HARIAN SEMARANG 250212

Page 7

INTERNASIONAL HUKUM & KRIMINAL

77

senin, 15 25 november 2010 sabtu, Februari 2012

Waspadai Kejahatan Bacok di Tempat Oleh Abdul Mughis Waspadai kejahatan bacok di tempat khususnya para pengendara yang berada di jalan saat malam hari karena pelakunya sangat nekad.

P

enJAhAT bersenjata tajam (Sajam) kian menggila. Seperti yang terjadi dinihari kemarin, kawanan perampok berani beraksi di depan Markas Komando Daerah Militer (Kodam) IV Diponegoro, Jalan Perintis Kemerdekaan Banyumanik. Korbannya adalah pengendara pasangan muda-mudi yang sedang melintas, yakni Mochammad Rozak (20), warga Jamus, RT 06/RW 03, Kelurahan Jamus, Kecamatan Mranggen, Demak dan teman perempuannya, Yoni Aktafera (20), warga Pucangsantoso Tengah, Pucanggading. Usai membacok korban, perampok bersajam

itu berhasil menggondol motor Suzuki Smash H 4147 QN miliknya. Informasi yang dihimpun, perampasan disertai kekerasan itu terjadi sekitar pukul 01.00. “Saat itu kami sedang berboncengan melintas di jalan tersebut, tapi setibanya di depan Makodam, tiba-tiba ada pengendara motor lain memepet hingga menyerempet. Kemudian kami terjatuh,” ujar Rozak saat melapor di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Banyumanik, kemarin. Setelah dua-duanya terjatuh, korban berusaha bangun. Namun, kawanan pelaku berjumlah sekitar empat orang justru terlebih dahulu menyerang. Bahkan tidak

tanggung-tanggung, di antaranya menyerang menggunakan senjata tajam parang. Diserang banyak orang, Rozak tidak bisa berbuat banyak, sehingga korban hanya bisa pasrah dihajar hingga dibacok. “Saya dan Yoni ketakutan, karena mereka terus mengancam. Kemudian mereka membawa kabur motor saya,” tutur Rozak. Saat kejadian, selain berlangsung cepat, arus lalulintas sangat sepi sehingga tidak ada yang menolong. Usai kejadian tersebut, korban langsung melapor ke Polsek Banyumanik. Akibat hujaman senjata tajam, Rozak mengalami luka robek di pipi kiri sepanjang 2 cm. Sedangkan Yoni menderita luka robek di

pipi kanan, dan luka tusuk di bagian punggung sebelah kanan. Sebelumnya, pembacokan juga terjadi pada Sabtu (18/2), sekitar pukul 02.30 di dekat SPBU Jalan Sriwijaya Semarang. Korbannya adalah seorang pelajar kelas XII SMK N 3 Semarang, Muhammad Adim Nurhuda (18). Tragis, korban dibacok-bacok oleh lima pelaku hingga menderita luka parah di punggung, kepala, telinga dan tangannya. Adim mendapat 95 jahitan akibat bacikan senjata tajam berjenis celurit dan samurai. Sementara barang-barang berharga berupa handphone, tas serta dompet berisi sejumlah uang dibawa kabur pelaku. (gus)

keresahan di kalangan jamaah Masjid Nurul Hikmah. Ketua PBHI PBHI Jateng Denny Septiviant mengatakan, pihaknya menganggap tidak masalah polisi melepas tersangka. Namun dia khawatir para jamaah masjid menjadi takut jika bertemu tersangka saat sholat. Sebab tersangka punya banyak teman di jamaah jaulah (nama lain Jamaah Tablig) “Kami memaklumi polisi melepas tersangka. Itu hak polisi. Namun kami khawatir terjadi keresahan di dalam Masjid Nurul Hikmah,” terangnya didampingi advokat Rif’an. Denny menyarankan lebih baik tersangka ditahan demi menjaga situasi kondusif. Mengingat solidaritas masyarakat kepada korban terus-menerus berdatangan. Jika solidaritas itu juga datang dari pihak pelaku, akan sangat membahayakan. Hal senada disampaikan Pargono dari LBH GP Ansor Kota Semarang. Pargono mengatakan, LBH GP Ansor lebih menyarankan agar tersangka ditahan supaya situasi keamanan dan ketertiban tetap terjaga.

Menurutnya, polisi akan sulit mengantisipasi masalah jika tersangka dilepas. Sebab berdasar keterangan para saksi yang sudah diperiksa polisi maupun yang belum, pelaku dan kelompoknya suka mengintimidasi para jamaah dan takmir masjid. “Kami juga menyampaikan lebih baik polisi tetap menahan tersangka. Karena jika tersangka bebas kembali ke masjid bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman para jamaah,” tuturnya. Apa yang disampaikan dua lembaga bantuan hukum itu rupanya benar. Takmir Masjid Nurul Hikmah tidak berani menggelar rapat di dalam masjid untuk menyikapi pelepasan tersangka dan upaya mediasi oleh polisi. Maka pengurus takmir menggelar musyawarah di tempat yang dirahasiakan. Kepada wartawan, Ketua Takmir Ahmad Chumaidi hanya mengatakan lokasi rapatnya jauh dari Masjid Nurul Hikmah. “Saya mengundang pengurus takmir untuk berembug menyikapi persoalan dilepasnya tersangka dan upaya mediasi oleh polisi.

Tempatnya di luar masjid,” terangnya seraya menolak memberitahu lokasi rapatnya. Soal ketakutan pengurus takmir sebenarnya sudah terjadi sebelumnya. Rabu (21/2) lalu, ketika siangnya pelaku pengeroyokan diamankan di Polrestabes Semarang dan para saksi diperiksa, malamnya takmir tidak berani menggelar rapat di dalam masjid meskipun sudah diagendakan dan diberi jaminan keamanan oleh polisi. Banyaknya polisi yang menjaga masjid dan banyaknya anggota kelompok jaulah bergerombol di masjid untuk membicarakan kasus penangkapan pelaku justu membuat suasana jadi tegang. Sehingga rapat batal, diganti menghadiri undangan MUI Kecamatan Tembalang untuk musyawarah kemaslahatan umat. Musyawarah diadakan di rumah Ketua MUI Tembalang KH Moch Najib. Di rumah pengasuh Ponpes As-Sajad itu pengurus takmir maupun kelompok jaulah dinasehati Kiai Najib agar rukun dan damai, dan menyerahkan ke polisi soal urusan hukumnya.

sambungan berita halaman 1 Tersangka Dilepaskan... Setelah melepas kedua tersangka tersebut, anggota Polsek Tembalang memberitahu korban, Ahmad Chumaidi dan tetap memberi jaminan keamanan untuk dia dan pengurus takmir masjid lainnya. “Ya benar. Tadi polisi dari Polsek Tembalang datang ke rumah saya memberi tahu bahwa tersangka dilepas,” tutur Chumaidi. Selain itu, polisi juga kembali membujuk korban agar mediasi. Yaitu jalan damai tanpa berlanjut di persidangan pengadilan. Namun korban mengaku menolak bujukan tersebut. “Saya dibujuk agar mediasi. Tapi saya bersikukuh kasus tetap dilanjutkan,” tegasnya. Chumaidi menegaskan, penolakannya itu bukan berarti dia tidak memaafkan. Soal memaafkan sudah sejak awal dia lakukan. Dengan terbukti dia tidak membalas dan tak memusuhi pelaku pengeroyokan atas dirinya. Ketika anggota kelompok Jaulah ramai-ramai datang ke rumahnya untuk meminta maaf, Kamis (23/2) kemarin dia juga langsung memafkan. Namun soal laporan ke polisi, itu karena

jamaah masjidnya tidak terima imamnya dianiaya saat berdzikir di dalam masjid. Lagi pula, tambah dia, pelaku sendiri yang menghendaki masuk penjara. “Usai memukuli saya, Pak Supriyono menantang agar saya dia dipenjarakan. Jadi penjara itu dia sendiri yang minta,” tuturnya. “Aku mbok penjarakno rak popo. Aku kere gak popo, sing penting sok mben mlebu suwargo,” kalimat Suproyono yang ditirukan Chumaidi. Kasubag Humas Polrestabes Semarang Kompol Willer Napitupulu membenarkan hal itu kala ditanya wartawan. Menurutnya, tersangka dilepas karena penduduk setempat, kenal dengan korbannya, dan dijamin tidak melarikan diri. “Namun proses hukum berjalan jika mediasi tidak berhasil,” jawabnya, atas pertanyaan awak media. Jadi Tegang Kuasa hukum korban dari Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI) Jateng dan LBH GP Ansor Kota Semarang menilai pelepasan tersangka itu bisa menimbulkan

Ketua DPRD...

Pedagang Pasindra... Karena kami menempati lahan milik swasta,” tegasnya kemarin. Ia mengatakan, pemerintah tidak berwenang untuk menutup sebab Pasindra merupakan milik swasta, sebab itu ia juga menyayangkan rekomendasi Komisi B untuk melakukan penutupan. Selain itu, mereka juga tidak akan melepas lapak yang ada di RPU Penggaron karena mereka menganggap itu merupakan ganti rugi perpindahan mereka dari Pasar Kobong. Pemusatan di RPU Penggaron menurutnya bukanlah solusi yang tepat, sebab di kota sebesar ini setidaknya terdapat beberapa titik tempat pemotongan unggas. Terlebih fasilitas di RPU yang masih sangat minim. “Seharusnya pemerintah tahu kalau ingin membangun diperhitungkan fasilitasnya. Kenapa baru sekarang? Kami tetap meminta di Semarang ada beberapa titik rumah pemotongan unggas. Rumah sakit saja ada yang milik pemerintah dan ada yang milik swasta. Kenapa pasar

unggas tidak bisa seperti itu,” ujarnya. Pertahankan Lahan Terkait pengambil alihan lahan di RPU Penggaron oleh Dinas Pasar dan akan dibuka untuk pedagang lain jika hingga batas waktu tidak juga ditempati, ia mengaku tetap akan mempertahankan lahan di RPU Penggaron. “Tempat yang ada di Penggaron tidak boleh diambil alih, kami akan kami pertahankan, karena lahan tersebut bukan pemberian pemkot, tapi ganti rugi atau penukaran tempat kami yang ada di Pasar Kobong. Kami punya suratsuratnya,” katanya. Sementara itu Sekretaris Dinas Pasar Fajar Purwoto mengatakan, Dinas Pasar harus tegas untuk memberikan lahan ke pedagang lain jika tidak ditempati hingga batas waktu yang ditentukan. Jika sebelumnya batas waktu 7x24 jam, sekarang diperpanjang hingga akhir Februari. “Lahan di RPU Penggaron bukan

sebagai ganti rugi. Pedagang eks Pasar Kobong yang direlokasi hanya berhak menempati, sementara lahan milik pemerintah dan Dinas Pasar juga butuh PAD,” terangnya. Jika tetap tidak ditempati hingga akhir Februari nanti, Dinas Pasar akan membuka pendaftaran pedagang baru untuk menempati lahan kosong tersebut. Syaratnya, pedagang yang mengajukan wajib mengumpulkan fotokopi KTP, KK, serta jenis dagangannya. Apakah penjual unggas atau jasa pemotongan. Seperti yang diketahui, ada 19 lahan kosong milik pelaku usaha unggas yang saat ini menempati Pasindra. Jumlah tersebut terinci dari 8 kios pemotongan unggas dan 11 tempat penyimpanan unggas. Sementara itu, terkait dengan ancaman DPRD Kota Semarang menggunakan hak angket untuk mempertanyakan pelaksanaan kebijakan Pemkot Semarang, belum ada tanggapan dari pihak pemkot. (pru/tab)

Esemka Mampir... Coba Truk “Jangan sampai kita menjadi budak orang luar yang memproduksi mobil dan banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia. Kita harus bisa menjadi bangsa yang yang bisa memproduksi mobil dan tidak hanya menjadi montir atau tambal ban mobil buatan luar

negeri,” tegasnya. Dalam kesempatan itu, Rudy, juga sempat mencoba truk engkel rakitan siswa SMKN 2 Kendal. Usai mencoba dirinya mengaku merasa kagum dengan truk tersebut. “Ini adalah karya anak bangsa. Harus kita dukung dan beri motivasi. Sehingga kita bisa menjadi

tuan di negeri sendiri dan jangan sampai menjadi budak negara lain,” tambahnya. Dia berharap, jangan sampai SMK SMK yang membuat atau merakit mobil, mudah diadu domba oleh pihak-pihak lain, untuk kepentingan dagang. “Sebab akan merugikan kita semua,” tambahnya.

Iman dan agama juga penting, namun hampir mustahil zaman sekarang ada yang menjadi sufi sekelas Rabiah Adawiyah, mantan pelacur di Baghdad yang jadi waliyullah karena hatinya hanya cinta kepada Allah. “Normalnya wanita itu berkeluarga, mas. Punya suami dan anak-anak. Kami ini punya cinta,” ujar perempuan yang ditinggal minggat pacar yang menghamilinya di masa mudanya ini. Lantas, siapa yang mau menikahi mantan WTS? Itulah masalah yang tidak pernah dipikirkan pemerintah maupun pembela HAM. Menurut Srinti, WTS bisa saja berhasil dibina berwirausaha. Mandiri dan mendapat rejeki halal. Tetapi masyarakat belum tentu bisa menerima manakala kembali ke kampung halaman.

Cap buruk atau godaan lelaki iseng sangat mungkin terjadi. Cara yang paling aman dan manusiawi, mantan pelacur itu menikah. Punya keluarga dan jadi orang baik-baik secara sempurna. Jadi, satu-satunya solusi, jika mengharap perjaka sangat sulit, ya poligami. “Saya siap jadi selir asalkan jelas terpenuhi kebutuhan fitrah sebagai wanita. Punya suami dan keluarga. Jadi istri kedua, ketiga atau ke berapapun saguh,” katanya mantap. Betapa mulia lelaki yang mau menolong orang semacam Srinti. Betapa mulia istri yang mendukung suaminya mengentaskan mantan PSK menghadap Tuhannya dengan sepenuh kesucian. Sebagai seorang istri, meski bukan permaisuri.

(ono/tab)

Siap Jadi... dan LSM selama ini kurang pas dengan harapan kaumnya. Perempuan ini masuk bursa seks di Kota Semarang, setelah diusir ayahnya lantaran hamil di luar nikah dan menggugurkan kandungannya semasa SMA. Menurutnya, program pemkot cenderung sepotong-sepotong. Karena menganggap faktor pelacuran adalah kemiskinan, diberikanlah pelatihan kerja dan motivasi wirausaha. Ditambah pembinaan moral, karena menilai perbuatan mereka melanggar norma agama. “Semua itu, benar. Tidak salah sedikitpun, namun kurang lengkap. Sebab tidak menyentuh aspek hakiki kebutuhannya. Sebagai manusia normal, wanita tidak hanya butuh uang,” ungkapnya.

(tab)

(tab)

Penahanan Yaeni disertai barang bukti dari penyidik, berupa setoran uang pengembalian dari tersangka ke kas daerah, sebesar Rp 400 juta. Yaeni diduga korupsi penggunaan anggaran pemeliharaan kendaraan dinas di Sekretariat DPRD Grobogan, tahun anggaran 2006, 2007, dan 2008 yang merugikan negara sekitar Rp 1,9 miliar. Sesuai dengan penjelasan Kajari Purwodadi Lydia Dewi, berdasarkan audit investigasi BPKP Jawa Tengah, selama tiga tahun anggaran, ditemukan kerugian negara sebesar Rp1,9 miliar. Hal itu diperkuat dengan keterangan 24 saksi , yang dianggap bisa memberi keterangan terkait kasus pemeliharaan kendaraan dinas Sekretariat DPRD. Maka Kejaksaan Negeri Purwodadi, Kamis (23/2) siang memutuskan menahan Yaeni. “Tersangka kami titipkan di Lapas Kedungpane Semarang untuk memudahkan mengikuti proses persidangan di Pengadilan Tipikor Semarang,” kata Lydia didampingi JPU Budi Santoso dan Kasi Intel Suryadi, kemarin. Sebelum ditahan, dilakukan serah terima tersangka bersama barang bukti dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari penyidik kepada JPU. Dan

setelah dinyatakan lengkap (P21), JPU memutuskan menahan Yaeni. Rekayasa Tagihan “Sudah kita ketahui bersama modus yang dilakukan antara lain dengan membuat pertanggungjawaban biaya pemeliharaan kendaraan dinas yang tidak benar dan direkayasa. Baik itu berupa tagihan dari bengkel dan SPBU Pertamina yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya,” ungkap Lydia. Terkait kasus itu, Harsem beberapa hari yang lalu berhasil menemui tersangka lainnya yang sudah menjalani proses persidangan di Pengadilan Tipikor Semarang, yaitu Sutanto dan Sunarto. Mereka mengatakan, hanya merupakan korban dari pengguna anggaran sehingga mohon kepada hakim untuk memutuskan perkara ini yang seadiladilnya. Sehingga kesalahan tidak ditimpakan pada dirinya yang mantan Sekwan semata, dan berharap pelaku yang lain untuk mengatakan kejadian yang sebenarnya menurut porsi tanggung jawabnya masing-msing. (pji/tab)

“Reserse” Tipu... Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, secara habis-habisan. Pasalnya, Rini tertipu “luar-dalam” oleh pria yang telah memacarinya selama 5 bulan itu. Selain itu, “polisi” tersebut juga membawa kabur ponsel BlackBerry merk Gemini, laptop dan uang Rp 400 ribu milik korban. “Namun, di sini (Polrestabes), saya melaporkan kasus penganiayaannya. Dia mengancam, meminta uang, dan memukuli saya,” tuturnya di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), kemarin siang. Diterangkan Rini, saat ini, bulan kelima ia berpacaran dengan sang “reserse” itu. Sebelumnya, hati Rini yang telah tercuri itu membuat ia menyerahkan seluruh cinta, jiwa dan raganya. Apaapa yang diminta oleh sang pujaan hatinya selalu ia berikan dengan tulus. “Termasuk meminta uang ataupun barang-barang,” kata wanita yang bekerja sebagai marketing properti itu. Sikap Arogan Namun demikian, kata Rini, belakangan Fadli menunjukkan sikap arogannya. Awalnya itu disikapi dengan hati dingin, namun bukannya berhenti tapi malah menjadi-jadi. Fadli sering marah-marah, meminta uang dan meminta barang-barang berharga miliknya. “Saya pun memberikannya, karena dalihnya untuk kepentingan tugas negara,” katanya.

Hingga akhirnya pada Minggu (19/2) konflik asmara yang menimpa dua pasangan ini memuncak. “Saya dikata-katai dengan sebutan kotor,” ujar Rini. Melalui SMS, Fadli menyebutnya sebagai pelacur. Tentu saja, darah Rini muntab akibat kata-kata yang menyinggung perasaan itu. Sekitar pukul 15.00 hari itu juga, Rini nglabrak ke kos Fadli di Jalan Kasipah No 15, Semarang. “Di sana terjadi pertengkaran dan cekcok mulut, hingga puncaknya Fadli memukul dengan tangan kosong. Dia juga sempat membanting helm, kemudian mendorong tubuh saya hingga terjatuh di tempat tidur,” ungkap Rini. Rini tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menangis meratapi nasib. Usai kejadian itu, Fadli pergi. Padahal, BlackBerry Gemini, cincin emas seberat 4 gram beserta uang Rp 400 ribu, juga turut dibawa kabur. “Fadli juga sempat meminta uang sebesar Rp 2 juta, katanya, uang itu untuk pendidikan Reskrim Mega Mendung di Bogor. Namun saya tidak mau memberikan. Hingga saat ini, dia sudah sulit dihubungi,” katanya pedih. Akibatnya, korban mengalami luka memar di pipi sebelah kiri, kepala sakit dan mata memerah. Sementara kerugian materi diperkirakan Rp 7 juta. Saat ditanya oleh petugas, apakah juga pernah ditiduri terlapor? Rini hanya diam tanpa kata-kata. (abm/tab)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.