Kendari Pos Edisi 22 Juni 2012

Page 20

20

Kendari Pos | Jumat, 22 Juni 2012

Semuanya Diawali Dengan Nawaitu Dengan langkahnya yang tergesa-gesa, Zam Zam ZAid menyapa wartawan koran ini, yang menunggu kedatangannya. Sambil menerima berkas yang diajukan stafnya yang hendak ditandatangani, wanita yang telah dikaruniai satu anak ini pun mulai membuka pembicaraan. “Apa ini, soal pengawasan di daerah,” katanya mempertanyakan materi wawancara. Namun setelah pembicaraan terkait karirnya di dunia politik Zam Zam pun terlihat semangat. Alumnus Pasca Sarjana Unhas jurusan Komunikasi Massa ini, mengaku berkiprah di dunia Politik dimulai dari level dasar. Semuanya berawal saat dirinya masih kuliah di Makassar yakni menjadi Panitia Pemungutan Suara (PPS). Hal itu

yang kemudian membuat wanita berkerudung ini ingin terjun lebih jauh lagi. Kemudian dalam beberapa moment pemilihan kepala daerah atau legislatif, tenaga Zam zam selalu diperhitungkan, baik di KPU hingga saat ini menjadi anggota Panitia Pengawasan Pemilu (Panwaslu) Sultra. Menjalani pekerjaan yang diembannya saat ini, tentunya harus melewati banyak rintangan. Beberapa pengalaman Zam zam seperti saat dirinya terlibat dalam pengawasan pemilihan legislatif, maupun pemilihan kepada daerah, isu miring bahkan tuduhan sering di rasakan. Misalkan melalui keputusan yang dilakukan, ada saja pihak yang merasa dirugikan, dan imbasnya menfitnah

Zam Zam Zaid Lahir Kerja Suami Anak

: Palu, 23 Januari 1973 : Anggota Panwaslu Sultra : Anwar Machmud : Fidya Ramadhani

atau bahkan mengancam. “Yang dituding penyuapan lah, atau tidak independent. Terserah lah dengan semua itu, yang jelas saya mulai dari Nawaitu yang baik. Selama saya tidak melakukan pelanggaran saya yakin tidak salah, dan harus terus maju,” terangnya kemarin saat ditemui di kantornya. Saat ini Zam Zam juga didaulat sebagai supervisi mengawasi pilkada di beberapa wilayah seperti lalu di Kabupaten Butur, Konsel dan Konut. Dirinya ditempatkan sebagai tenaga ahli dalam moment tersebut. Pekerjaan itu tentunya diembannya dengan tanggung jawab. “Itu tadi, selalu dengan Nawaitu yang baik. Bila niat saya benar, tentu saja Tuhan akan selalu membimbing dan melindungi saya. Meskipun adanya

tudingan yang tidak benar, saya bisa menghadapinya,” katanya. Ibu dari Fidya Ramadhani ini pun mengaku tidak pernah terpikirkan atau bercita-cita akan terjun di dunia politik. Orang tuanya pun tidak pernah mengarahkan anaknya untuk menekuni salah satu bidang. Mereka hanya memberikan fasiltias berupa pendidikan sesuai keinginan anak. “Nah kemudian kami masingmasing yang menentukan, sesuai kemampuan yang kami miliki. Asalkan semuanya masih tidak keluar dari aturan agama, orang tua tidak pernah melarang. Tapi memang dari kuliah saya S1 masuk di Fisip, dan berlanjut S2 juga ilmu yang saya ambil Komunikasi Massa,” katanya. (sulis)

Online Newspaper | Created by Taya


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.