Kendari Pos Edisi 16 Maret 2013

Page 19

Akademika Empat Prodi Terakreditasi B Kendari Pos | Sabtu, 16 Maret 2013

19

Fakultas MIPA

Kendari, KP Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Unhalu baru saja melakukan proses akreditasi. Hasil evaluasi dari BAN-PT cukup memuaskan, karena beberapa prodi mengalami peningkatan akreditasi. Pembantu Dekan I Fakultas MIPA Unhalu, Dr. Laode Ngkoimani., mengungkapkan saat ini ada enam program studi (Prodi). Seperti,

matematika, kimia, biologi, fisika, farmasi, dan D3 statistik. Selain itu ada beberapa konsentrasi dari Prodi fisika, geologi, geofisika, geografi dan konsentrasi pertambangan. “Dari enam prodi itu, baru empat terakreditasi B semuanya. Sementara D3 statistik masih C, sedangkan farmasi belum terakreditasi karena baru keluar izinnya. Capaian ini lebih baik dari akreditasi sebelumnya,”

kata Ngkoimani, kemarin (15/3). Khusus prodi matematika, pihak fakultas mengaku akan berupaya meningkatkan lagi akreditasinya, dari B ke A. Saat ini, kata doktor lulusan ITB itu sedang merapatkan barisan sebagai persiapan dan membicarakan langkah strategis mencapai itu. “Ukuran kami sebenarnya sudah layak mendapatkan akreditasi A, namun tim penilai dari BAN-PT punya

pandangan lain dan hanya memberi nilai akreditasi B,” terangnya. Upaya menggenjot, prodi matematika untuk mendapatkan akreditasi terbaik, bukan tanpa alasan. Selain beberapa syarat pendukung terpenuhi, juga ditambah dengan keberadaan guru besar sebagai salah seorang dosen disana. Tenaga pendidik dengan predikat lektor kepala juga sudah lebig 50 persen, termasuk

penelitian mahasiswa. “Capaian akreditasi ini memberi pengakuan kalau secara institusi kualitas kita lebih baik. Implikasinya, alumni akan lebih mudah mencari pekerjaan di perusahaan manapun mereka inginkan. Sekaligus akan menambah rasa percaya diri mahasiswa karena kuliah di fakultas bergengsi,” ungkapnya. Soal target, fakultas MIPA tahun ini

Petisi Tolak Kurikulum Baru Diteken Ribuan Warga Jakarta, KP Indonesia Corruption Watch (ICW) yang masuk anggota Koalisi Tolak Kurikulum 2013, bersama orang tua murid, Jumat (15/3), mendatangi gedung Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mereka datang untuk menyerahkan petisi Tolak Kurikulum 2013 yang telah ditandatangani 1.500-an warga negara Indonesia dari berbagai daerah. Petisi ini menjadi salah satu simbol penolakan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah, khususnya kemdikbud, yang dinilai mengeluarkan kebijakan yang tidak menjawab masalah pendidikan di Indonesia. “Kedatangan kami untuk menyerahakan petisi online Tolak Kurikulum 2013. Tadi kita serahkan ke menteri melalui Kepala TU-nya, dan kepada kepala Balitbang Kemdikbud,” kata Siti Juliantari Rachman, dari tim monitoring pelayanan publik ICW, di gedung kemdikbud. Menurut Tari, petisi yang sudah digulirkan sejak 5 Desember 2012 ini selain menolak kurikulum 2013, juga memberikan banyak aspirasi dan masukan warga Indonesia dengan berbagai latar belakang, mulai dari praktisi pendidikan, guru, siswa, orang tua murid. “Awalnya kami lihat ada hal-hal yang janggal, proses yang tidak sesuai dalam perubahan kurikulum. Ini bukan kami menentang ada perubahan, kami nilai perubahan yang dilakukan menteri bukan menjawab permasalahan pendidikan yang ada,” jelasnya. Harusnya, tambah Tari, pemerintah mengkaji lagi, melakukan evalusasi terhadap keberhasilan Kurikulum Tingakt Satuan Pendidikan (KTSP) yang dijalankan saat ini. Karena hasil penelusuran ICW sendiri, ternyata masih ada sekolah yang belum menerapkan KTSP, tapi sudah diganti lagi. “Harusnya pemerintah tidak terburu-buru, harus ditelaah lagi. Harus ada mekanisme, indikator, hingga evaluasi KTSP sebelum mengubah kurikulum,” tandas Tari. Sementara itu, Jummy Paat dari Koalisi menilai perubahan kurikulum ini sama saja membodohkan guru karena guru-guru tidak lagi membuat silabus karena telah disiapkan oleh kemdikbud. “Menyiapkan silabus sama saja membodohkan guru. Beda dengan KTSP yang memberikan kebebasan pada guru. Karena guru itu bukan operator, tapi kreator. Sedangkan dalam kurikulum 2013, guru hanya operator,” tegas Jimmy.(fat/jpnn)

mematok target 900 calon maba yang akan diterima. Target ini lebih banyak dari tahun lalu, sekitar 500-san. Peningkatan ini seiring himbauan dari kementerian pendidikan untuk meningkatkan angka partisipasi kasar perguruan tinggi. “Kami optimis dengan capaian akreditasi saat ini bisa menjadi daya tarik bagi calon mahasiswa baru,” tandasnya. (cr3)

FPIK Gandeng Progress English Center Gelar tes TOEFL Akbar

Inong/KP

Suasana Tes tertulis SNMPTN di Unhalu tahun lalu.

Fakultas Kehutanan

Komitmen Reduksi Kerusakan Hutan Kendari,KP Secara nasional hutan di Indonesia mengalami kerusakan setiap tahunnya. Di Sultra, kondisinya juga tidak jauh beda, bahkan bisa jadi lebih parah dari daerah lain. Kondisi ini tentu butuh perhatian serius dari semua pihak, agar tidak terus berlarut-larut. Meningkatnya kerusakan hutan di daerah ini diakui oleh Dekan Fakultas Kehutanan Unhalu, Dr. Laode Sabaruddin, M.Si. Menurutnya, semua kabupaten di daerah ini hampir merata tingkat kerusakannya. Tentu ini tidak lepas dari perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Meski belum ada data pasti, namun realitas menunjukan hal itu. “Sebagai fakultas yang berkaitan langsung dengan masalah hutan, kita cukup prihatin juga. Sebagai paru-paru dunia, hutan tentu sudah diketahui betapa penting perannya. Untuk itu dalam waktu dekat

kami akan melakukan langkahlangkah strategis mengantisipasi itu,” kata Sabaruddin, saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin (15/3). Hutan tidak akan lepas dari kehidupan masyarakat, karena sebagian besar dari mereka menggantungkan hidupnya disitu. Kondisi ini dianggap oleh pihak fakultas secagai celah, untuk memulai perbaikan. Artinya kalau masyarakat sadar akan pentingnya hutan, maka dengan sendirinya akan mencintai hutan serta menjaganya. “Saat ini masih proses perencanaan, karena kita juga lagi fokus membangun citra dan akreditasi institusi. Namun komitmen kami tetap akan diupayakan semaksimal mungkin mereduksi itu. Minimal dalam waktu dekat akan melakukan sosialisasi dengan semua pihak terkait, utamanya masyarakat tentang pentingnya hutan,” terangnya. Doktor lulusan ITB ini menambahkan terlalu besar resikonya

kalau masyarakat dan pemerintah terlena dengan situasi kerusakan hutan ini. Kalau dibiarkan berlarutlarut, implikasinya bisa menimbulkan bencana. Bahkan secara tidak langsung akan meningkatkan suhu udara, yang pada akhirnya menjadi cikal bakal efek rumah kaca. “Sebelum ini terjadi kami berharap ada kesadaran bersama semua pihak. Supaya tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Harapan kami kepada masyarakat disekitar hutan agar turut serta menjaga hutan, begitu juga pemerintah harus lebih proaktif lagi,” ungkapnya. Sabaruddin kembali mengingatkan kepada semua calon mahasiswa yang ingin kuliah di fakultas kehutanan agar tidak perlu khawatir. Soalnya, adanya program Basarhut dari kementerian kehutanan bisa menjadi salah satu jaminan lapangan kerja bagi alumni nantinya. (Cr3)

Kendari,KP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unhalu punya terobosan baru memaksimalkan target mahasiswa baru tahun ini. Salah satunya menggelar Test Of English as a Foreign Language (TOEFL) akbar yang diperuntukan bagi siswa SMA kelas XII se Sultra. Cara ini, selain untuk sosialisasi institusi juga mencari bibit berkualitas yang menguasai Bahasa Inggris. Dekan FPIK Unhalu, Prof Laode Muh.Aslan, mengungkapkan pihaknya menargetkan bisa menjaring 100 calon maba berbakat dan punya kemampuan bahasa Inggris untuk masuk gratis di fakultas dipimpinnya. Melalui kerja sama dengan Progress Center, salah satu lembaga kursus bahasa Inggris mudahmudahan bisa diperoleh hal itu. “Kami targetkan bisa diikuti sekitar 2 ribu calon maba se Sultra. Tes TOEFL ini bisa menjadi salah satu sarana mengetahui kemampuan bahasa Inggris mereka. Bagi yang berprestasi, kami akan memberi kemudahan bagi mereka untuk masuk FPIK,” kata Prof Aslan, sambil menyebut rencananya kegiatan itu akan digelar pada awal bulan depan ini. Rencana mencari bibit baru yang memadai penguasaan bahasa Inggrisnya tidak lepas dari visi fakultas untuk membudayakan bahasa ratu Elisabet tersebut. Bahkan saat ini, Prof Aslan mengaku setiap mata kuliah sedikit demi sedikit menerapkan dua bahasa dalam pembelajaran. Minimal saat pembukaan atau presentase mata kuliah. “Kami juga telah menggariskan, sebelum wisuda mahasiswa FPIK harus bisa membuat jurnal. Salah satunya menggunakan bahasa Inggris. Ini penting sebagai penunjang ketika mereka lanjut studi keluar negeri,” ungkapnya.

Penerapan kebijakan penggunaan bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar ditanggapi beragam sejumlah mahasiswa FPIK. Ada beranggapan regulasi itu sangat memberatkan mahasiswa karena terlalu dipaksakan. Namun sebagian juga melihat itu suatu kemajuan. “Awalnya cukup berat karena memang dasar bahasa Inggris saya agak kurang. Namun setelah dijalani kami jadi enjoy juga. Meskipun memang tidak semua mata kuliah diterapkan itu,” kata Hasriadin, mahasiswa prodi BDP angkatan 2009, kemarin (15/3). Soal pilihannya masuk fakultas perikanan, anak ketiga dari empat bersaudara ini mengaku karena faktor georafis daerahnya yang dikelilingi perairan. Menurutnya, kebiasaan hidup dilaut memotivasinya untuk melanjutkan pendidikan berkaitan dengan laut. “Sebagai orang kepulauan, saya lebih tahu tentang kondisi laut dari pada yang lain. Kondisi ini menjadi pemicu mengapa memilih FPIK. Sejauh ini saya enjoy dan yakin bisa mengembangkan daerah sendiri setelah selesai,” ungkapnya. Hebatnya, meski back groundnya di SMA dari ilmu sosial ternyata tidak mempengaruhi prestasinya. Senada diungkapkan rekannya, Sutono. Meski latar belakang pendidikan SMAnya juga ilmu sosial, namun karena dasar bahasa Inggrisnya bagus sehingga tidak khawatir dengan kebijakan fakultas menerapkan bahasa Inggris tiap mata kuliah. Justru kata dia, hal itu semakin menambah wawasan keilmuannya. “Kalau saya masuk FPIK karena motivasi dari senior/alumni. Soal lapangan kerja, juga tidak khawatir karena sudah ada yang memberi jalan untuk itu,” tandas alumni SMAN 1 wangiwangi itu, tanpa menjelaskan hal dimaksudkan. (cr3)

Dr. Sahidin, M.Si, Guru Besar Termuda Unhalu

Mengajar Hingga Malaysia Unhalu layak disejajarkan dengan universitas ternama di Indonesia. Selain telah terakreditasi nasional, tak sedikit tenaga pengajarnya berprestasi secara nasional maupun internasional. Sahidin, salah satu dosen yang tidak saja diakui di Indonesia, Malaysia pun menjadikan guru besar termuda Unhalu ini, sebagai salah satu dosen tamu. Inong, Kendari TEORI konvergensi, sebagaimana dicetuskan William Stern, mungkin bisa menjadi suatu pengesahan perjalanan karir seorang Dr. Sahidin. Teori itu menjelaskan bahwa salah satu faktor mempengaruhi karakter maupun pola pikir seseorang adalah lingkungan. Perubahan lingkungan, akan turut mempengaruhi keinginan awal sebagaimana diperoleh pada lingkungan sebelumnya. “Menjadi guru besar sebelumnya tidak terbayang juga, soalnya saat masih kecil saya tinggal di lingkungan pesantren. Jadi cita-citanya sebagai guru ngaji aja. Namun seiring perputaran waktu suasananya berubah, walaupun sebenarnya sama-sama guru juga namanya,” kata Sahidin, saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin (15/3) sambil tersenyum. Namun itu cerita dulu, saat

ini gelar bergengsi itu telah diperoleh. Kepala laboratorium farmasi Unhalu itu mengaku proses mencapai predikat guru besar tidak mudah, banyak syarat dan mekanisme harus dilalui. Sebagaimana guru besar lainnya lebih dulu memperolehnya, ada tiga hal pokok mesti dipenuhi dan itu tertuang dalam tri dharma perguruan tinggi. “Dari aspek penilaian, kredit poinnya dimulai dari pendidikan, pengabdian pada masyarakat, dan penelitian. Dari tiga hal itu, penelitian merupakan aspek paling sulit sekaligus jadi kendala dalam mencapai predikat guru besar,” terang dosen berprestasi Unhalu I tahun 2009 tersebut. Penelitian dimaksud harus terakreditasi secara nasional, lebih baik lagi kalau internasional. Untuk mendapatkan aspek publikasi seperti itu maka mesti didukung dengan data yang keasliannya terjamin. Hanya saja, data itu akan bagus bila penelitiannya juga dilaksanakan dengan baik dan untuk mendapatkannya perlu dana. “Salah satu cara mentaktisi ini, saya selalu mengikuti berbagai kompetisi ilmiah. Ajang seperti ini sering diadakan, baik universitas, dikti, maupun lembaga internasional. Kalau berhasil maka dengan mudah dana bisa didapatkan melanjutkan penelitian itu,” ungkapnya.

Penerima Ristek Kalbe-Award tahun 2008 itu mengungkapkan kalau mulai fokus meraih gelar itu sejak menduduki jabatan Lektor Kepala pada 1 Oktober 2008 lalu. Selanjutnya TMT guru besar diperoleh saat November 2012. Jadi butuh waktu empat tahun satu bulan mempersiapkan segala sesuatunya. “Mekanisme penilaian karya ilmiah berjenjang mulai dari fakultas, universitas, selanjutnya ke Jakarta. Namun waktu itu, sebelum dikirim dipusat saya lebih dulu menghubungi guru besar yang satu bidang, dari UGM dan UI sebagai penilai luar. Setelah rampung semua nilai digabungkan kembali dengan penilaian dari Unhalu, kemudian dibawa di pusat,” ungkapnya. Dalam proses penilaian di Jakarta, suami dari Dra. Yanti Rijayanti itu mengaku cukup puas karena waktunya sangat singkat dibanding orang lain mengusulkan hal serupa. Mulai masuk berkas 9 Oktober 2012 dan pada 1 November tahun yang sama TMTnya sudah keluar. Setelah diadakan rapat bersama dari senat dinyatakan lolos. “Dari 21 calon guru besar diusulkan baru dua orang dinyatakan lolos, salah satunya saya. Ini suatu kesyukuran sekaligus motivasi untuk berkarya lebih baik lagi,” jelasnya. Dengan dicapainya gelar

akademik tertinggi ini, dosen tamu Universitas Kebangsaan Malaysia ini mengaku secara pribadi ada kepuasan bathin, begitu juga dari sisi intelektual. Alasannya, penentuan seseorang menjadi guru besar bukan hanya dari Unhalu yang menentukan tetapi kementerian pendidikan. Ditambah lagi persaingan sangat ketat, sehingga sangat menyenangkan bisa meraihnya. “Implikasinya bagi fakultas tentu akan menjadi kredit poin dalam peningkatan akreditasi. Selain itu pula akan semakin menambah kepercayaan pihak lain, utamanya pencitraan institusi secara nasional,” tambahnya. Apakah setelah meraih predikat tertinggi dalam bidang akademik akan berhenti berkreasi?, Sahidin mengaku tidak ada alasan untuk berhenti berbuat. Apalagi mengingat saat ini usia masih tergolong muda 43 tahun. Ini pula sekaligus memberikan penegasan kalau dirinya sebagai guru besar termuda di Unhalu. Masih banyak waktu untuk berbuat demi kemaslahatan dan pengembangan ilmu pengetahuan kedepan. “Saya bercita-cita, tahun 2025 mendatang sudah bisa melahirkan karya ilmiah yang bisa dijual. Sekaligus berupaya menambah tiga profesor lagi dibidang yang sama. Kalau saat ini kami jadi profesor diatan

Mahasiswa Jurusan Farmasi sedang melakukan praktikum di laboratorium kemarin

40 tahun, maka kedepan harus diupayakan bisa kurang dari itu,” ungkap Penyaji Terbaik Hasil Penelitian Strategis di Jakarta itu. Predikat guru besar merupakan suatu penghargaan akademik tertinggi. Dr.Sahidin mendapatkan gelar itu melalui penelitiannya tentang kimia organik. Di Unhalu, baru dua orang mencapai itu, selain dirinya juga ada Prof. Nurlansi, dosen FKIP. Terpisah, Pembantu Dekan I Fakultas MIPA Unhalu, Dr. Laode Ngkoimani, M.Si., mengaku pihaknya sangat mengapresiasi capaian salah satu tenaga pendidiknya tersebut. Capaian itu menunjukan kalau secara kualitas dosen Unhalu pada umumnya dan fakultas MIPA pada khususnya telah

diakui secara nasional maupun internasional. Itu terlihat dari hasil publikasi karya tulis, yang merupakan salah satu syarat penentu pencapaian predikat bergengsi itu. “Posisi guru besar merupakan pengakuan secara keilmuan dari berbagai pihak. Penambahan guru besar ini akan semakin menambah kredit poin fakultas, utamanya dalam hal akreditasi. Sekaligus pula menaikan nilai tawar dari kerja sama dibangun. Artinya, kalau selama ini kita hanya belajar di universitas lain, maka saat ini dan kedepan diupayakan bisa jadi tempat belajar,” ungkapnya. Sejauh ini fakultas MIPA baru memiliki tiga guru besar. Meski begitu, sudah ada suatu forum yang dibentuk, namanya lektor kepala atau

Inong/KP

asosiate guru besar. Forum ini fungsinya hampir sama dengan guru besar, hak serta posisinya dalam keilmuan tidak jauh beda. “Asosiate guru besar terdiri dari para doktor dan magister lektor kepala. Meski belum bergelar guru besar, namun mereka sudah bisa membimbing doktor. Saat ini sekitar 50 persen dosen F-Mipa menjadi anggota. Ini pula menjadi salah satu alasan, mengapa kita optimis kalau kualitas tidak perlu diragukan,” terangnya. Meski SK pengangkatan sebagai guru besar sudah dikantongi, namun belum ada kepastian waktu pengukuhan. Walaupun demikian, bukan menjadi penghalang untuk berbuat lebih baik lagi, karena pengukuhan hanya prosesi formalitas. (*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.