Lampungpost Edisi 12 Mei 2012

Page 15

Forum Guru

SABTU, 12 MEI 2012 LAMPUNG POST

GAGAS

Pendidikan Hanya Mengejar Nilai PEMBACA budiman, Forum Guru yang tampil setiap Sabtu, bertujuan lebih mendekatkan dunia pendidikan, khususnya guru. Melalui Forum Guru , kami ingin memberi ruang kepada guru untuk me nyalurkan bakat menulis, ide, saran, masukan, sekaligus unek-

Priyo Anggono Guru SMP Satya Dharma Sudjana, Lampung Tengah

uneknya. Kami juga yakin guru yang berkualitas akan memberikan pendidikan yang berkualitas pula kepada para siswanya. Melalui rubrik ini, kualitas dan profesionalitas guru di Lampung diharapkan meningkat. Bagi guru yang ingin mengirimkan tulisan, pertanyaan, saran, atau masukan untuk rubrik Forum

Guru , silakan dikirim melalui surat dengan alamat Lampung Post: Jalan Soekarno-Hatta No. 108, Bandar Lampung. Bisa juga melalui e-mail: redaksilampost@

yahoo.com. Anda juga bisa mengirimkan masukan untuk profil guru inspiratif dan berprestasi melalui SMS ke 08154059000. Kami menunggu tulisan, saran, pertanyaan, dan masukan Anda. Redaksi.

UJIAN nasional (UN) yang diselenggarakan pemerintah hanya bertujuan meluluskan siswa pada tingkat satuan pendidikan tertentu dengan nilai tinggi dan tingkat kelulusan 100%. Semua berharap agar nilai tinggi yang diperoleh siswa melampaui batas minimal kelulusan (passing grade) yang ditetapkan pemerintah. Untuk mencapai hal itu, sekolah

DEDIKASI

Sujarwo: Tanamkan Rasa Ingin Tahu Sebelum memperoleh penghargaan berlevel nasional, dirinya memang kerap membawa para siswanya untuk berprestasi di ajang lokal, bahkan nasional. Tahun 2010, misalkan, Sujarwo berhasil mengantarkan salah seorang siswanya memeroleh juara pertama penelitian bidang lingkungan. Hal serupa juga kembali diraih pada 2011 lalu untuk bidang kimia. “Yah, tidak semuanya berhasil dan menghasilkan piala karena tidak jarang dalam beberapa kompetisi kami kalah dan bahkan tidak membawa pulang piala dan piagam. Tetapi, biasanya kami bertekat untuk kembali lagi dan DOK. LAMPUNG POST menang,” ujar ayah dari Emor Syahputra dan Shela BANDAR LAMPUNG—Gelar pahlawan tanpa tanda jasa Dwi Lestari ini. Menurut dia, untuk mengkiranya layak disematkan Sujarwo (48 tahun). Dia adalah so- hasilkan siswa berprestasi bisok guru berprestasi meskipun dang penelitian, seorang guru tidak pernah menyandang gelar harus bisa menanamkan rasa ingin tahu, berani mencoba, guru berprestasi. Sederetan trofi bidang pene- dan pantang berputus asa kelitian hasil pencapaian siswa- pada para siswanya. “Einstein siswi SMA Alkautsar binaan saja pernah gagal berkali-kali Sujarwo kiranya dapat menun- sebelum berhasil,” ujar dia. Meskipun berlatar belakang jukkan bahwa alumnus IKIP Jakarta yang lulus 1991 silam ini pendidikan kewiraan, tetapi hal itu tidak membatasi kecintaanmemiliki tangan Midas. Berkat sentuhannya pulalah nya pada sains dan penelitian. Dwi Astuti dan Tisa Mahdi- Ketika SMA, ia pernah penyanansari berhasil memeroleh dang predikat sebagai juara perunggu dalam International satu nasional lomba karya tulis Sustainable World Energy, En- ilmiah remaja tahun 1981. Kecintaanya ini ia terapkan gineering Environment Project Olympiad (I-SWEEEP 2012) di dalam kehidupan sehari-hari dengan tidak pernah membawa Amerika Serikat pekan lalu. “Hal ini merupakan capaian kendaraan pribadi saat datang tertingi yang pernah diraih ke sekolah. Ia lebih suka naik siswa-siswi yang pernah saya angkutan umum atau ojek. Alabimbing. Bagi seorang guru, ini sannya, ia memiliki keleluasaan sangat membanggakan seka- mengamati fenomena sekitar ligus membahagiakan. Ketika dan mencari inspirasi bagi pemereka berhasil mencapai apa nelitian anak-anak didiknya. “Pernah suatu ketika saya beryang mereka inginkan,” ujar dia jalan di seputaran kampus Unila, yang akrab disapa Jarwo. Pria kelahiran 28 Juli 1964 ini ketika itu saya menemukan daun memang sejak 1996 ditunjuk ketapang berserakan di jalan. sebagai guru pembina lembaga Dari situ saya terinspirasi unekstrakurikuler bidang karya tuk mengajak siswa melakukan ilmiah remaja atau KIR. Dari penelitian tentang energi terbakurun waktu tersebut, hingga rukan, biodiesel dari daun ketasaat ini Jarwo dan murid-mu- pang. Dari sanalah lahir prestasi ridnya berhasil mengumpulan kami di Universitas Indonesia,” kata dia. (ABDUL GAFUR/S-2) 100 lebih piala.

dan guru menghalalkan segala cara agar anak didik lulus 100% dengan nilai yang tinggi. Bimbingan belajar atau les tambahan pada pagi maupun sore hari yang diselenggara kan sebagai suplemen, menjadi sa lah satu cara ampuh mengatasi semua minimnya pembelajaran di kelas reguler. Bukan tanpa alasan pihak sekolah dan guru berlomba-lomba “mencerdaskan siswa secara instan” demi UN. Ka rena jika ada siswa yang tidak lulus, tentu sekolah dan guru juga akan merasakan

dampaknya. Pola UN seperti ini sebenarnya akan membentuk kepribadian anak didik yang hanya berorientasi untuk mengejar nilai-nilai akademik. Mereka hanya mengejar nilai tinggi tanpa memperhatikan prestasi yang lain. UN hanya akan menciptakan pola pikir anak didik, bahwa tujuan utama bersekolah adalah pintar. Pintar dalam artian bisa menjawab soal-soal ujian, hafal berbagai rumus Matematika, hafal berbagai ilmu sains dan sosial,

I 15 serta menjadi juara kelas dengan nilai yang tinggi. Namun, mereka miskin akan kemampuan prestasi nonakademik. Pem b ent u k a n kepr i b ad i a n siswa yang hanya berorientasi untuk mengejar nilai tinggi ini ternyata juga berdampak hingga mereka masuk perguruan tinggi. Saat mereka berbondong-bondong masuk perguruan tinggi, mereka juga hanya mengejar nilai yang bagus. Mereka berlomba-lomba menjadi lulusan tercepat dengan predikat cum laude. Oleh karena itu, wajar bila ada di antara mahasiswa yang tujuan utama kuliah hanyalah untuk mengejar nilai yang tinggi dan lulus dalam waktu yang singkat tanpa memperhati-

kan proses kreatif pembentukan keahlian diri untuk mempersiapkan hidup mereka di masa yang akan datang. Pendidikan untuk mengejar nilai yang dikamuflasekan dalam bentuk UN ini pada dasarnya hanya menghasilkan sosok anak didik yang hanya berorientasi pada nilai. Padahal, pendidikan yang hanya berorientasi mengejar nilai yang tinggi hanyalah bersifat semu tanpa diimbangi proses pendidikan yang komprehensif dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Proses pendidikan tidak hanya dinilai dalam bentuk angka-angka, tetapi juga dalam bentuk akhlak dan kepribadian serta prestasi nonakademik lainnya.

Apresiasi buat yang Berprestasi BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus memberikan apresiasi kepada para guru yang telah menorehkan

berikan apresiasi, reward kepada para guru yang telah membuat para siswanya menorehkan prestasi,” kata dia.

prestasi. Semangat Muda

Prestasi seorang guru tidak hanya dinilai dari kemampuannya dalam menguasai kompetensi dasar seorang guru, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kompetensi itu memiliki dampak kepada para siswanya. Hal itu dikatakan pengamat pendidikan, Agus Pahrudin, kepada Lampung Post, Jumat (11-5). Rektor Universitas Muhammadiyah Lampung (UML) ini mengemukakan seorang guru berprestasi pasti akan menghasilkan murid yang juga berprestasi. “Memang saat ini pemerintah secara rutin menyelenggarakan pemilihan guru berprestasi ataupun guru teladan. Namun, pertanyaannya apakah mereka benar-benar guru berprestasi dan memiliki keteladanan. Saya menilai proses ini cenderung ke arah formalistik saja,” ujar Agus. Ia mengemukakan Dinas Pendidikan setidaknya harus merumuskan ulang mengenai kriteria dan indikator seorang guru yang dapat dikatakan sebagai tenaga pendidik berprestasi sehingga predikat dan apresiasi dapat diberikan kepada mereka yang benar-

benar kreatif dalam menjalankan profesinya. “Guru yang baik adalah guru yang kreatif, mampu menginspirasi, berpikir out of the box. Mampu mengajak siswanya belajar begitu pula sebaliknya, merespons aktivitas belajar siswanya. Itu sebabnya, pendidikan adalah sebuah interaksi timbal balik,” kata Agus Pahrudin. Ia mengemukakan seorang guru merupakan seorang profesional yang memiliki kemuliaan, dibayar ataupun tidak, akan merasa terpanggil untuk memberikan ilmunya. Diapresiasi ataupun tidak akan terus bekerja dengan ketulusan. “Saya yakin di luar sana ada banyak guru yang sejatinya berprestasi, tetapi tidak sedikit pun memperoleh apresiasi dari pemerintah. Namun, saya yakin, jika pemerintah tidak memberi, tetapi masyarakat pasti akan mengapresiasi tulus kepada mereka.” Bulan Mei, menurut dia, merupakan bulan pendidikan nasional. “Namun, sudahkah para pihak yang memiliki kebijakan di daerah ini memanfaatkan momentum bulan pendidikan ini untuk mem-

Indonesia Mengajar

ANTARA/REGINA SAFRI

Pendiri Indonesia Mengajar yang juga Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, memberikan penjelasan tentang program Indonesia Mengajar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Selasa (8-5). Anis mengajak mahasiswa untuk ikut mencerdaskan bangsa dengan mengajar ke pelosok-pelosok daerah yang tidak terjangkau agar pendidikan merata.

Sementara itu, menumbuhkan semangat mengajar di kalangan anak muda juga sudah dicetuskan lewat program Indonesia Mengajar. Mereka diterjunkan ke daerahdaerah pelosok untuk mengajar dan memberikan pemahaman akan pentingnya pendidikan. Pentingnya pendidikan bagi anak-anak ternyata belum dipahami secara menyeluruh oleh

masyarakat luas sehingga intervensi di bidang pendidikan melalui upaya membentuk mindset paradigma berpikir yang tepat oleh para orang tua mutlak diperlukan, terutama bagi mereka yang tinggal di pelosok perdesaan. Hal itu diungkapkan tujuh pengajar muda yang bertugas di Lampung, antara lain Aldi Wilda Irawan, Arga Adi Yuwono, Daniel Naek Chrisendo, Meiske Demitria Wahyu, Melissa Tuanakota (SDN 01 Indraloka II, Way Kenanga), Mita Aditama Purwanto, dan Raisa Annisa, saat berdialog di Kafe Babe, Way Halim, Jumat

(5-4) malam. Dalam pertemuan tersebut, ketujuh pengajar muda ini berbagi pengalaman serta kesan pesan mereka selama 6 bulan menjadi tenaga pengajar dari berbagai sekolah di pelosok Kabupaten Tulangbawang Barat, Provinsi Lampung. “Senyuman anak-anak, kepolosan, serta semangat mereka untuk belajar menjadi hal yang menguatkan saya untuk terus maju menuntaskan program ini, meskipun jauh dari orang tua dan sahabat terdekat saya selama ini,” ujar Meiske. (MG1/S-2)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.