How Child-Friendly Planning and Design Can Help Children: City of Eindhoven

Page 1

E I N D H O V E N

CHILD-FRIENDLY CITIES


ANGGOTA

KELOMPOK

NOVIA SARI RISTIANTI, ST, MT DOSEN PEMBIMBING

FAIRUZ ALLYA ATMANAGARA 21040119140172

IKMAH ARTIN NIKMANTI 21040119130091

STEVANI DYAH ARUM P.S.H 21040119120035

JASMINE KHAIRANI 21040119140174

FAKHRI RAMADHANI 21040119140167

AHMAD FAUZAN ALAMSYAH 21040119130131

DADING ALDIYUDA 21040119140150

AGUM CHANDRA KUDDY 21040119130069


CONTENTS 01

Pendahuluan

02

Inclusive Urban Design & Childfriendly City

03

Lesson Learned

04

Adopsi Implementasi

05

Analisis Perbandingan


PEN

DA HU

LU AN

?

Sustainable Cities and Region & Inclusive Urban Design

?

APA ITU

Kuliah Kerja Lapangan dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas produk perencanaan dengan memberikan wawasan dan pengalaman praktik-praktik perencanaan kota di wilayah lain yang bisa dijadikan sebagai best practice. Dalam kuliah kerja lapangan PWK tahun 2022, mengangkat tema sustainable cities and region dengan sub-tema kelompok B1 adalah inclusive urban design. Fokus sub tema pada kelompok B1 adalah child-friendly city dengan lokasi di Kota Eindhoven, Belanda. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan lesson learned dari Kota Eindhoven untuk diimplementasikan di Indonesia terkait child-friendly city.

Sustainable cities and regions merupakan cabang dari teori sustainable development. Menurut Seddek (2016), kota atau wilayah yang berkelanjutan memiliki karakteristik perkotaan, ekonomi, lingkungan, dan sosial. Sustainability pada konteks perkotaan merujuk pada potensi sebuah kota yang bisa mendapatkan kinerja pada aspek sosio-ekonomi, demografi, lingkungan dan teknologi dalam jangka panjang. Berdasarkan sustainable development goals, sub tema kelompok B1 yaitu inclusive urban design masuk pada tujuan nomor 11, yaitu kota dan komunitas yang berkelanjutan.

I 01

nclusive design berarti merancang produk, layanan, dan lingkungan yang dapat digunakan sebanyak mungkin orang, terlepas dari usia

atau kemampuan sehingga mudah dan menyenangkan untuk digunakan oleh semua anggota masyarakat dan memungkinkan mereka untuk terus tinggal di rumah jika mereka mau (Chakam, Muchammad F., & Novia Sari Ristianti, 2021).


D

esain yang inklusif tersebut berkaitan dengan lingkungan binaan yang mencangkup tentang tempat tinggal masyarakatnya, fasilitas yang disediakan (fasilitas kesehatan, pendidikan, dll), ruang terbuka, serta kemudahan aksesibilitas (CABE, 2008). Untuk menciptakan kesetaraan masyarakat dalam kota inklusif memiliki kaitan erat dengan desain dan manajemen bangunan maupun ruang dan tempat. Menurut CABE tahun 2008, tempat yang inklusif harus : Ramah untuk semua orang Dapat diakses dan mudah digunakan tanpa usaha berlebih Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan baik mental maupun fisik Mencerminkan keragaman masyarakat saat ini Mendorong keharmonisan antar kelompok sosial dan memastikan bahwa sumber daya yang ada dapat dibagi secara adil dan merata.

"

Inclusive Urban Design merupakan suatu desain perkotaan yang dirancang agar kota tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya dan memungkinkan semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap aspek masyarakat, tanpa memandang usia maupun kemampuan fisik setiap orang.

02

"


Salah satu fokus dari inclusive urban design yaitu pada kota yang didesain ramah untuk anak. Kota Ramah Anak (Child Friendly City/CFC) adalah kota di mana anak-anak dan remaja memiliki kesempatan untuk berkembang sepenuhnya dan berpartisipasi secara aktif dan sungguh-sungguh dalam kehidupan publik, mengambil keputusan tentang hal-hal yang menyangkut mereka. Ini adalah kota di mana tidak ada diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, status kesehatan, status sosial, kebangsaan atau agama.

I

nisiatif kota ramah anak diluncurkan oleh PBB pada 1996 bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dengan perkem -

bangan anak yang positif dalam skala global (Nan. F, 2020).Kriteria kota ramah anak yaitu kemungkinan anak untuk dapat bergerak secara mandiri dan peluang anak untuk mengaktualisasikan keterjangkauan lingkungan (Broberg & Marketta, 2013). Kota Ramah Anak ditujukan untuk kondisi kehidupan anak di kota guna melindungi 12 hak anak dalam konstruksi perkotaan, seperti berjalan sendiri dengan aman, bermain bersama teman, tinggal di lingkungan yang hijau dan sebagainya (Liangwa. C, 2017).

03


?

untuk menemukan keseimbangan antara kendaraan bermotor dan kegiatan di luar ruangan untuk anakanak dengan dasar tidak menambah jumlah kendaraan bermotor yang ada untuk mendorong orang dewasa dan anak-anak untuk berjalan atau bersepeda. Konsep tersebut memiliki 6 prinsip yaitu : Memberikan perlindungan yang memadai termasuk lingkungan sosial dan lingkungan jalan Dapat dilalui dengan berjalan kaki dan memiliki sistem pejalan kaki yang aman Sangat cocok untuk bersepeda anak-anak dan memiliki sistem bersepeda yang aman dan mandiri Memberikan kebebasan bagi anak untuk bertindak di jalan, seperti anak-anak dapat menggunakan jalan dengan lebar penuh Memiliki furniture jalanan yang sempurna dan berlimpah Memiliki lingkungan jalan yang menarik bagi anak-anak dan dapat memberikan kesempatan untuk permainan anak-anak dan kegiatan sosial

CHILD

SEITIC YLDNEIRF

L

iangwa (2017) mengatakan bahwa dalam Deklarasi Delft terakhir pada tahun 2006 berupa "Eksplorasi untuk Jalan Ramah Anak" merupakan konsep desain lingkungan distrik yang ramah anak

04


R

angkuti & Irfan (2019) menyatakan bahwa menurut Goerge Edward III ada 4 faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan Child Friendly City yaitu Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi dan Struktur Birokrasi. Sedangkan menurut G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rodinelli faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan Child Friendly City yaitu kondisi lingkungan, hubungan antar organisasi, sumberdaya dan karakteristik pengetahuan. Terdapat 4 elemen yang menjadi dasar kondisi entervensi desain perkotaan ramah anak (Rangkuti & Irfan, 2019), yaitu :

Perumahan ramah anak, dengan kriteria yang dirancang terdapat perumahan dan ruang khusus untuk anak, ruang lantai minimum, area bermain bersama dan akses yang aman, Adanya ruang publik, yaitu pembangunan yang mencakup prasarana yang cocok untuk bermain, terjangkau dari sinar matahari, ruang bermain hijau, dan lain-lain, Fasilitas, seperti adanya sekolah per distrik dan fitur lingkungan sekolah yang aman. Rute lalu lintas aman, hal ini mendorong anak untuk dapat menjelajah kota dan terlibat dalam kehidupan kota yang lebih mandiri dengan aman.

05


D

alam konsep Child Friendly City, pemerintah, lembaga asosiasi anak, dan lembaga yang berkepentingan bersama seluruh masyarakat, melakukan upaya untuk mempromosikan hak-

hak anak sebagaimana yang ada dalam Konvensi Hak Anak. Sama halnya dengan Konsep Inclusive Urban Design yang merepresentasikan kota yang ramah bagi semua orang serta menjadikan pandangan anakanak didengar dan dipertimbangkan dalam perencanaan pembangunan kota, dengan tujuan meningkatkan kehidupan anak dan untuk menjamin hak setiap anak

Sumber : UNICEF

06


EINDHOVEN Batas administrasi Kota Eindhoven sebagai berikut: Utara : Sint-Oedenrode Selatan : Valkenswaard Timur : Nuenen Barat : Veldhoven

51.4366, Garis bujur: 5.478 51° 26′ 12″ Utara, 5° 28′ 41″ Timur.

Gambar Peta Jaringan Jalan Kota Eindhoven Sumber : Momcilojovanov

N

Eindhoven!

Kota Eindhoven, kota madya dengan Garis lintang:

Get to know more about

Kota ini menerima hak kota pada tahun 1232 yang kemudian menjadi kota berkembang dan mempengaruhi pertumbuhan Kota Eindhoven secara keseluruhan serta menjadikannya sebagai kota besar kelima di Belanda dan terbesar di Brabant Utara. Hal tersebut didukung dengan Kota Eindhoven yang disebut sebagai “the design capital of Netherlands” dengan merepresentasikan sebagai kota dengan integrasi desain, industri, pengetahuan dan teknologi yang maju.

orth Brabant

Sumber : google image

07

luas 88,92 km2 234.000 jiwa


? EINDHOVEN

?

KENAPA

K

Kota Eindhoven memiliki jumlah penduduk sebanyak 234.000 jiwa dengan kepadatan 2.445,2/km2 yang didominasi oleh kelompok usia antara 20-40 tahun. Hal tersebut menjadikan Kota Eindhoven memiliki daya tarik kaum muda jika dibandingkan dengan kota lain. Daya tarik lain yaitu Kota Eindhoven memiliki persentase ruang hijau tertinggi di Provinsi Brabant Utara, salah satu kawasan di Eindhoven yaitu Ooievaarsnest juga terpilih sebagai “Best large-city neighborhood of the Netherlands” dengan kombinasi taman dan kawasan perairan yang baik pada tahun 1997. Selain itu, Kota Eindhoven memiliki kebijakan The Dutch ‘Sustainable Safety’ (‘Duurzaam Veilig’) yang berfokus pada desain jaringan jalan di Belanda serta memiliki lingkungan yang mendukung anak bergerak dengan mudah dari ruang privat ke ruang publik dengan aman.

eadaan tersebut menjadikan Kota Eindhoven mendapat julukan sebagai kota ramah anak maupun keluarga karena adanya faktor pendukung seperti street, green spaces and play spaces. Julukan kota

ramah anak yang dimiliki Kota Eindhoven menunjukkan bahwa kota ini peduli dengan sensibilitas, responsibilitas dan keberlanjutan sebuah kota. Julukan ini muncul karena Eindhoven merupakan kota universitas yang memiliki populasi pelajar dan golongan muda yang besar. Selain itu, kota ramah anak di Eindhoven juga didukung dengan adanya Kindlit atau rute yang disediakan aman bagi anakanak, seperti di Woensel bagian barat, dimana rute tersebut menghubungkan lingkungan sekolah, taman bermain dan taman lingkungan. Kota Eindhoven juga memiliki beberapa taman hijau, di mana taman tersebut selain dijadikan sebagai tujuan estetika juga dijadikan sebagai tempat bermain alami untuk anak-anak. Selain itu terdapat Speelpark de splinter yaitu taman bermain yang sangat luas. Biasanya setiap hari rabu terdapat workshop lego dan setiap sabtu terdapat workshop komputer bagi anak.

08


BAGAIMA

Street Design: safety dan design

09

K

Gambar Kindlint, Eindhoven Sumber : Krishnamurthy, 2018

ota Eindhoven telah menggunakan desain jalan yang memikirkan keamanan bagi pengguna jalan, terutama anak-anak.

Penerapan street design pada Kota Eindhoven adalah sebagai berikut. Jalan di Blixembosch-Oost memiliki jalan yang aman terutama untuk anak berpindah dari ruang pribadi ke ruang publik. Adanya rute anak-anak atau sering disebut ‘Kindlint’ di Woensel-West. Rute ini merupakan jalan dengan kecepatan rata-rata 30 km/jam, memiliki signage paling banyak, dan jalur pejalan kaki yang terpisah. Jalan dan pedestrian di Kota Eindhoven sudah dilengkapi dengan signage, jalur sepeda yang terpisah, jalur pejalan kaki yang terpisah, penerangan jalan, tempat untuk beristirahat. Beberapa jalan di Kota Eindhoven merupakan jalan yang diakses dengan kecepatan rata-rata 30 km/jam. Hal tersebut terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar Peta Klasifikasi Jalan di Empat Lingkungan Kota Eindhoven

Dalam desain jalan pada konsep Child-friendly City, perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut (Krishnamurthy,2018). Desain Jalan Jalan merupakan jalur transportasi memiliki isu potensial menjadi salah satu tempat anak-anak untuk bermain dan belajar. Koridor jalan dibentuk oleh elemen fisik dan non fisik yang merangsang kreativitas, pengetahuan, dan perilaku anak (Ekawati, 2015 dalam Khrisnamurthy, 2018). Keamanan Jalan Keamanan jalan bukan hanya tanggung jawab pengguna jalan namun juga dipengaruhi oleh desain jalan tersebut. Dalam visi sustainable safety, terdapat lima prinsip penting: fungsionalitas jalan, keseragaman massa kecepatan dan/atau arah, prediktabilitas jalur jalan dan perilaku pengguna jalan dengan desain jalan, sikap terhadap lingkungan dan pengguna jalan, serta kesadaran pengguna jalan.


ANA

PENERAPAN CHILD-FRIENDLY CITY DI KOTA EINDHOVEN

U

Urban Green Spaces

rban green spaces dapat memiliki dampak positif pada setiap individu, termasuk peningkatan kebahagiaan dan kreativitas.

Selain itu memiliki dampak positif pada beberapa agenda utama di perkotaan seperti inklusi sosial, kesehatan, sustainability, dan urban renewal. Namun, anak-anak memiliki kontak yang kurang dengan lingkungan hijau di perkotaan. Green spaces penting untuk perkembangan fisik, sosial dan kognitif anakanak. Penerapan child-friendly city di Kota Eindhoven adalah sebagai berikut. Akses anak-anak ke lingkungan lokal yang ramah anak, termasuk keberadaan ruang hijau dapat mendukung perkembangan anak yang sehat, anak dapat bermain dengan aktif, dan meningkatkan kepedulian anak-anak terhadap lingkungan. Terdapat fasilitas hijau (seperti taman bermain, lapangan olahraga, taman, lapangan rumput) setidaknya dalam jarak 600 meter pada hunian di Kota Eindhoven. Keberadaan taman kota di Bergen, yaitu Anne Freankplantsoen, yang banyak digunakan anak-anak untuk bermain dan belajar. Meskipun tidak terdapat fasilitas permainan spesifik untuk anak-anak, namun di taman ini menawarkan kenyamanan untuk anakanak belajar dan membuat kegiatan permainan mereka sendiri. Terdapat cukup banyak taman privat di Blixembosch-Oost yang berkontribusi pada kualitas lingkungan sekitar. Green Spaces pada lingkungan ini memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat bermain dan tujuan keindahan (aesthetic purposes). Sehingga green spaces di wilayah ini memiliki kualitas yang baik.

Gambar Taman Anne Freankplantsoen, Bergen, Eindhoven Sumber : pinterst

Gambar Greenspaces in Lakerlopen, Eindhoven Sumber : Krishnamurthy, 2018

Gambar aesthetic greenscapes in neighbourhood, Bergen, Eindhoven Sumber : Krishnamurthy, 2018

10


Play Areas Berdasarkan Krishnamurthy (2018), terdapat dua tipe playscapes yaitu designated dan undesignated play. Designated play merupakan area bermain yang sengaja didesain dengan fungsi untuk playground atau sports field. Sedangkan undesignated play tidak didesain secara khusus menjadi area bermain namun dapat digunakan menjadi area bermain. Terdapat paling tidak lebih dari lima area bermain pada tiap daerah di Kota Eindhoven sebagai salah satu wujud penerapan Child-friendly city.

L

Fasilitas Lingkungan ingkungan yang nyaman baik dari kualitas lingkungan dan kenyamanan

Lingkungan di Kota Eindhoven memiliki paling tidak satu sekolah yang memungkinkan anak-anak bergerak menuju sekolah melewati hunian, jalan, dan lingkungan yang nyaman dan aman. Selain itu, memberi kesan menyenangkan bagi anak, jalan di sekitar lingkungan Blixembosch-Oost diberi nama jalan yang mencerminkan kegemaran anak-anak seperti Cinderella, Fairytale Forest, dan Little Red Riding Hood.

Gambar Speeltuinvereniging Philipsdorp, Einhoven Sumber : go-kids.nl

11


Blixembosch-Oost, Eindhoven

P

Gambar Peta Blixembosch-Oost, Einhoven Sumber : Krishnamurthy, 2018

eta diatas merupakan salah satu lingkungan di Kota Eindhoven, yaitu Blixembosch-Oost yang telah menerapkan konsep Child-friendly City dengan baik. Terlihat lingkungan yang tampak seimbang antara area bermain, kawasan hijau, dan hunian. Terdapat fasilitas pendidikan dan perdagangan jasa yang berada di pusat lingkungan. Menurut wawancara yang dilakukan oleh Krishnamurthy (2018), lingkungan ini sangat damai dan nyaman dengan berbagai fasilitas yang mudah dijangkau dengan berjalan kaki.

12


I

LESSON

ndonesia merupakan salah satu negara yang sudah memperhatikan kebutuhan anak dengan keinginan mewujudkan kota layak anak. Indonesia menerapkan konvensi hak anak sejak 5 september 1990 dengan berkomitmen dalam menghormati dan memenuhi hak anak. Selain itu, pemerintah menugaskan Kepala Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk mewujudkan perlindungan kepada anak Indonesia serta mewujudkan kebijakan yang responsif pada gender dan peduli anak guna meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan serta memenuhi hak tumbuh kembang anak dan melindungi anak dari tindak kekerasan. Dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, disebutkan bahwa pemerintah daerah berkewajiban dan bertanggung jawab membentuk kabupaten dan kota layak anak. Kebijakan tersebut dapat diwujudkan melalui upaya daerah membangun kabupaten/kota layak anak. Maka dari itu, beberapa kabupaten dan kota di Indonesia telah memulai terobosan penunjang terwujudnya kota layak anak. Terdapat 24 indikator kota layak anak di Indonesia yang dibagi menjadi lima cluster, meliputi kelembagaan, perlindungan khusus, hak sipil kebebasan, lingkungan keluarga & pengasuhan alternatif, kesehatan dasar & kesejahteraan, serta pendidikan, pemanfaatan waktu luang & kegiatan budaya.

Salah satu kota di Indonesia yang sudah menerapkan program layak anak adalah Kota Surakarta bagian barat. Kota Surakarta telah memenuhi kota layak anak berdasarkan indikasi telah mencanangkan kota layak anak yang dituangkan kedalam Peraturan Walikota No. 3B tahun 2013 dan Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 4 tahun 2012 tentang Perlindungan Anak.

Gambar. Taman Cerdas, Surakarta Sumber : Google

"Menurut Faizal (2019), secara keseluruhan kesesuaian elemen rancang pada kota Surakarta dalam indikator kawasan ramah anak belum maksimal, terutama pada variabel pedestrian yang dianggap belum aman dan nyaman dalam mobilitas anak melakukan aktivitas individu. Selain itu, masih kurangnya keamanan akibat tidak adanya signage larangan merokok pada kawasan dengan mobilitas anak yang tinggi."

Lesson learned yang dapat diambil dari penerapan Child-friendly city di Kota Eindhoven untuk mengatasi permasalahan di Kota Surakarta seperti berikut : Perlu adanya petunjuk/ signage khusus untuk menjamin keamanan serta keselamatan anak dalam melakukan aktivitas/ mobilitas. Perbaikan pedestrian yang ramah anak. Penambahan jalur khusus sepeda yang terpisah dari jalur pejalan kaki sehingga lebih aman dan nyaman.

13


LEARNED Gambar . Street Design Sumber : Google Maps

Dibutuhkan jalur khusus/ rute anak pada jalan lingkungan utama khususnya pada jalur kendaraan yang tergolong tinggi, seperti ‘Kindlint’ yang ada di Woensel-West, Eindhoven. Selain itu, penerapan street design pada Kota Eindhoven telah menggunakan desain jalan yang memikirkan keamanan bagi pengguna anak-anak. Terdapat beberapa desain jalan yang telah diterapkan, seperti jalan di BlixemboschOost yang memiliki jalan aman untuk anak berpindah dari ruang pribadi ke ruang publik, terdapat rute untuk anak, yang merupakan jalan dengan kecepatan ratarata 30 km/jam

M

Gambar. Green Space Sumber : Google Maps

emperbanyak fasilitas/ ruang terbuka hijau yang aman untuk area bermain anak

anak terutama pada kawasan hunian. Penerapan fasilitas hijau yang memiliki rentang jarak 600 meter pada kawasan hunian. Terdapat taman kota di Bergen, yaitu Anne Freankplantsoen, yang

banyak digunakan anak-anak untuk bermain dan belajar, serta terdapat cukup banyak taman privat di Blixembosch-Oost yang berkontribusi pada kualitas lingkungan sekitar.

Gambar. Jalur Khusus Pesepeda Sumber : Google Maps

Gambar. Play Areas Sumber : Google Maps

14


ADOPSI IMPLEMENTASI TEMA Indonesia menjadi salah satu negara yang sudah memperhatikan kebutuhan anak dengan mewujudkan kota yang layak anak. Salah satu kota di Indonesia yang sudah mendapat predikat Kota Layak Anak adalah Kota Surakarta. Kota Surakarta telah menerapkan beberapa program dalam mendukung child friendly city seperti adanya gerakan wajib jam belajar (GWJB) yang dilaksanakan setiap minggu sampai jumat jam 18.30 WIB - 20.30 WIB. Masyarakat yang ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan GWJB akan mengarahkan anak-anak yang masih berada diluar rumah untuk belajar dan menyarankan orang tua untuk mematikan TV agar anak bisa fokus belajar.

S

REVIEW

Gambar 7 Gerakan Wajib Jam Belajar (GWJB) Sumber : Surakarta.go.id, 2018

elain itu, pada bidang kependudukan juga terdapat program yang mendukung child friendly city seperti peluncuran Kartu Insentif Anak (KIA) oleh dinas ke pendudukan dan catatan sipil. KIA tersebut digunakan untuk memberikan diskon kepada anak baik di toko buku, tempat hiburan anak, rumah sakit, sarana olahraga di perhotelan, Gambar 9 Penggunaan KIA supermarket, dan bus sekolah. Kartu tersebut Sumber : dispendukcapil.surakarta.go.id, 2019 juga digunakan sebagai kartu identitas anak. Program di Kota Surakarta lebih berfokus kepada pelayanan sosial seperti kemudahan anak untuk belajar tetapi belum ada program yang mengarah ke desain perkotaan yang ramah, aman, dan nyaman untuk anak. Oleh karena itu, diperlukan adanya adopsi program dari Kota Eindhoven berkaitan dengan desain perkotaan yang ramah anak sehingga anak dapat bergerak secara aman dan nyaman. Program yang dapat diadopsi tersebut antara lain adanya program pembangunan jalur khusus anak, pembangunan jalur sepeda yang cukup lebar untuk meminimalkan adanya tabrakan, serta pembangunan green space untuk tempat bermain anak di setiap blok permukiman.

15


TANTANGAN

M

eskipun pada praktiknya Indonesia telah memiliki beberapa peraturan dan program yang dapat melindungi hak anak di Indonesia, masih terdapat gap pada implementasi konsep Child-friendly City di

Kota Surakarta, Indonesia apabila dibandingkan dengan Kota Eindhoven, Belanda. Berdasarkan contoh aplikasi dan implementasi konsep kota layak anak di Surakarta dan Einhoven yang tertulis pada bagian sebelumnya, disusun tantangan-tantangan yang dihadapi Indonesia, khususnya Kota Surakarta dalam mewujudkan Child-friendly City: Tingkat tindak kejahatan dan kriminalitas yang tinggi

1.

500

Tingginya angka kriminalitas di Indonesia menjadi salah satu alasan orientasi implementasi konsep Child-friendly City (CFC)di Indonesia maupun Kota Surakarta, terhadap kebijakan dan program-program perlindungan anak. Di Belanda, meskipun kasus kriminalitas tinggi masih terjadi di perkotaan, seperti Kota Rotterdam, namun angkanya tidak se-memprihatinkan angka yang terjadi di Indonesia (Databoks, 2022). Melalui publikasi Profil Anak Indonesia tahun 2019, dapat diketahui bahwa perlindungan khusus pada anak menjadi salah satu pokok bahasan penting untuk anak-anak di Indonesia. Hal ini ditunjukkan pada UU No. 35 tahun 2014 pasal 15 dan 59 ayat (1) yang berfokus pada penanganan kejahatan, pendampingan dan rehabilitasi anak. Lebih lanjut, orientasi ini juga ditunjukkan dengan 4 fokus utama program CFC di Surakarta, yaitu pada bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan dan partisipasi. Oleh karena itu, pemenuhan hak anak untuk bermain dan belajar yang terlihat jelas di Eindhoven, Belanda akan lebih sulit untuk diimplementasikan di Indonesia.

400 300 200 100

Di ri Bu nu h

Pe nc ur ia n

Ab or si

Ta ja m Se nj at a

Pe m bu nu ha n

Ke pe m ili ka n

Pe nc ul ik an

Pe do fil ia

La lu

Li nt as

Fi si k Ke ce la ka an

Ke ke ra sa n

Ke ke ra sa n

Se ks ua l

0

Anak Berhadapan Hukum sebagai Korban Menurut Kasus Tahun 2020 Sumber: databoks.katadata.co.id, 2022

16


2.

Keterbatasan data sebagai dasar pembuatan program

Keterbatasan data kependudukan dan minimnya kegiatan survei pada tiap unit warga menjadi tantangan penerapan CFC di Surakarta dalam membentuk program yang tepat sasaran.

Disebutkan pada (Krishnamurthy et al., 2018), kebutuhan anak-anak berbeda-beda, tergantung pada kelompok umur anak. Hal inilah yang menjadi dasar penentuan pembangunan-pembangunan di Belanda dalam mewujudkan konsep CFC. Para pemangku kebijakan di Belanda akan melakukan survei pada tiap neighbourhood/kawasan terkait populasi anak di sana, yang dikategorikan pada kelompok usia anak yang berbeda-beda. Oleh karena itu, terdapat bentuk design perkotaan di Eindhoven yang dapat dinilai tepat sasaran. Contohnya rute ramah anak Kindlint untuk mendorong anak-anak bergerak secara mandiri dan jenis/desain playscapes di sekitar rumah yang memiliki alat bermain berbeda-beda. Kegiatan ini belum secara detil dilakukan di Indonesia.

Perbedaan Jenis Taman bagi Remaja dan Anak-anak Sumber: Krishnamurthy et al., 2018

3.

Kurangnya koordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah Surakarta

B

asis pembentukan program-program CFC di Kota Surakarta pada kebijakan menyebabkan keterlibatan yang banyak dari pemerintah untuk mewujudkan program-program tersebut.

Meskipun keterlibatan aktif pemerintah dapat mendatangkan dampak positif, namun pada beberapa kasus, misalnya koordinasi SKPD yang lemah, praktik-praktik CFC di Surakarta dapat terganggu. Hal ini dikarenakan keterlibatan yang panjang dari pihak pemerintah kabupaten hingga masyarakat, sehingga jika koordinasi yang dibentuk tidak kuat, program CFC akan terhambat.

17


PELUANG Semakin tingginya aktivitas anak yang ada, maka kebutuhan akan keberadaan kawasan yang mampu mengakomodasi aktivitas anak akan semakin tinggi. Perwujudan kota ramah anak di Indonesia memiliki 9 tahapan (Nour, 2013). Dalam tahapan tersebut Kota Surakarta, Indonesia sudah berada pada tahap 4, untuk itu adanya kesesuaian ataupun peluang yang dapat dilakukan oleh Kota Surakarta dalam implementasi hak anak pada tahap strategi maupun rencana aksinya dengan acuan Kota Eindoven sebagai implementasi perwujudan Child Friendly City. Oleh karena itu, disusun peluang yang dapat diterapkan Kota Surakarta dalam mewujudkan Child Friendly City:

1.

Orientasi Kota Layak Anak yang tertuang dalam kebijakan

P

rogram kota layak anak di Indonesia dituangkan dalam kebijakan Pemerintah Provinsi berupa RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak). RPTRA dikembangkan di berbagai wilayah ibu kota, dengan konsep ruang terbuka hijau ramah anak yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas men dukung perkembangan anak, kenyamanan orangtua, tempat berinteraksi dan untuk pendidikan anak. Kota tidak akan menjalankan fungsinya sebagai penggerak pertumbuhan apabila pengelolaannya tidak tepat atau memadai. Dampak dari hal tersebut akan menciptakan suatu perkotaan yang disinsentif bagi pertumbuhan kotanya. Kota Surakarta merupakan kawasan perkotaan yang secara alami menjadi penggerak pertumbuhan kawasan perkotaan itu sendiri. Oleh sebab itu, Kota Surakarta perlu menjadi fokus Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan program pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) guna memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya anak-anak.

Ruang Publik Terpadu Ramah Anak DKI Jakarta Sumber: Kompas.com

18


2.

Elemen Rancang pada Kawasan Layak Anak

Kesesuaian elemen rancang pada Kota Eindhoven dapat menjadi peluang maupun inovasi yang dapat diimplementasikan maupun dijadikan penyempurna bagi Kota Surakarta. Kota Surakarta memiliki tata bangunan yang tidak tergolong massif dengan kemampuan reduksi polusi suara yang baik yang dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria penyusun kawasan ramah anak. Kemudian elemen sirkulasi dan ruang terbuka pada Kota Surakarta sudah memenuhi aspek kenyamanan, kesehatan dan stimulasi. Sedangkan pada kualitas lingkungan dan signage, Kota Surakarta sudah memiliki peluang untuk lebih dikembangkan, karena Kota Surakarta sudah memiliki keberadaan vegetasi di sepanjang pedestrian dan area sekitar sekolah serta keberadaan signage yang membantu masyarakatnya. Pada potensi yang dimiliki Kota Surakarta dalam elemen rancang pada kawasan layak ini, masih perlunya pembenahan rancangan kawasan pada pedestrian dan signage sebagai sistem prasarana yang mendukung pergerakan aktif antar pusat aktivitas anak, karena pedestrian menjadi salah satu elemen yang mampu mengintegrasikan setiap pusat aktivitas untuk menjamin kemudahan, keamanan serta keselamatan anak.

Adopsi Implementasi CFC Belanda di Indonesia

19

S

etelah mengetahui tantangan dan peluang penerapan CFC di Indonesia, diidentifikasikan bentuk-bentuk implementasi CFC di Belanda dan kemungkinan adopsi program di Indonesia:


ANALISIS PERBANDINGAN

D

i Belanda, dasar kebijakan penataan ruang terdapat UU Perencanaan Tata Ruang/ Wet op de Ruimtelijke (WRO). Salah satu kota di Belanda yaitu Kota Eindhoven mendapat julukan sebagai kota ramah anak maupun keluarga karena adanya faktor Gambar Kindlint, Eindhoven pendukung seperti street, green spaces and play Sumber : Krishnamurthy, 2018 spaces. Hal tersebut karena Kota Eindhoven memiliki persentase ruang hijau tertinggi di Provinsi Brabant Utara. Selain itu, Kota Eindhoven memiliki kebijakan The Dutch ‘Sustainable Safety’ (‘Duurzaam Veilig’) yang berfokus pada desain jaringan jalan di Belanda serta memiliki lingkungan yang mendukung Gambar Greenspaces in Lakerlopen, Eindhoven anak bergerak dengan mudah dari ruang privat Sumber : Krishnamurthy, 2018 ke ruang publik dengan aman. Sedangkan di Indonesia ada beberapa peraturan seperti UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 33 UUD 1945, dan lainnya. Salah satu kota di Indonesia yang sudah menerapkan program layak anak adalah Kota Surakarta bagian barat dengan mencanangkan kota layak anak yang dituangkan kedalam Peraturan Walikota No. 3B tahun 2013 dan Peraturan Daerah Kota Surakarta nomor 4 tahun 2012 tentang Perlindungan Anak.

Gambar Pedestrian Ways dan Jalanan Kota Surakarta Sumber : Google Image

"Secara keseluruhan kesesuaian elemen rancang pada kota Surakarta dalam indikator kawasan ramah anak belum maksimal, terutama pada variabel pedestrian yang dianggap belum aman dan nyaman dalam mobilitas anak." (Faizal, 2019)

20


21


22


23


24


25


Perbandingan Implementasi

Konsep Child-Friendly City 1.

Street Design Kindlint, Eindhoven

Pedestrian belum sesuai standar serta terdapat jalan berlubang yang kurang nyaman untuk mobilitas anak. Jalan Lingkungan Ponconako, Surakarta

Sumber : Krishnamurthy, 2018

Dilengkapi dengan street furniture dan pedestrian sehingga aman dan nyaman untuk mobilisasi anak

Sumber : Agara News, 2022

Green spaces dan playground Lingkungan Hunian Kota Surakarta

2.

aesthetic greenscapes in neighbourhood, Bergen, Eindhoven

Sumber : Google Image, Sumber : Krishnamurthy, 2018

aisenodnI

id ikiabrepid

surah gnay apA

1. Perbaikan pedestrian ways dan adanya jalan pesepeda yang ramah anak. 2. Desain taman bermain yang multifungsi dan ramah anak dengan penggunaan alas rumput/ pasir/ bahan lain yang menghindarkan anak dari kecelakaan bermain. Sumber : Krishnamurthy, 2018 3. Penambahan signage pada trotoar untuk keamanan anak saat bergerak mandiri.

26


DAFTAR PUSTAKA Broberg A., Marketta K. (2013). Child-friendly urban structures: Bullerby revisited. Jurnal of Environmental Psychology 35, 110-120. Chakam M. F., Novia S. R. (2021). Kebutuhan Elemen Desain Jalan yang Inklusif di Kampung Pelangi Semarang Berdasarkan Aspek Kenyamanan. Tesa Arsitektur, 19(1). CABE. (2008). Inclusion by design: Equality, diversity, and the built environment. UK: Commission for Architecture and the Built Environment. CABE. (2006). The principles of inclusive design. (They include you.) Liangwa C. (2017). The Research on Safety Children’s Travel Route on Child-Friendly City of Netherlands. International Journal of Environmental Protection and Policy, 5(6): 94-98 Nan F. (2020). Policy innovation on building child friendly cities in China. Childern and Youth Services Review 118. Faizal, M., Yudana, G., Rahayu. (2019). Kesesuaian Elemen Rancang Kawasan Pendidikan Kota Barat dalam Mendukung Kota Surakarta sebagai Kota Ramah Anak. Jurnal Desa-Kota, 1(1): 60-70. Krishnamurthy, S., Steenhuis, C., Reijnders, D. A. H., & Stav, T. (2018). Child-friendly urban design : observations on public space from Eindhoven (NL) and Jerusalem (IL). Technische Universiteit Eindhoven. https://bernardvanleer.org/publications-reports/child-friendly-urbandesign-observations-on-public-space-from-eindhoven-nl-andjerusalem-il/ Hamudy, M. (2015). Upaya Mewujudkan Kota Layak Anak di Surakarta dan Makassar. Jurnal Bina Praja, 07(02), 149–160. https://doi.org/10.21787/jbp.07.2015.149-160 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik. (2019). Profil Anak Indonesia Tahun 2019. Kementerian Pemerdayaan Perempuan Dan Perlindngan Anak (KPPPA), 378. https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/15242-profil-anakindonesia_-2019.pdf Krishnamurthy, S. (2019). Reclaiming spaces: child inclusive urban design. Cities & Health. https://doi.org/10.1080/23748834.2019.1586327 Rustanto, A. E. (2021). Pelayanan Terhadap Kepuasan Masyarakat Pada RPTRA di Wilayah Jakarta Pada Masa Pandemi Covid-19. 7(April). Sari, Y. R. (2021). Peran Stakeholder Dalam Mewujudkan Kota Layak Anak di Kota Surakarta. Jurnal Administrasi Publik, 12(2). https://doi.org/10.31506/jap.v12i2.5251


B E D A N K T


I don’t want a Childhood City. I want a city where children live in the same world as I do.

- Colin Ward, 1978


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.