EDISI 521 - 23 NOVEMBER 2009

Page 18

18

Senin

KORAN JAKARTA

23 NOVEMBER 2009

®

Ramai-ramai “Menghijaukan” Kota Polusi udara telah menjadi persoalan umum di kota-kota besar Tanah Air. Untuk mengurangi tingkat pencemaran, kota pun “dihijaukan” dengan menambah jumlah pohon dan meningkatkan kualitas pepohonan.

Minimnya Peneduh Jalan

Jenis Jenis Pohon Penghijauan Angsana (Pterocarpus indicus) Pohon penghasil kayu keras dengan warna kemerah-merahan, dan cukup berat

T

idak berbeda jauh dengan Jakarta, pepohonan di Kota Yogyakarta masih dinilai kurang. Beberapa ruas jalan, seperti Godean, Magelang, dan HOS Cokroaminoto, bahkan minim penghijauan karena didominasi oleh pertokoan. Pohonpohon yang cukup rindang hanya dapat dilihat di wilayah Kota Baru dan Jalan Kapas yang merupakan wilayah perkantoran pemerintah dan kampus. Di kota gudeg, persoalan pepohonan berkisar pada jumlah pohon yang masih minim serta mudah tumbang. Budi Santoso, Kepala Sub Bidang Perindang Jalan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, mengatakan untuk membuat rindang jalanan kota, pihaknya memilih pohon berjenis angsana. Pohon itu dianggap paling baik untuk menyerap polutan serta memiliki masa tumbuh yang tergolong cepat. Berbeda halnya dengan pohon tanjung yang masa tumbuhnya lamban dan berkemampuan rendah dalam menyerap polutan. Meski demikian, kata Budi, pihaknya akan membatasi pertumbuhan pohon angsana hingga ketinggiannya maksimal mencapai 5 meter. Jenis pohon lainnya yang akan ditanam pemda ialah pohon beringin. Pohon yang akan ditanam di sekitar Jalan Malioboro itu selain berfungsi untuk penghijauan, juga sebagai penghias kota. Dalam memilih jenis pohon yang akan ditanam, pihak pemda pun mempertimbangkan instalasi air minum yang dibangun PDAM dan listrik dari PLN. Jangan sampai akar-akar pohon nantinya merusak instalasi-instalasi tersebut. “Itu sebabnya kami memilih tanaman yang bibitnya berasal dari proses pencangkokan. Pasalnya, selain

Masa tumbuh cepat Memiliki daun yang lebat Ranting mudah patah Mahoni (Swietenia macrophylla) Pohon penghasil kayu dengan warna kermerah-merahan Memiliki daun lebat Waktu tumbuh agak lama Dapat menyimpan air dalam jumlah besar Dapat tumbuh hingga ketinggian 25 meter Glodogan (Polyafthlea longifolia) Cepat tumbuh Memiliki daun sangat lebat Pohon, dahan, dan ranting kurang kuat Mampu menyerap gas karbondioksida WORDPRESS.COM

cepat tumbuh, akar tanaman juga tidak terlalu menghunjam ke dalam tanah sehingga bisa merusak jalan maupun instalasi milik instansi lain,” kata Budi. Mengenai pohon yang mudah tumbang, menurut Budi, hal itu disebabkan adanya angin kencang yang menerpa pohon. Sedikitnya jumlah pohon yang ada di jalanan menciptakan ruang bagi angin kencang untuk membuat pusaran yang bisa menumbangkan pohon. Untuk mengantisipasi risiko yang diakibatkan embusan angin kencang, pemda pun menjalankan program penghijauan jalan. “Kalau tanaman rapat seperti di hutan kan tidak

akan ada angin puting beliung. Oleh karena itu, kami menargetkan dilakukannya program perapatan tanaman yang bisa selesai pada tahun depan,” ujar Budi. Dalam rangka menyukseskan program penghijauan kota, pemda menganggarkan dana sebesar 402 juta rupiah untuk tahun ini, naik sebesar 22 juta rupiah dibandingkan dengan anggaran tahun lalu. Dana sebesar itu dialokasikan untuk penyulaman, pengadaan tanaman, dan perawatan tanaman, mulai dari penyiraman, pemupukan, hingga pemangkasan. YK/L-2

Tanjung (Mimusops alengi) Dahan dan ranting lentur, tetapi cukup kuat Masa tumbuh agak lama Memiliki daun lebat Mampu menyerap gas-gas polutan Trembesi (Samanea saman) Penghasil kayu olahan Memiliki daun yang lebat Mampu menyerap air dalam jumlah banyak Mampu menyerap gas karbondioksida.

Ajak Masyarakat Asrikan Lingkungan

S

alah satu upaya Pemerintah Kota Semarang untuk “menghijaukan” kota ialah dengan mengajak masyarakat berpartisipasi menanam pohon. Berbagai lomba menanam pohon yang dilakukan hingga ke tingkat kelurahan sering kali digelar pemkot untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya peran pohon dalam kehidupan. Setiap kelurahan diimbau untuk menanam pohon, bahkan membuat taman yang asri. Meski demikian, jumlah ruang terbuka hijau di kota lumpia itu belum sebanding dengan dengan luas dan kepadatan kota. Beberapa taman yang ada di Semarang antara lain Taman KB, Taman Diponegoro, Taman Tabanas, Taman Tugu Muda, dan Taman Singosari. Sayangnya, kondisi taman-taman itu kurang terawat dengan baik. Hanya Taman KB yang terletak di samping Kantor Gubernur Jawa Tengah yang masih terawat dan sedang diremajakan, misalnya dengan menambahkan aneka pohon.

Sebagian ruas jalan di Semarang masih didominasi oleh aspal dan beton, tidak disisipi pepohonan yang bisa menyerap polutan dari hasil pembakaran kendaraan bermotor serta meneduhkan jalan. Selain minimnya jumlah pohon, persoalan yang berkaitan dengan pepohonan di Semarang yang kerap mengemuka ialah banyaknya pohon tumbang. Akibat terpaan angin kencang, pohon pun rawan tumbang yang bisa mengganggu lalu lintas di jalan serta membahayakan para pengguna jalan. Kondisi itu kontan mendapat perhatian serius dari pemda. Kepala Bidang Penghijauan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang Sudjadi mengatakan pihaknya telah melakukan sejumlah langkah guna menghijaukan kota. Upaya itu juga dilakukan dengan menggandeng masyarakat dan pihak swasta. ”Kepedulian masyarakat untuk menanam pohon dan merawat pohon di lingkungan masing-masing cukup besar,” katanya. Saat ini, sekitar 60 persen pohon

yang ditanam di Semarang berjenis angsana. Pohon itu memiliki keistimewaan sangat rindang dan memiliki fungsi peneduh yang baik. Sayangnya, pohon angsa rawan tumbang. Selain angsana, ada pohon mahoni, soga, asem jawa, tabobuya, dan pohon kenari. Pakar tata kota dan lingkungan Universitas Diponegoro Semarang, Eko Budiharjo, menyatakan pohon memberikan andil besar terhadap keindahan, kesejukan, dan kenyamanan. Oleh karena itu, menurutnya, dalam memilih jenis pohon, harus memandang tiga unsur fungsional tersebut. Eko mencontohkan di sepanjang jalan protokol kota-kota besar di negara maju, pepohonan yang ditanam, selain merindangkan, juga menghasilkan buah. ”Tidak ada salahnya mencontoh yang baik, dengan menanam pohon buah,” katanya. Lebih lanjut, Eko mengatakan salah satu pohon yang bisa

dijadikan alternatif ialah pohon asem. Pohon itu, selain menghasilkan buah asem, bisa menjadi tempat bagi burung berkembang biak. Untuk mengoptimalkan fungsi pohon, pemkot juga melakukan peremajaan pohon. Khusus untuk pohon-pohon yang diperkirakan akan roboh, pemkot akan mengganti dengan pohon-pohon baru. Dana yang disediakan pemkot untuk perawatan pohon mencapai 500 juta rupiah. Menurut Sudjadi, sebenarnya dana itu dirasa kurang, namun pihaknya tetap berupaya untuk mengoptimalkan penggunaannya demi mewujudkan Kota Semarang yang hijau dan asri. SM/L-2

KORAN JAKARTA/NOVERTA SALYADI

Melestarikan Pepohonan Langka

P

emerintah Kota Palembang bertekad mewujudkan Palembang sebagai kota yang terdepan dan tebersih di Indonesia. Berbagai upaya ditempuh untuk mewujudkan tekad itu, mulai dari penataan lampu hias, taman, hingga perawatan serta pelestarian pohon langka dan tua. Melalui Dinas Penerangan Jalan, Pertamanan, dan Pemakaman (PJPP), pemerintah berupaya memanfaatkan ruang terbuka menjadi ruang terbuka hijau (RTH). Beberapa RTH yang telah dipercantik di antaranya RTH Kambang Iwak, Kamang Iwak Kecik, Bukit Siguntang, dan Hutan Kota Wisata Punti Kayu. Menurut Kepala Seksi Penghijau Dinas PJPP Kota Palembang, Muttabah, saat ini di Palembang terdapat 41.776 pohon dari berbagai jenis, seperti bungur, mahoni, meranti, dan tembesu. Sebagian besar pohon itu sudah berusia puluhan tahun. Meski usianya sudah terbilang tua, pohon-pohon itu tampak masih berdiri kokoh karena selalu mendapatkan perawatan yang baik. “Kami setiap hari mengecek kondisi pohon, apakah ada yang mau patah atau ada yang mati. Hal itu menyebabkan pohon-pohon tetap awet dan aman bagi masyarakat yang ingin berteduh di bawahnya. Jika ditemukan pohon yang akan mati, kami akan menebangnya dan mengganti dengan pohon yang baru,” ujar Muttabah. Lebih lanjut, dia mengatakan upaya pelestarian pepohonan di Kota Palembang disesuaikan dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. Salah satu isi dari peraturan itu ialah masyarakat yang merusak dan menebang pohon akan dikenai denda sebesar 50 juta rupiah atau kurungan penjara selama tiga bulan. Upaya pelestarian pohon-pohon langka yang dilakukan pemkot tidak hanya di pusat kota, tetapi juga hingga pelosok kota. Bukan hanya melestarikan pepohonan, upaya pemkot untuk “menghijaukan” kota dilakukan pula dengan cara membuat hutan kota yang ditumbuhi ratusan pohon pinus yang usianya rata-rata telah mencapai lebih dari 30 tahun. Selain memiliki fungsi ekologis, keberadaan hutan pinus itu dimaksudkan sebagai tempat wisata bagi masyarakat Palembang. Panoramanya yang indah membuat tempat itu menarik untuk dikunjungi. PL/L-2

KORAN JAKARTA/HENRI PELUPESSY


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.