrak lari. Berdasarkan keterangan masyarakat, sebelum terjadinya peristiwa kecelakaan sehingga mengakibatkan Anugerah Prayoga (15) meninggal dunia, sepeda motor Yamaha Mio BK 3903 OO yang dikemudikan korban datang dari arah Medan

menuju ke arah Marelan. Karena salah jalan, Yoga siswa SMK Mandiri kelas I ini membelok dan mengubah arah perjalanannya. Akan tetapi sepeda motor yang dikemudikan Yoga bersenggolan ringan dengan sepeda motor lainnya, sehingga membuat Yoga terjatuh dari sepeda motornya. Lalu Yoga bangkit dan mendirikan sepeda motornya. Namun tiba-tiba tanpa disadarinya, sebuah mobil Xenia BK 1846 HN yang melaju dengan kencang yang datang dari arah Medan menuju Marelan. Kecepatan mobil tersebut diperkirakan 60 Km per jam dan tanpa kendali langsung melindas badan korban yaitu Anugeah Prayoga. Melihat kejadian itu, sipengendara mobil Xenia dan penumpang lainnya yang ada di dalam mobil langsung melarikan diri dan membiarkan tubuh Yoga terkapar di jalan tanpa ada upaya untuk menyelamatkan korban. Walaupun jalan terbilang sepi, sontak warga yang ada di sekitar kejadian itu terkejut dan berusaha menolong Yoga dan membawanya ke rumah sakit Sinar Husni. Namun setibanya di rumah sakit nyawa Yoga tidak tertolong lagi. Pihak rumah

sakit mengatakan bahwa Yoga telah meninggal dunia. Pada saat kejadian tabrak lari itu ternyata di antara warga yang menyaksikan kejadian itu mengikuti mobil yang menabrakYoga dan berhenti di sebuah rumah di Jalan Tanah Enam Ratus, Pasar XI, Kecamatan Medan Marelan, yang diduga rumah seorang anggota kepolisian. Jarak rumah sipenabrak dengan lokasi kejadian sekitar 4 Km. Beberapa orang warga yang mengikuti sipenabrak langsung berkata; "Hei...., tanggung jawab kau". Sipenabrak yang akhirnya diketahui bernama Akhyar Lubis menjawab dengan lantang dan terkesan sombong; "Gak takut aku, kenapa rupanya? Aku Polisi," demikian kata sipengemudi, seperti ditirukan warga yang membuntuti pelaku tabrak lari tersebut. Karena tidak ada itikad baik dari Akhyar, akhirnya warga yang mengejar Akhyar pulang dan melaporkan masalah itu kepada keluarga Yoga. Dari informasi yang didapat, ternyata Akhyar Lubis si pengemudi Xenia bukanlah seorang polisi seperti yang dikatakannya itu.(FeR)

SatLantas Polres Pelabuhan Belawan Lecehkan Hukum KUASA Hukum Adnan Gayo dari Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia (Posbakumadin) Ahmad Fadhly Roza SH (foto) dan Hermansyah SH mengatakan, sikap tidak profesional aparat kepolisian Satuan Lalu Lintas Titi Papan, Polres Pelabuhan Belawan, menunjukkan ada indikasi telah terjadi konspirasi antara penyidik dengan pengemudi yang melindas Anugerah Prayoga hingga tewas. Menurut laporan dari warga pada kejadian si penegmudi selalu menyebut-nyebut ada keluarganya seorang anggota kepolisian dan mengganggap dirinya kebal hukum. Lalu Fadly dan Hermansyah selaku kuasa hukum korban melayangkan surat dengan No.10/PBHADIN/II/2013 ke Polres Pelabuhan Belawan perihal keberatan atas belum ditetapkannya pengemudi yang melindas korban Anugerah Prayoga yang diduga bernama Akhyar Lubis sebagai tersangka. Bahkan, kata Fadhly, sampai saat dilayangkannya surat keberatan itu pihak Kepolisisan Satuan Lalu Lintas Polres Belawan belum menetapkan pengemudi yang bernama Akhyar Lubis sebagai tersangka dalam kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban meninggal dunia. Padahal kepolisian satuan lalulintas Polres Pelabuhan Belawan tanggal 25 Januari 2013 dalam Berita Acara Penyitaan Nomor : SP-Sita/0010/I/ 2013 telah melakukan penyitaan terhadap barang bukti berupa mobil Daihatsu Xenia BK 1846 HN dari sipengemudi dan sebuah sepeda motor Mio BK 3903 00. Sebagai kuasa hukum yang mengerti akan hukum, kantor Hukum Posbakumadin yang dimotori oleh Ahmad Fadhly Roza SH dan Hermansyah SH kasus tabrak lari diatur pada Pasal 235 ayat (1) UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalulintas yang isinya; "jika korban meninggal dunia akibat kecelakaan Lalulintas sebagaimana dimak-

sud dalam Pasal 229 ayat(10 huruf c) pengemudi, pemilik dan/ atau perusahaan angkutan umum wajib memberikan bantuan kepada ahli waris berupa biaya pengobatan dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana". "Namun kenyataannya, sampai saat ini belum ada biaya pengobatan maupun biaya rumah sakit yang diberikan si pengemudi tersebut kepada keluarga korban," kata Fadhly. Bahkan, Fadhly dan Hermansyah sebagai kuasa hukum keluarga korban sangat terkejut dengan surat Nomor:B/104/II/ 2013/Pel.Blw yang dikeluarkan pihak kepolisian Kasat Lantas Polres Pelabuhan Belawan perihal pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan. Dalam surat tersebut disebutkan pada Selasa (19/2) pihak kepolisian telah menggelar perkara dan menyatakan Anugerah Prayoga (korban) sebagai tersangka. Mendapati serta membaca surat yang dilayangkan kepolisian Kasat Lantas Polres Pelabuhan Belawan itu, akhirnya tim Posbakumadin melayangkan surat pengaduan atas kejanggalan-kejanggalan dalam proses hukum korban yang telah meninggal dunia dengan NO.10/ PBHADIN/II/2013. Fadhly menduga pihak kepolisian Kasat Lantas Polres Pelabuhan Belawan sengaja melindungi sipengemudi. Bahkan Fadhly mengganggap kepolisian Kasat Lantas Polres Pelabuhan Belawan tidak mengerti atau pura-pura tidak tahu hukum dengan mengubah status korban menjadi tersangka.

Dengan alasan inilah, Fadhly melayangkan surat pengaduannya kepada Kapolri, Kompolnas, Irwaum Mabes Polri, Kapoldasu, Kejatisu, Kajari Belawan, Irwasda Poldasu, Kabid Propam Poldasu, Kapolres Pelabuhan Belawan, Kepala Satuan Lalulintas Polres Pelabuhan Belawan, Kepala Pos Polisi Satuan Lalulintas Titi Papan Polres Pellabuhan Belawan, Ketua Komnas Anak di Medan, Ketua KPAID Medan dan Ketua Ombudsmen RI Perwakilan Sumut. Dalam perkara ini, menurut Fadhly, almarhum merupakan korban meninggal dunia. Bagaimana mungkin Kepolisian Pelabuhan Belawan menjadikan almarhum sebagai tersangka..? Jikalau almarhum Anugerah Prayoga yang menjadi tersangka dalam perkara ini siapa korbannya..? Apakah sipengemudi Akhyar Lubis atau Polres Pelabuhan Belawan yang menjadi korbannya..? tanya Fadhly. Tentu saja tindakan Polres Pelabuhan Belawan sangat gegabah dan terlalu berani menetapkan almarhum Anugerah Prayoga sebagai tersangka dalam perkara ini. "Tindakan kepolisian Polres Pelabuhan Belawan sangat melecehkan hukum," tegas Fadhly. Bahkan menurut Fadhly, penetapan tersangka terhadap almarhum merupakan upaya untuk menghentikan perkara karena dari awal proses hukum yang dilakukan Polres Pelabuhan Belawan banyak kejanggalan-kejanggalan yang ditunjukkan penyidik Satlantas Polres Pelabuhan Belawan dalam perkara ini. Alasannya, Akhyar Lubis yang menabrak Anugerah Prayoga hingga meninggal dunia selalu menyebut-nyebut ada keluarganya yang juga anggota kepolisian. "Sikap tidak profesional Polres Pelabuhan Belawan dalam menangani perkara ini tentu saja sangat merugikan dan mencederai rasa keadilan bagi masyarakat khususnya kliennya," sesalnya. (FeR)

IBU KORBAN

MENDAPAT kabar yang mengejutkan tentang anaknya, ayah korban yang bernama Adnan Gayo (47) langsung melaporkan kejadian itu ke Pos Lalulintas Titi Papan, Polres Pelabuhan Belawan. Sesampainya di Pos Polisi itu, bukan sikap baik yang diterima Adnan Gayo. Bahkan laporannya tidak dilayani. Yang lebih membuat Adnan terkejut dengan sikap penyidik manakala si penyidik berkata; "Si pengemudi tidak sengaja, tidak salah dia bisa di SP3 ini. Sudah kalian pulang saja sudah diproses ini. Si pengemudi tidak kami tahan, karena sudah ada yang menjamin," begitu kata penyidik kepada Adnan Gayo. Menerima jawaban yang menyakitkan dari penyidik Polres Titi Papan, akhirnya Adnan Gayo dan keluarga lain yang mendampinginya saat itu pulang dengan sedih. Karena merasa tidak mendapat keadilan atas kejadian yang menimpa anaknya, akhirnya Adnan Gayo mengadukan masalahnya ini kepada Pos Bantuan Hukum Advokat Indonesia (Posbakumadin). Saat diwawancarai di kediamannya, Gayo yang hanya bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan swasta ini masih terlihat sedih karena kehilangan anaknya. Gayo dan istrinya tidak menduga akan berpisah begitu cepat dengan anaknya yang pada 3 Maret 2013 genap berusia 16 tahun. Saat kejadian itu, cerita ibu Yoga, seperti biasanya almarhum pamit pada ibunya untuk menjemput kakaknya yang pulang dari bekerja. "Saat itu saya tidak punya firasat apapun tentang anak saya. Dia anak baik dan pintar bergaul. Walaupun usianya masih muda, tapi Yoga sudah banyak membantu orang tuanya. Bahkan pada saat ayahnya keluar kota, Yoga putra kedua dari 4 bersaudara ini menggantikan tanggungjawab ayahnya untuk melindungi keluarga," ungkap ibunya sembari menangis mengingat Yoga yang telah pergi untuk selamanya. "Kami tidak menyesali kepergian anak kami, tapi yang kami sesali adalah sikap dari keluarga Akhyar Lubis yang menabrak Yoga," kata Gayo. Sikap yang mereka tunjukkan kepada kami justru sikap sombong. Padahal jikalau mereka (keluaga Akhyar-red) datang dan mengajak berdamai, kami tidak akan melanjutkan perkara ini karena toh Yoga sudah tiada," ucap bapak empat anak ini.

LIPSUS

ADNAN GAYO

Beberapa hari setelah almarhum Yoga dikebumikan, istri Akhyar pernah datang ke rumah Gayo. "Kami pikir kedatangannya karena ingin menyampaikan belasungkawa. Tidak tahunya kedatangan istri Akhyar yang bernama Henny itu hanya ingin menyampaikan bahwa mereka hanya sanggup mengganti rugi sebesar Rp6 juta," kata Gayo saat menceritakan kedatangan istri Akhyar ke rumahnya. "Jelas saja saya menolak niat Henny yang datang dengan menunjukkan sikap sombongnya dan bukan menunjukkan sikap bersalah karena secara tidak sengaja suaminya telah merenggut nyawa Yoga," kata Gayo. Karena tidak mendapatkan sambutan, Henny yang seorang guru dan mengajar di SDN Inpres Saroha, Jalan Kilang ini akhirnya pulang dengan membawa kembali uang Rp6 juta. Tidak sampai di situ saja, karena tidak menemui kesepakatan dengan keluarga Gayo (ayah almarhum Yoga), Henny menghubungi kuasa hukum Yoga untuk berdamai dan akan memberikan uang perdamaian sebesar Rp6 juta. Tapi hal itu ditolak kuasa hukum Gayo karena sikap yang ditunjukkan Henny tetap sikap sombong dan tidak menghargai nyawa manusia. "Baiklah, kalau kalian tidak mau berdamai dan menutup perkara ini tidak masalah, suami saya tidak salah," begitu kata Henny setelah tidak menemukan jalan untuk melakukan perdamaian dengan pihak keluarga almarhum Yoga. "Dari semula sejak kami tahu anak kami meninggal kami sudah ikhlas dan merelakannya. Bahkan jika pada kejadian itu Akhyar Lubis beritikad baik mungkin kami akan memafkannya dan tidak akan melanjutkan perkara ini," kata Gayo lagi. Tapi,tambahnya, karena sikap Akhyar dan keluarganya menunjukkan solah-olah mereka kebal hukum membuat pihak keluarga Yoga melanjutkan perkara ini. Ditambah lagi dengan sikap pihak kepolisian Lantas Polres Pelabuhan Belawan yang melindungi Akhyar dan mengatakan Akhyar Lubis tidak bersalah. "Hal itulah yang mendorong kami mengambil langkah hukum karena kami ingin mendapatkan keadilan dan menuntut pertanggungjawaban atas meninggalnya anak kami almarhum Anugerah Prayoga," cetusnya.(FeR)

SatLantas Polres Pelabuhan Belawan Diduga Lindungi Kejahatan PRAKTISI Hukum Adimansar SH mengatakan, langkah dan tindakan yang diambil kuasa hukum almarhum Anugerah Prayoga sudah tepat. Selain itu pihak keluarga melalui kuasa hukumnya juga bisa melaporkan Polres Pelabuhan Belawan ke Dirlantas Poldasu, Dirreskrimmum Poldasu karena tidak mau menindak lanjutinya sesuai prosedur hukum. "Sikap polisi yang tidak mau membantu menunjukkan bahwa polisi selalu melindungi kejahatan apalagi polisi atau keluarga polisi yang melakukan kejahatan," sebutnya. Dengan tegas Adimansar mengatakan, polisi tidak bisa menjadi polisi bagi polisi, tapi polisi hanya bisa jadi polisi bagi masyarakat.

Dalam perkara Anugerah Prayoga yang menjadi korban ketidakadilan, sikap dan perbuatan pihak kepolisian Kasat Lantas Polres Pelabuhan Belawan adalah perbuatan yang menghindar dari proses penegakkan hukum. Apalagi dengan menetapkan korban menjadi tersangka adalah hal yang salah. Dalam hal ini, pihak kepolisian Polres Pelabuhan Belawan harus berhati hati dalam mengambil tindakan hukum karena masyarakat sudah pintar. Setiap kesalahan yang dilakukan kepolisian pasti akan jadi bumerang baginya. "Untuk itu bertindaklah sebagai penegak hukum karena tidak pernah korban tabrak lari ditetapkan sebagai tersangka," tukasnya. (FeR)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.