JOG 0802 HAL 24 PROOF

Page 1

24

RADAR JOGJA

Dini Yekti Utami* Aku kadang-kadang jadi terlalu sering niru tren pakaian orang. Kadang aku inovasi sendiri dengan gayaku, tujuannya agar update gaya, sekalian seneng juga jika dilihat orang. Siapa sih yang enggak seneng jadi pusat perhatian? Hehehe ….. *XII IPS 4, SMAN 1 Ngaglik Sleman

Domy Stupa R* Meniru orang lain biasanya sebatas gaya rambut. Kalau penampilan, asal enggak aneh ya boleh aja. Yang penting tetap menjadi diri sendiri, apa adanya. Aku kebanyakan niru style pemain bola. Inginnya biar keren saat main di lapangan, hahaha ..... *XII IPS 1, SMAN 1 Banguntapan, Bantul

Dian Nur Rahma* Menurutku, meniru gaya orang lain itu wajar. Apalagi remaja sekarang inginnya selalu eksis. Hanya saja jika menjadi kebiasaan akan merugikan diri sendiri. Mending biasa-biasa aja, yang penting tahu dan ngerti lah, enggak perlu maksa seperti orang lain. *X Audio Video 1, SMK Muhammadiyah 3 Jogja

.Psi, Liesye Z. Ulfah S

alth Centre Psikolog GMC He

Agar Jadi Pusat Perhatian MASA masa remaja usia belasan adalah saat seseorang secara fisik terus tumbuh menjadi lebih besar. Terlebih mereka sedang bersemangat saat keseharian. Secara kejiwaan mereka sedang berkembang untuk mampu berfikir dalam kondisi apapun. Rasa ingin tahu mereka besar, sehingga sering mencoba sesuatu yang baru. Salah satunya meniru gaya, perilaku, penampilan, apapun yang menurut dia cocok dan sesuai kemauannya. Meniru merupakan sesuatu yang wajar, mengingat masa remaja adalah saat seseorang mencari jatidiri, agar bisa dikatakan dewasa, udah gede, dan lainnya. Jatidiri itu sendiri bersifat abstrak, hanya bisa terlihat dari penilaian orang terhadap dirinya. Cara meniru pun bisa meniru gaya teman sepergaulan, selebritis idolanya, atau orang lainnya, seperti meniru penampilannya dengan tren pakaian terbaru, style rambut yang sedang ngetren di sekitarnya, atau juga gaya bicara. Tujuan meniru adalah agar remaja tersebut menjadi pusat perhatian orang-orang, sehingga dia menjadi percaya diri atau minimal bisa diterima di komunitasnya dan tidak dianggap culun, kuper, ndeso, dan lainnya. Meniru itu sesuatu yang wajar, namun jangan sampai jadi kebiasaan. Karena secara psikologis akan mempengaruhi perkembangan potensi dirinya. Semua orang pasti memiliki kelebihan, namun jika tidak diasah, ya tidak akan muncul. Apalagi berkembang. Kalau meniru orang lain terus, bagaimana dia akan percaya diri dengan gayanya. Seharusnya, remaja tidak takut untuk beda, karena sesuatu yang beda itulah kelebihan dan remaja. Mereka harus selalu berusaha, dan jangan takut punya mimpi, karena dengan punya mimpi, akan memotivasi untuk mewujudkan mimpi. Tentu saja juga harus disertai usaha untuk menggali potensi diri sendiri. Karakter seseorang bisa dibentuk dari kebiasaan yang dilakukan, dan saat remaja adalah saat yang pas untuk membentuk karakter. Pembentukan karakter harus dilakukan dengan percaya diri, karena dengan percaya diri akan mempunyai nilai tersendiri untuk bisa memilih mana yang sesuai untuk dirinya dan mana yang harus dijauhi. Agar tidak mempengaruhi perkembangan pribadi remaja. (per)

Senin Pahing 8 Februari 2010

Males ah... Lebih Pede dengan Jatidiri Asli

Kalian Tergolong Anak yang Suka Meniru Gaya Orang Lain?

Kalian pernah jumpa teman yang hobinya niru? Bukan sekadar nyontek pelajaran, tapi meniru gaya ngomong atau sampai menirukan polah tingkah? Hem... memang agak annoying juga jika punya teman seperti itu. Mau marah juga nggak bisa.. Namanya juga teman dan yang dilakukan juga enggak melanggar aturan. WELL .... jika ingin tahu seberapa banyak responIn yang memiliki teman tukang mengcopy gaya, kalian bisa tengok indikasi squad yang beberapa waktu lalu blusukan ke sekolah-sekolah. Jika dilihat dari data yang terkumpul, ternyata 71,8 persen temen kita itu mengakui jika mereka punya teman yang suka nyontek gaya orang lain. Hasil itu terkumpul dari 300 an responIn di kalangan SMA lho. Kata Yuwanti SMK Koperasi, dia punya temen yang nggak pernah capek untuk menirukan gaya artis. ”Itu bahkan teman saya satu kelas. Hobinya meniru gaya penyanyi yang lagi ngetop. Yang ditiru biasanya potongan rambutnya yang sekarang mirip-mirip Widie vokalisnya Vierra,” ujar siswi kelas AK 3 ini. Memang sih, meniru gaya artis itu nggak pernah ada matinya. Mungkin, sepintas memang bisa nampak keren and gaul. Padahal, kenyataannya terkadang nggak pas dengan bentuk wajahnya. Sehingga yang muncul ya jadi agak-agak alay atau norak. Pendapat Sari dari SMA 17 ’1’ Jogja ternyata juga diamini oleh 28,5 persen responIn. Kata Sari, penampilan selalu menjadi acuan bagi teman-temannya untuk melakukan copycat. Menurut dia, teman-temannya melakukan hal itu agar bisa tampak gaul dan keren tentunya. ”Agar update dan mengikuti perkembangan zaman. Padahal terkadang nggak pas banget,” kata penggemar pemain bola Timnas, Bambang Pamungkas. Ternyata, yang mereka tiru tidak sekadar gaya, tapi juga tingkah laku. Ya, tingkah laku orang yang mereka idolakan. Muhammad Adnan dari Sekolah Menengah Teknik Industri (SMTI) Jogja juga mengakui, temennya punya hobi meniru gaya anime Jepang. ”Temanku, nggak perlu aku sebut namanya ya... dia selalu bergaya menirukan jurus-jurusnya Naruto. Bahkan dia sempat jatuh dari kursi gara-gara aktivitas hebohnya itu,” kenang atlet Taekwondo ini. Apa yang dikatakan Adnan itu masuk dalam 30,9 persen persetujuan responIn lainnya. Bahkan nggak sedikit yang mengatakan bahwa mereka yang suka meniru itu adalah mereka yang pernah punya rasa percaya diri (pede) akan penampilannya. ’’Harusnya kita itu pede dengan gaya kita sendiri,” pesan cowok bersuara nyaring ini. Pengalaman responIn menghadapi polah tingkah temannya atau dirinya sendiri yang melakukan copycat itu ternyata macam-macam. Setidaknya ada 21,8 persen responIn yang melakukan copycat dengan orientasi pilihan untuk meniru yang unik. Padahal seharusnya bisa saja mereka menciptakan gaya sendiri yang lebih eksentrik. Contoh aja langkah sobat Indikasi dari SMK Muhammadiyah 3 Jogja, Melati Ayuning Diaz. Dia pernah membuat hiasan jilbab

PHOTO BY: FAKE PHOTOGRAPH. MODEL: FADHILA NURUL FALAH DAN YESSI ERLINDA (SMAN 10 JOGJA) ILUSTRASI: HERPRI KARTUN

sendiri. Hal itu dia lakukan karena dia merasa risih, akibat gaya berjilbabnya sering ditiru temannya. ”Dulu temanku suka ikut pakai jepitan. Akhirnya aku membuat sendiri agar nggak bisa ditiru,” katanya. Ayu menuding teman yang mengikuti gayanya itu adalah sosok yang nggak kreatif. Dan ternyata penilaian Ayu itu disetujuin oleh 48,2 persen responIn lainnya. Priska Ferani Sumasari yang juga dari SMA 17 ”1” Jogja juga menilai bahwa orang yang suka meniru itu adalah tipe orang penakut. ’’Mereka pasti takut untuk tampil sesuai pribadi aslinya. Ya ujung-ujungnya, meniru orang lain,” celetuk Priska . Bahkan siswi anak kelas XB ini juga menuding mereka yang suka meniru adalah orangoarang yang tidak memiliki jatidiri. Yang menarik, 25,4 persen ResponIn lebih memilih cuek menghadapi orang yang suka menirukan gaya orang lain. Salah satunya

Sarah Aryana dari SMKN 1 Depok yang udah jengkel banget ama temen tukang niru. ”Awalnya jengkel melihat anak seperti itu, tapi lama-lama aku diam tanpa komentar,” kata penggemar warna coklat ini. (sha)

JENIS KELAMIN COWOK 55%

Total responIn 300 pelajar SMA/ se-derajat Di Kota Jogjakarta

28,5% 22,7%

PENDIDIKAN

Kalau kamu tahu temanmu copycat? Diam

SMA 100%

25,4%

USIA

Buat yang Lebih OK dong! 21,8%

Pendapatmu tentang anak yang hobi niru?

CEWEK 45%

JUMLAH RESPONDEN

Seringnya ngopi apa? Penampilan Tingkah laku

|

15 - 16 tahun 17 - 19 tahun

47% 30%

Metode Penelitian: Simple Random Sampling

Nggak Kreatif 48,2%

Toleransi Kesalahan: 2 % Instrumen Polling: Kuisoner Open Close Question

Sahabatku Sempat Dicurigai Meniru Aku COPYCAT dulu dengan sekarang itu beda. Aku punya banyak temen yang copycat, tapi mereka bukan ngopi gayaku. Malah aku juga termasuk dalam copycat itu sendiri. Soalnya, dulu waktu SMA aku orang biasa, tapi nggak cupu banget juga. Aku cuma seorang Wakil Ketua OSIS, anggota Tim Basket, dan vokalis band SMA Negeri 5 Bandung. Jadi siapa juga yang mau meniru gayaku? Hahaha.. Dulu copycat jarang yang meniru gaya orang sipil, yang ditiru kebanyakan artis-artis yang lagi ngetrend pada masa itu. Contohnya dulu aku meniru gaya Duran Duran yang dulu lagi booming banget dengan ngusung musik new wave-nya. Menurutku, style mereka keren banget. Mulai style rambut, pakaian,

hingga gaya nyanyi. Dan lagi, dulu nirunya paling banter style-nya aja. Karena copycatnya cuma dapat sumber dari gambar-gambar di koran, foto, majalah, poster, dan yang begitu-begitu. Kalau sekarang banyak orang yang meniru gaya artis dari segala macemnya. Ada yang meniru style nya, tapi nggak sedikit juga yang sampai meniru kelakuan dan gaya hidupnya. Kalau artis itu suka belanja di mall, copycatnya niru juga. Kalo artis yang dia suka hobi golf di Depok, copycatnya juga ikut. Yah semacam itulah. Dan infoinfo soal artis yang dia suka bisa banyak banget sumbernya. Internet sekarang sudah ajaib banget. Dulu aku punya sahabat kental, namanya Lukman. Dia teman sekelas, bahkan sebangku. Rumah kami juga dekat, jadi kalau berangkat selalu

boncengan berdua. Dan satu lagi yang paling unik, muka kita hampir sama, jack! Ini anak sempat dicurigai orang-orang kalau dia ngopi gayaku. Soalnya kami sering pake kaos kembaran, sepatu kembaran, dan tas juga sama. Seperti anak kembarlah! Dan dia sama sekali nggak copycat gayaku. Karena aslinya kami memang selalu janjian pakai barang yang sama, supaya kompak! Hahaha.. Menurutku, dari zaman dulu kuda makan rumput sampai sekarang kuda makan burger, pasti yang namanya copycat itu ada. Banyak alasan, kenapa mereka sambil jalan jadi copycat. Misalnya, karena dia over kagum sama kita, atau bisa juga dia kena krisis jatidiri yang Armand Maulana – vokalis GIGI

Jadilah Diri Sendiri HALLO teman-teman…ayo coba kita tampil menjadi diri sendiri. Karena itu menjadikan kita lebih keren dan gaul. Begitu kira-kira ajakan temen-temen kita dari SMK Koperasi Jogja dan SMK Farmasi. Memang, mereka sepertinya bangga menjadi diri sendiri. Tapi omongomong, ada nggak ya di antara mereka yang potongan rambutnya meniru gaya vokalisnya Vierra? SMK Koperasi Jogja

foto-foto: Sabina gendis/indikasi

SMK Farmasi Jogja

membuat dia butuh role model. Semuanya kembali ke diri sendiri. Kalau aku sebagai pihak yang dikopi, akan biasa saja nanggapinya. Terserah dia juga mau ikut siapa. Itu sudah hak asasi manusia-nya. Setidaknya dia juga sudah kena sanksi sosial, contohnya dia jadi omongan orang-orang. “Itu si A meniru gaya si Armand banget ya?” Hehehe.. Setelah aku pikir-pikir, justru kita harus bangga, karena ada follower. Itu tandanya selera dan style kita diakui orang lain. Iya khan? Berarti style kita oke banget. Selama si copycat nggak mengganggu kita secara berlebihan, semacam teror-teror nggak masalah. Pokoknya jangan sampai dia masuk ke koridor privasi. But then when those copycats start to break the rule and go into our privacy, that’s the time to bawl em out! (arm)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.