Kendari Pos Edisi 22 Juni 2012

Page 14

14

Kendari Pos | Jumat, 22 Juni 2012

SKHU Perlambat Pengumuman Siswa Baru

wulan/KP

Fashion siswa-siswi TK Kartika yang dihelat dalam berbagai acara seperti penamatan dan porseni.

TK Pembina Tamatkan 120 Anak Didik Kendari, KP Tak terasa, TK Pembina telah menamatkan anak didiknya yang ke 29 kalinya untuk tahun ajaran 2011/2012. Kali ini, sebanyak 120 peserta didik menjadi alumni Taman Kanak-kanak binaan Hadriani M.Pd tersebut. Sejak berdiri, TK Pembina telah menamatkan 2.770 peserta didik. “Sebenarnya jumlah siswa kami 130 , tapi kami hanya meluluskan 120 orang. Sisanya masih berada di kelompok A yakni anak yang baru berusia 4 sampai 5 tahun,” ujar Hadriani. Hadriani menjelaskan, salah satu kemajuan TK Pembina saat ini yakni telah menjadi TK terpadu dengan menyelenggarakan dua program pendidikan. Program tersebut meliputi taman kanak-kanak dan kelompok bermain. Pihaknya sudah bisa melayani anak berusia 2 s.d 4 tahun. Program tersebut sudah beroperasi sejak beberapa bulan terakhir. “PAUD adalah dasar pembentukan manusia, baik dari segi perilaku dan kemampuan. Kami sangat mengharapkan, peserta didik mendapatkan pendidikan yang lebih baik untuk mengembangkan kecerdasan mereka pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” jelasnya. “Kami bangga melihat anak didik kami. Meskipun tidak dikategorikan dalam juara, namun kami melihat perkembangan mereka sangat baik, dari segi akademik, kemampuan dasar, dan perilakunya,” tambahnya. (m2/aka)

Kendari,KP Penerimaan peserta didik baru (PPDB) sudah memasuki tahapan akhir. Proses pendaftaran hingga seleksi akademik telah dilaksanakan. Namun penentuan kelulusan belum dilakukan. Apa yang menjadi kendala bagi panitia PPDB? Kepala SMPN 1 Kendari, Mahdin mengungkapkan, sampai saat ini, surat keterangan hasil ujian (SKHU) belum rampung diterima panitia. Padahal, dalam penentuan kelulusan siswa, nilai rata-rata pada SKHU menjadi bobot yang paling utama. Kuota untuk SMPN 1 Kendari sebanyak 160 siswa ditambah

DOK/KP

Orang tua siswa saat menyerahkan surat keterangan hasil ujian.

dengan 20 persen siswa berprestasi tapi tidak mampu dari aspek ekonomi. “Kami memberikan toleransi akan batas waktu pengumpulan SKHU. Kebijakan masing-masing sekolah berbeda. Kami mengharapkan semua calon siswa baru secepatnya mengumpulkan SKHU tersebut agar pengumuman dapat dilakukan. Apalagi, siswa yang dinyatakan tidak lulus, tentunya dapat segera mendaftar di sekolah lainnya,” terang Mahdin. Dalam penerimaan siswa baru, SMPN 1 Kendari melakukan tahapan yang cukup panjang

mulai dari sosialisasi pada bulan Maret s.d April ke semua SD se-Sultra. Kemudian dilanjutkan dengan pendaftaran. Siswa yang lolos seleksi berkas melakukan registrasi pendaftaran ulang pada bulan April. “Kami juga melakukan tes akademik dan wawancara pada bulan Mei. Materi tes akademik meliputi psikotes, bahasa Inggris, dan kemahiran komputer. Hasil tes tersebut akan kalkulasi kemudian ditambah dengan rata-rata hasil SKHU lalu dilakukan perengkingan hingga memenuhi kuota SMPN 1 Kendari,” jelasnya. (fas/aka)

Kadisdik Setuju RSBI Diberhentikan? Kendari, KP Rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) masih menuai berbagai reaksi pro-kontra. Selain ketidaksiapan SDM, sarana dan prasarana, juga berdampak pada mahalnya biaya operasional pendidikan. Tentu akan berpengaruh pula pada biaya pendidikan peserta didik. Tak heran jika Koalisi Anti Komersialisasi Pendidikan mendesak MK untuk melakukan uji petik UU Sisdiknas tentang RSBI/SBI. Alasannya, RSBI melanggar hak konstitusi sebagian masyarakat dalam mengikuti pendidikan karena mahalnya biaya pendidikan. Buntutnya saat ini Pemerintah menghentikan pemberian izin baru RSBI/SBI. Ironinya, Kadisdik Kota Kendari,

Kasman Arifin seakan manut saja dengan perkembangan peraturan yang baru. Ia memberikan sinyal seakan sepakat dengan rencana diberhentikanya baru izin RSBI maupun SBI. Meskipun Kasman mengaku belum mengetahui secara jelas kebijakan baru RSBI tersebut. Lalu bagaimana nasib sekolah yang menyandang status RSBI atau sekolah yang menghampiri RSBI di Kota Kendari? “Kami akan menerima apa pun kebijakan pemerintah pusat. Karena pada dasarnya satuan pendidikan tanpa embel-embel RSBI pun bisa membentuk peserta didik yang cerdas,” ungkap Kasman saat ditemui, kemarin. Hal itu terbukti dengan adanya hasil UN SMP beberapa waktu lalu, lan-

jutnya, yang mendominasi nilai terbaik adalah siswa dari sekolah swasta. Begitu pun dengan sekolah negeri yang tidak memiliki status RSBI dan semacamnya, seperti SMPN 17 Kendari mampu menunjukan prestasi yang cemerlang. “Namun bukan berarti pula RSBI tidak efektif. Di sisi lain RSBI tetap memiliki keunggulan. Kami belum mendapatkan informasi secara resmi bahwa izin RSBI diberhentikan. Namun apa pun yang menjadi keputusan Kemendikbud pasti akan kita patuhi,” katanya. Menurutnya, RSBI adalah sekolah yang digenjot untuk memenuhi standar tertentu melalui delapan standar pendidikan. RSBI atau SBI sebenarnya adalah sekolah standar nasional yang

memiliki nilai plus jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya, misalnya menggunakan bahasa pengantar bilingual atau guru dengan kualifikasi S2 dan lainnya. Selain itu karena sistemnya sudah menyamai sekolah standar internasional maka dikatakan RSBI. Kasman Arifin mengimbau, masyarakat atau tenaga kependidikan tidak larut dengan status RSBI. Yang paling utama harus dilakukan adalah bagaimana peserta didik bisa menenuhi standar pendidikan yang maksimal karena dengan begitu mereka bisa bersaing. “Jika kebijakan ini sudah resmi tentu kami akan melihat petunjuknya. Semua akan diatur dan itulah yang kita ikuti,” ujarnya. (m2/aka)

Online Newspaper | Created by Taya


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.