Kendari Pos Edisi 24 Mei 2013

Page 9

Kendari Pos | Jumat, 24 Mei 2013

Internasional

Ford Tutup Pabrik di Australia Melbourne, KP Perusahaan otomotif Ford mengumumkan akan menutup dua pabrik di Australia dan mengakhiri produksi di negara itu pada 2016. Ford telah memproduksi mobil di Australia selama hampir 90 tahun, tetapi akhir-akhir ini mereka mengalami kesulitan akibat tingginya biaya produksi dan menu-

runnya penjualan. Penutupan pabrik di negara bagian Victoria itu mengakibatkan 1.200 orang akan kehilangan pekerjaan. Ford mulai memproduksi mobil di Australia pada 1925 dan merupakan produsen otomotif terbesar ketiga di negara itu. “Kami memahami dampak keputusan ini pada tim kami,” kata Presiden Ford

Australia Bob Graziano, pada wartawan di Melbourne seperti dilansir ABC, Kamis (23/5) kemarin. Tingginya nilai dolar Australia telah menekan produsen otomotif dan membuat mobil buatan dalam negeri lebih mahal dibandingkan buatan luar negeri. Bulan lalu, kompetitor utama Ford, Holden, mengatakan

terpaksa memangkas 500 lapangan pekerjaan karena tingginya nilai dolar dan turunnya permintaan pasar. “Kami baru memutuskannya setelah mempelajari berbagai opsi dengan seksama,” lanjutnya. Graziano mengatakan biaya produksi di Australia dua kali lebih besar dari Eropa dan empat kali lebih besar dari

Asia. “Biaya kami dua-kali lipat dari yang di Eropa dan hampir empat-kali lipat Ford di Asia,” kata Graziano. Sebelumnya serikat-serikat buruh mengatakan anggota-anggota mereka diberitahu bahwa Ford akan mempertahankan departemen riset dan pengembangannya di Australia. (esy/jpnn)

Petani Fukushima Mulai Bangkit Fukushima, KP Kebocoran nuklir karena hantaman gelombang tsunami pada 11 Maret 2011, membuat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi terpaksa tidak beroperasi. Bukan hanya PLTN milik Tokyo Electric Power Co itu saja, kehidupan di area sekelilingnya yang berjarak 20 kilometer (no-go zone) pun terhenti. Tapi belakangan, aktivitas menanam padi mulai muncul di area steril tersebut. Sabtu lalu (18/5) menjadi hari yang bersejarah bagi Tsuneaki Oonami. Bersama dua temannya yang sesama petani, dia sibuk mengatur benih padi. Untuk kali pertama sejak tsunami setinggi 40,5 meter melumpuhkan Tohoku Region, para petani Kota Tamura kembali menanam padi. Akhir pekan lalu, mereka menyemai benih padi di sawah 6 hektare yang sejak Maret 2011 dibiarkan tidur. ‘’Semua berjalan lancar,’’ ucapnya dalam wawancara telepon dengan Agence

France-Presse. Selama ini, masyarakat Jepang mengenal Tamura sebagai salah satu daerah penghasil padi. Kota yang terletak di Distrik Miyakoji, Prefektur Fukushima, itu memang memiliki area persawahan yang cukup luas. “Kini aktivitas warga berangsur kembali normal karena cuaca juga sudah pulih,” kata Oonami Selasa (22/5) lalu. Sejak tahun lalu, dia dan penduduk Tamura yang lain mendiami kembali rumah mereka. Tapi, untuk sementara, mereka hanya boleh berada di Tamura pada siang saja. Karena hanya bisa beraktivitas pada siang, Oonami dan teman-temannya harus bekerja ekstrakeras. “Saya tidak yakin bibit padi ini akan tumbuh dengan baik dan tanpa gangguan,” ungkap Hisao Tsuboi. Pria 62 tahun itu khawatir jika bibit yang dirinya persiapkan dengan baik tersebut akan mati sebelum masa

panen tiba. Sebab, para petani Tamura tidak bisa menjaga tanaman padi mereka dengan maksimal, terutama pada malam. Selain itu, Tsuboi mengeluhkan jarak tempuh yang cukup jauh. Setiap hari dirinya harus menempuh perjalanan sekitar sejam dari tempat tinggal sementara menuju Tamura. Karena itu, dia sengaja menanam lebih dari satu jenis bibit padi. Tujuannya, memperbesar peluang keberhasilan. ‘’Saya menanam benih padi hitomebore dan dua varietas yang lain di lahan 2,5 hektare,’’ katanya. Jika salah satu varietas tidak mampu bertahan, Tsuboi masih punya harapan pada dua varietas lain. Selain tantangan yang bersifat fisik dari alam atau faktor teknis seperti jarak tempuh dan larangan tinggal pada malam, para petani Tamura harus menghadapi tantangan mental. Yakni, rumor dan kontroversi seputar kegiatan menanam padi di sekitar wilayah

radiasi. Ya, lokasi Tamura di no-go zone membuat masyarakat mempertanyakan kelayakan dan keamanan beras yang nanti dihasilkan tanamantanaman padi tersebut. Kendati demikian, Oonami masih harus meluruskan berbagai rumor soal radiasi kepada masyarakat luas. Itu wajar jika masyarakat, khususnya warga Jepang, tidak yakin pada hasil bumi petani Tamura. Sebab, setelah hantaman tsunami, PLTN Fukushima Daiichi mengalami kebocoran. Selain mencemari perairan di sekitar Fukushima, partikel radioaktif yang terlepas dari enam reaktor pada PLTN tersebut ditemukan pada tanah. Fakta itulah yang membuat masyarakat khawatir soal kualitas padi yang dihasilkan sawah-sawah di Tamura. Oonami yakin padi yang dia hasilkan bakal bebas radiasi. “Kami menggunakan pupuk yang mengandung potasium untuk meminimalkan

kandungan partikel radioaktif cesium pada padi,” paparnya. Cesium merupakan partikel radioaktif yang bisa terserap dan mengendap pada tanaman dan tidak terkecuali padi. Dengan menambahkan potasium, petani bisa mencegah penyerapan cesium oleh tanaman penghasil beras tersebut. Meski demikian, menurut Oonami, para petani akan tetap memeriksakan kandungan partikel radioaktif pada beras yang mereka akan hasilkan. Apalagi, sawah yang mereka tanami padi itu terletak pada area yang hanya berjarak 15 kilometer dari PLTN. “Kami harus memastikan bahwa produk kami bebas radiasi sebelum mendistribusikan ke wilayah lain tegasnya tegasnya. Dia berharap hasil panen pertama akan memiliki nilai jual beras yang sama dengan beras lain. (jpnn)

9 Amerika Serikat Rumah Tornado Oklahoma, KP Tornado di Amerika Serikat yang disebut sebagai twister memang kerap terjadi di negara tersebut. Letak geografis dan karakter wilayah negeri itu yang kerap menjadi persimpangan udara kering dan basah sangat pas sebagai tempat “kelahiran” angin puting beliung tersebut. Tornado di Moore, Oklahoma, dinyatakan memiliki diameter tiga kilometer atau salah satu yang terbesar yang pernah terjadi. Kekuatan terbesarnya ada di tengah pusaran air. Berbagai benda, mulai atap rumah, mobil, hingga hewan ternak bisa ikut terangkat dan berputar sesuai dengan gerakan angin. Moore memang berada di pusat wilayah yang dikenal sebagai Tornado Alley atau Lintasan Tornado. Kawasan itu sangat strategis sebagai tempat pembentukan tornado. Di situ adalah tempat pertemuan udara kering dari Kanada dan Pegunungan Rocky dengan udara lembab dari Teluk Meksiko. Dr Steven Godby, seorang ahli bencana alam di Universitas Nottingham Trent, memasukkan tornado tersebut dalam skala EF-5 dengan kecepatan antara 267”321 kilometer per jam. Tornado itu bukan satu-satunya angin mematikan yang pernah melanda negeri adikuasa tersebut. (cak/c16/dos)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.