lampungpost edisi 20 januari 2013

Page 19

CMYK

±

CMYK

±

±

HOBI

mINGGU, 20 jANUARI 2013 LAMPUNG POST

KOMUNITAS 19

±

±

Berjuta Kreasi

dari Selembar Kertas SATU robot besar berukuran setengah meter berdiri gagah di dalam kamar Alvino Fidi Samantha. Robot yang ditiru dari serial kartun Jepang berjudul Gundam itu membuat banyak teman dan keluarga yang melihat menjadi terkagum-kagum.

T

idak hanya itu saja, masi h ada sek itar 15 mainan robot dan mobil dalam ukuran besar 30 cm hingga 50 cm di pajang di kamarnya. Mainan aneka warna ini persis aslinya. Jika tidak memegang secara langsung, tidak akan ada yang menyangka ternyata mainan itu terbuat dari kertas. “Kalau dilihat dari dekat seperti mainan plastik. Banyak yang kaget, setelah dipegang ternyata dari kertas,” ujar pemuda kelahiran Kota Metro ini. Kreativitas Vino mengolah kertas menjadi berbagai bentuk ini disebut paper craft atau kertas replika. Menurut Vino, paper craft merupakan pengembangan seni origami yang berasal dari Jepang. Jika origami hanya memakai selembar kertas dan melipatnya, paper craft jauh lebih kompleks. Tidak hanya satu, tapi banyak kertas yang dipakai. Caranya pun bukan hanya melipat, melainkan juga memotong, menempel, dan memberi warna. Hasil yang dibuat dari keahlian yang juga disebut paper model ini bervariasi. Selain robot dan tokoh kartun ada juga yang membuat berbagai tipe kendaraan bermotor, mobil, tentara, aneka senjata, hingga roket. Ukurannya pun beragam, mulai dari yang kecil sampai raksasa. “Malah ada yang membuat robot dengan ukuran hingga 2 meter,” ujar siswa SMA Kristen 1 Metro ini. Bagas Priowibowo, siswa SMA Alkautsar, juga mengoleksi banyak kertas replika. Setidaknya ada belasan model mainan yang dibuat dari bahan kertas. Ukuran yang paling besar adalah robot Bumlebee, tokoh dalam film Transformers, setinggi

±

30 cm. Mainan dari kertas yang banyak dibuat Bagas adalah jenis robot. Ada juga tokoh Iron Man dan beberapa pemeran game dan anime. Untuk membuat paper craft bahan yang dipakai bisa kertas HVS atau kertas katon dan jenis kertas tebal yang kerap dipakai untuk undangan. Kertas HVS cocok untuk jenis ukuran craft yang kecil, sedangkan karton untuk ukuran besar. Vino memakai kertas karton untuk membuat robot setinggi setengah meter. Sedangkan Bagas memakai kertas jasmine, yang kerap dipakai sebagai kartu undangan, untuk membuat robot yang ukuran sedang. Untuk membuat sebuah model mainan dari kertas tergantung pada ketekunan dan waktu pengerjaan. Ada yang selesai hanya dalam hitungan jam, tapi ada yang sampai satu bulan baru selesai. Makin rumit model yang dibuat, makin lama pengerjaannya. Vino membuat model robot berukuran setengah meter hingga satu bulan. Pengerjaannya pun dilakukan saat ada waktu luang atau libur sekolah. “Kadang kalau libur sekolah, seharian di kamar mengerjakan paper craft,” kata dia. Sementara Bagas perlu waktu satu minggu untuk menyelesaikan model robot setinggi 30 cm. Dia pun mengerjakan saat ada waktu luang, pulang sekolah dan saat libur. Seni membuat mainan dari kertas ini tidak hanya melatih kreativitas dan mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat. Bagi sebagian paper crafter atau pembuat model, hobi ini bisa mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada beberapa orang yang minta dibuatkan mainan serupa dari bahan kertas. Vino kerap diminta teman-temannya dibuatkan paper craft. Dia pun diberi imbalan uang untuk jasa pembuatan mainan kertas. Paper craft bisa lebih menghemat uang. Jika harus membeli mainan plastik, biayanya jauh lebih besar. Dengan paper model, hanya perlu uang sedikit untuk membeli kertas dan dapat dibuat seperti mainan dari bahan pelastik. Bagas mengaku ada kebanggaan tersendiri jika berhasil membuat berbagai bentuk mainan dari kertas. Mainan yang dibuat dengan tangan sendiri jauh lebih murah, apalagi dengan bahan kertas. (PADLI RAMDAN/M-2)

Lebih Dekat dengan ‘Paper Crafter’

±

LAPANGAN PKOR, Way Halim, Bandar Lampung, menjadi tempat anggota komunitas Paper Replika (Peri) Lampung untuk memamerkan kar ya berupa model mainan dari kertas. Pameran karya sekaligus ajang kopi darat para pembuat paper model ini dilangsungkan setiap Minggu. Setidaknya ada enam orang ya ng biasa berk u mpu l da n nongkrong di PKOR. Mereka membawa berbagai alat untuk membuat paper craft, seperti kertas, lem, gunting, dan Pilox. Tidak hanya d i Bandar Lampung, Peri Lampung juga pesat di Kota Metro. Taman Kota Met ro menjad i tempat kumpul para pembuat paper model. Mereka pun memilih hari libur, Minggu, untuk bertemu antaranggota komunitas. Komunitas Peri di Lampung sudah berdiri sejak tiga bulan

±

CMYK

±

±

foto: lampung post/dok.

± lalu. Alvino Fidi Samantha adalah pendiri sekaligus koordinator komunitas. Untuk sementara hanya dua kota yang aktif berkumpul, Bandar Lampung dan Metro. Anggota di Metro terbilang lebih ramai. Setiap kumpul bisa mencapai 20 anggota. Berbeda dengan di Bandar Lampung yang hanya enam orang. Sebagai pendiri, kadang Vino dan beberapa teman dari Metro ikut berkumpul dan bergabung dengan anggota komunitas dari Kota Tapis Berseri. Ajang berkumpul mingguan menjadi tempat untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan soal pembuatan paper model. Keahlian untuk membuat kerajinan dari kertas ini perlu diasah supaya lebih rapi dan meny u rapi bent u k asl i nya. “Bagi pemula kadang masih acak-acakan dan belum terlalu

rapi,” kata Vino. Jumlah anggota Peri Lampung di Facebook mencapai 200-an orang. Namun, tidak semuanya aktif ikut kopi darat. Selain Metro dan Bandar Lampung, beberapa anggota lain menyebar di kabupaten, Lampung Barat dan Lampung Selatan. “Yang di kabupaten tidak mungkin ketemu untuk kumpul. Jadi mereka hanya aktif di Facebook,” kata pelajar kelas XII ini. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa, penggiat Peri Lampung juga banyak orang dewasa yang sudah bekerja. Bahkan untuk di Jakarta, anggota komunitas lebih banyak orang dewasa dan para orang tua. Lewat acara kumpul tiap Minggu itulah komunitas Peri Lampung mengenalkan seni membuat mainan dari kertas ini kepada orang lain. Dengan menampilkan rep-

lika robot dan berbagai mainan l a i n , beberapa ora n g ya n g bermain di PKOR dan Taman Kota Metro tertari melihat dan bertanya. “Banyak yang datang mendekat dan melihat hasil paper craft yang kami buat. Mereka bertanya tentang cara membuatnya,” kata Vino. Bagas P r iow i bowo, si s wa SMA Alkautsar, mengaku belum banyak yang tahu jika ada komunitas Peri. Namun, sudah banyak yang tertarik dan berminat untuk belajar memuat paper model. Pelajar kelas X ini mengaku baru dua bulan bergabung dengan komunitas Peri Lampung. Dia tahu tentang paper craft setelah melihat tayangan televisi yang menampilkan karya berupa mainan dari kertas. Bagas pun takjub dan langsung tertarik mendalami soal paper model. (PADLI RAMDAN/M-2)

CMYK

±


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.