Kabare Magazine edisi Agustus 2013

Page 25

dekorasi panggung yang sesuai dengan aslinya. Busana mini warna-warni yang menghiasi tubuh boneka potehi diserahkan kepada tukang bordir dan penjahit khusus di Jombang dan Tulungagung. Sementara pengecatan ekspresi wajah dan pembentukan akhir ujud boneka lebih banyak dilakukannya sendiri. Obsesi yang ingin diraihnya, menyediakan paling tidak 10 kotak yang berisi tak kurang dari 150 boneka potehi, lengkap dengan alat musik berikut panggungnya. “Semua ini dilakukan untuk memudahkan para sehu agar bisa mementaskan wayang potehi kapan saja dan di mana saja, mengingat tak semua sehu mampu membuat boneka sendiri,� ungkap Toni Harsono di sela kesibukannya merias wajah boneka potehi. Memang, tak setiap sehu selalu memiliki kotak boneka sendiri dan selama ini mereka biasa menggunakan koleksi yang dimilikinya tanpa dipungut biaya sepeser pun. Posisi Toni sebagai salah satu pengusaha sukses di Jombang memungkinnya untuk mengemban posisi

penting dalam pelestarian seni tradisi ini. Bukan sebagai sehu sebagaimana ayah dan kakeknya, namun menjadi seorang maecenas lokal dengan perhatian spesifik terhadap kelestarian wayang potehi. Sebuah posisi unik yang tergolong langka. Obsesi lain yang menjadi impiannya adalah menjadikan Gudo sebagai pusat pelestarian dan sumber informasi wayang potehi di Indonesia, bahkan di tingkat dunia. Salah satunya dengan membangun sebuah museum khusus wayang potehi yang pembangunannya telah dimulai, tak jauh dari klenteng Hong San Kiong di Jalan Raya Gudo, Kabupaten Jombang. +

Agustus 2013

27


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.