Haluan 26 Desember 2011

Page 11

11

SENIN, 26 DESEMBER 2011 M 30 MUHARAM 1433 H

Avanza Terjun ............................Sambungan dari Hal.1 Sumbar Harus ............................Sambungan dari Hal.1 Diduga mobil itu jatuh ke jurang diperkirakan dini hari Sabtu (24/ 12), karena lima mayat bergelimpangan ditemukan warga sekitar kejadian, setelah paginya dalam kondisi tubuh mayat sudah kaku. Walinagari Nan Tujuh Hendrizal kepada Haluan mengatakan, memang ada warga di Sungai Baluka yang mendengar bunyi dentuman seperti longsor sekitar pukul 03.00 WIB Sabtu dinihari, namun warga tidak menghiraukanya. “Barulah, setelah pagi warga akan pergi ke sawah melihat jejak mobil arah ke dalam jurang dengan rumput berantakan. Ternyata dilihat warga ke dalam jurang, ada mayat bergelimpangan lima orang dan mobil remuk yang diperkirakan baru jatuh. Kami langsung memberitahu pihak kepolisian untuk mengevakuasi mayatmayat tersebut,” kata Hendrizal.

Kanit Laka Satlantas Polres Bukittinggi, Iptu Rendi kepada Haluan mengatakan, berkat informasi warga, petugasnya baru sampai di lokasi kejadian Sungai Baluka, sekitar pukul 09.00 WIB pagi dan baru bisa mengevakuasi mayat sekitar pukul 13.00 WIB. “Karena mayat sudah kaku, kami langsung meminjam mobil ambulans ke Puskesmas Palupuh untuk dilakukan pemeriksaan. Namun pihak puskesmas Palupuh merujuk ke RSAM Bukittinggi untuk dilakukan otopsi,” kata Iptu Rendi. Kepala Puskesmas Palupuh drg Ibnu Fajar Putra kepada Haluan mengatakan, lima mayat itu terpaksa dirujuk ke RSAM, karena tubuh mayat sudah kaku yang diperkirakan sudah meninggal 12 jam akibat jatuh ke jurang. “Identitas lima mayat tidak kami ketahui, tetapi mereka dipastikan

pedagang yang akan berbelanja konveksi ke pasar Aur Kuning, karena uang mereka sangat banyak ditemukan saat diantar ke Puskesmas. mayat itu dua laki-laki dan tiga perempuan,” kata Ibnu, Tapi tadi malam, pihak Kepolisian Resor Bukittinggi berhasil mengidentifikasi nama-nama korban. Kelima korban adalah 1) Dahlia, (24) suku Mandailing pekerjaan wasta berlamat di Jln. Bukit Padang Sidempuan. 2) Muktar (30) suku Batak, pekerjaan swasta beralamat di Jln. STN Soripad gang Mulya Padang Sidempuan Utara 3) Jefri AM (50) suku Batak pekerjaan swasta, alamat di Tavo Boto Padang Sidempuan 4) Yusnidar (40) suku Minang alamat Tavo Boto Padang Sidempuan, 5) Minta Ito (30) suku Batak, alamat Jln. Merdeka No. 98 Sigiring-giri Padang Sidempuan. (jon)

Puluhan Rumah.........................Sambungan dari Hal.1 ”Ombak besar terjadi semenjak Sabtu (24/12) dan berlanjut pada Minggu. Ketinggian ombak tidak seperti biuasanya, bahkan beberapa kali ombak memecah didapur,” kata Anto (30), warga Pasir Putih Kambang. Disebutkannya, kerusakan terhebat terjadi pada Sabtu malam, saat itu ombak sedang dalam keadaan besar. Awalanya ombak hanya mengikis bagian belakang yakni pasir di pantai, kemudian setelah itu lenyap barulah terjadi kerusakan bagian belakang rumah. “Rumah kami awalnya runtuh pada bagian belakang, kemudian pengikisan terus terjadi. Pondasi bolong dan akhirnya seluruh bagian belakang runtuh dan terseret ombak, warga Pasir Putih kini cemas karena rumah tempat untuk tinggal akan ludes,” katanya mengisahkan. Sementara Netti (40) menyebutkankan pada Sabtu sore warga sekitar sudah mengetahui terjadi kenaikan air pasang yang diikuti gelombang besar. Lantas ia bersama anggota keluarganya mengeluarkan seluruh barang yang ada dalam rumah. “Air laut dengan cepat mengikis pinggir pantai, kemudian ombak menghantam rumah kami bagian belakang. Semua barang yang ada dalam rumah kami keluarkan dan pindahkan ketempat yang aman,” kata Netty menjelaskan. Dikatakannya, ia bersama tetangga lainnya mengungsi kerumah warga di seberang jalan nasional. Di sana mereka tidur seadanya saja. ‘Kami butuh bantuyan segera dari pemerintah, misalnya selimut, makanana bayi dan tenda,’ katanya.

Wali nagari Kambang Barat Nurlison menyebutkan, bencana abrasi pantai sudah sering terjadi, namun bencana kali ini menimbulkan dampak sangat besar bagi warga yang bermukim dikawasan Pasir Putih Kambang. “Menurut data kami, maka terdapat 20 rumah yang mengalami kerusakan hebat dan sebagiannya runtuh. Rumah yang terkena abrasi tersebut umumnya tidak bisa ditempati. Untuk itu, kepada warga diminta tidak memaksakan diri tinggal dirumah tersebut,’’ katanya. Dikatakannya, akibat bencana abrasi kerugian yang ditimbulkan mencapai satu milyar rupiah. ‘’Tidak ada korban jiwa yang timbul akbit bencana tersebut,’’ katanya. Sementara itu Kepala BPBD Pessel, Nashariyadi menyebutkan pemerintah menurunkan personil untuk melakukan pemantauan dan pendataan korban bencana anbrasi. ‘’Selain itu petugas kami juga memberikan petunjuk kepad korban bencana tata cara penyelamatan,’’ kata Nashariyadi. Ia juga menyebutkan, Kawasan Pasir Putih tidak layak dijadikan pemukiman. ‘’Kami menghimbau, warga yang tinggal disepanjang pantai untuk memikirkan masa depan dengan tidak lagi tinggal dikawasan pinggiran pantai rawan bencana. Jangan setiap tahun kita disibukkan oleh bencana yang sebenarnya sudah bisa diprediksi di pinggir pantai,’’ katanya. Wakil Bupati Pessel, Editiawarman mengatakan, pemerintah telah menurunkan dua untuk ekscavator untuk mengamankan tebing

yang tergerus, selain itu karung diisi pasir sebagi penahan ombak. Sementara terkait dengan warga, mereka dianggap masih belum membutuhkan bantuan pangan. Kecamatan Bayang Sementara itu puluhan unit rumah masyarakat di dua kecamatan yaitu, kecamatan Bayang dan Bayu bagian atapnya diterbang angin badai, kemudian satu unit rumah masyarakat di Pulut-pulut Kecamatan Bayang utara milik Rijal Efendi tertimpa pohon kelapa, dalam peristiwa ini tidak ada korban jiwa, kejadian sekitar jam 13,30 wib , Minggu (25/12) Kerusakan rumah yang terparah di Bayang yaitu rumah masyarakat nelayan karena mereka bermukim dekat pinggir pantai, angin badai yang berlangsung sekitar 1 jam telah membuat masyarakat berhamburan keluar rumah menghindar dari bahaya mencari daerah yang aman. Salah seorang nelayan di Muara Pasar Baru Utih mengakui, angin kencang yang datangnya tanpa diduga dengan kondisi cuaca yang cerah membuat panik masyarakat, untung saja kejadian berlangsung disiang hari, bila kondisi ini terjadi pada malam hari tentu ada korban yang terhimpit bagian bangunan rumah. Camat Bayang Sutan Heriyardi meminta masyarakat supaya menghindar ketika terjadi badai, karena tidak ada seorangpun yang menginkan datangnya musibah, maka menyelamatkan diri dari bahaya salah satu upaya terhindar dari kerugian. (h/har/jon)

Padang Aman, ............................Sambungan dari Hal.1 Di Padang, sedikitnya 6.000 umat Kristiani merayakan Natal di Gereja Katedral St Theresia Jalan Bundo Kanduang Padang, Minggu (25/12). Banyaknya umat Katolik yang merayakan Natal di gereja ini, membuat pengurus gereja terpaksa membagi tiga jadwal peribadatan, yakni pukul 06.15 WIB, pukul 07.30 WIB dan pukul 09.00 WIB. Prosesi Misa Natal itu sendiri telah dimulai pada Sabtu (24/12) lalu, sekitar pukul 18.00 WIB. Misa Natal juga dilakukan hari Minggu kemarin, yang juga dilakukan pada pukul 18.00 WIB. Gereja Katedral ini merupakan tempat favorit umat Katolik Padang dalam beribadat. Tiap tahunnya selalu penuh sesak. Bahkan jumlah tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya, yang mana tahun lalu hanya membagi dua jadwal peribadatan. Tak hanya menggelar prosesi peribadatan, pengurus gereja ini juga memberikan hadiah kepada 500 anak, memberikan paket pada 700 Kepala Keluarga (KK) kurang mampu, serta melakukan makan bersama warga kurang mampu. Kegiatan sosial ini rutin dilakukan setiap tahunnya pada saat Natal. Sedikit berbeda pada tahun sebelumnya, kali ini perkarangan Gereja Katedral juga ditempatkan berbagai pohon Natal yang unik, yang tidak hanya terbuat dari kertas, tapi juga terbuat dari botol plastik dan yang lainnya. Tak sedikit umat Katolik yang mengabadikan momen Natal di sekitar pohon Natal itu, baik menggunakan kamera foto, kamera video, bahkan dengan menggunakan handphone. Terkait perayaan Natal tahun ini, Pastor Markus W mengatakan, Natal kali ini bertemakan ‘damai bagi kita yang percaya pada tuhan’. Menurutnya, tema ini mengartikan bahwa kehadiran Tuhan memberikan rasa aman dan damai bagi diri manusia. Kehadiran Tuhan ini perlu diaplikasikan ke sesama umat manusia tanpa melihat golongan, ras, agama dan suku bangsa. “Siapapun yang kita jumpai, baik saudara sendiri atau tidak, jadikanlah mereka sebagai teman, karena dalam kehidupan ini, Tuhan tidak membeda-bedakan manusia,” ujar Pastor Markus W. Pastor menambahkan, ada sedikit keistimewaan Natal tahun ini dibanding tahun sebelumnya. Menurutnya, saat ini banyak manusia yang menilai, bahwa berbagai bencana yang melanda Kota Padang dan Sumbar umumnya, merupakan sebuah cobaan,

sehingga banyak umat yang lebih sadar dan lebih taat beragama. “Dengan berbagai bencana di negeri ini, membuat manusia semakin sadar, bahwa mereka harus menolong dan berbagi kepada sesama,” tambah Pastor. Dari pantauan Haluan di sekitar lokasi Gereja Katedral ini, berbagai acara yang dilakukan, diikuti secara antusias oleh umat Katolik. Dari luar halaman gereja, beberapa petugas kepolisian terus memantau keamanan proses Natal tersebut. Perayaan Natal kali ini berlangsung aman dan lancar. Di beberapa gereja lain juga terdengar pesan natal bergema. Seperti gereja HKBP yang diramaikan masyarakat keturunan Batak. Sebelumnya, dua tim Gegana Polda Sumbar bersama Polresta Padang telah melakukan penyisiran di sejumlah beberapa Gereja di Kota Padang sekitar pukul 14.00 WIB pada Sabtu (24/ 12) lalu. Penyisiran tersebut bertujuan untuk menciptakan situasi aman dan terkendali jelang Natal 2011. “Untuk pengamanan Natal 2011, kami melakukan penyisiran di sejumlah Gereja-gereja yang ada di Kota Padang. Dari 32 gereja yang ada di Kota Padang, semuanya kita lakukan penyisiran, tak terkecuali gereja kecil. Kita menurunkan dua tim Gegana yang terdiri dari 16 personil,” kata Kabag Ops Polresta Padang Ari Yuswan Triono. Menurutnya, penyisiran ini dilakukan empat jam sebelum Misa Natal dimulai, dan untuk personil sendiri, Polresta akan mengerahkan personil sesuai dengan tingkat kerawanan. “Kami akan memperketat penjagaan gereja yang dirasa rawan, jadi untuk memperkuat itu akan dilakukan pengawasan yang ketat,” kata Ari. Tim Gegana yang melakukan penyisiran pada Gereja Katedral Padang ada satu tim, sedangkan satu tim lagi menuju gereja lain. Aparat melakukan penyisiran mulai dari lingkungan Gereja hingga kedalam. Semua tempat tak luput dari pemeriksaan tim Gegana. Untuk gereja Katedral Polresta Padang menempatkan 20 personil yang berjaga-jaga di lingkungan Gereja. “Walaupun di Sumatera Barat (Sumbar) tidak begitu rawan aksi teror bom dan kriminalitas lainnya. Namun perlu juga kita mengantisipasi hal tersebut. Ini ditujukan agar umat Kristiani merasa tenang dalam melaksanakan ibadah,” ujar Ketua Pelaksana Natal 2011 di Gereja Katedral, Husin Chandra.

Husin mengatakan untuk Gereja Katedral ini adalah perayaan Natal pertama pasca gempa 2009, Katedral yang baru selesai dibangun, saat ini bisa menampung 1.500 jemaah Katolik, namun masih saja belum cukup karena di Padang sendiri ada 12.000 jemaah Katolik. Sementara itu, perayaan Natal dari malam Misa hingga Minggu (25/12) kemarin, juga berjalan sukses dan aman di beberapa gereja yang ada di kota Jam Gadang Bukittinggi. Saat umat kristiani melaksanakan malam Misa, seluruh gereja yang ada di kota itu dijaga ketat aparat kepolisian berpakaian lengkap maupun berpakaian preman di sekitar gereja. “Perayaan Natal di Bukittinggi berjalan sukses dan aman, tanpa ada insiden atau apapun bentuknya,” kata Kapolres Bukittinggi, AKBP Drs Eko Nugrohadi MSI kepada Haluan, Minggu (25/12) siang kemarin. Sementara kota Bukittinggi yang memiliki magnet Jam Gadang, Ngarai Sianok dan Kebun Binatang diserbu pengunjung sejak Sabtu lalu, karena bertepatan dengan perayaan Natal dan libur nasional. Diperkirakan kepadatan pengunjung di Bukittinggi akan berakhir dua hari setelah pergantian tahun 2011/2012 mendatang. Kepala Taman Marga Satwa Budaya dan Kinantan (TMSBK) Tarmizi Said kepada Haluan mengatakan, kunjungan ke Kebun Binatang atau TMSBK naik dua kali lipat dibanding hari biasa sejak Sabtu lalu. “Kalau hari biasa pada hari libur jumlah kunjungan 1.100 orang sehari. Tapi sejak Sabtu tercatat jumlah kunjungan 2.028 orang dan hingga siang ini kunjungan sudah mencapai 2.000 orang,” kata Tarmizi kepada Haluan Minggu siang kemarin. Dikatakan, bagi pengunjung yang masuk TMSBK dikenakan retribusi Rp8.000 dewasa dan Rp5.000 anakanak. Khusus untuk rombongan dikenakan diskon 15 persen sesuai dengan Perda Kota Bukittinggi tentang retribusi TMSBK. Tidak saja TMSBK yang ramai dikunjungi masyarakat yang berdatangan dari daerah tetangga dalam Sumbar bahkan propinsi lain, tetapi pengunjung tidak lupa mengabadikan foto-foto mereka dengan latar belakang Jam Gadang serta Ngarai Sianok. Akibat ramainya pengunjung ke Bukittinggi, Pedagang Aksesoris dan juru parkir sekitar kawasan Jam Gadang ketiban rezeki dibanding hari-hari biasanya. (h/wan/nas/jon)

Anjungan Sumbar Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Minggu (25/12) kemarin. Sementera itu, tiga pembicara dalam kegiatan Sarasehan Menggali Potensi Keunggulan Kuliner Sumatra Barat yang berlangsung setelah acara pembukaan Festival, masing-masing Linda F Adimidjaja (Redaktur Majalah Femina), Raseno Arya (Kasubdit Promosi Wisata Wilayah I, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) dan Burhasman Bur (Kadisbudpar Sumbar) sepakat meminta kualitas rendang ini harus dijaga oleh masyarakat Minang, terutama rendang yang dijual di Sumatra Barat. Lebih lanjut dalam festival yang menampilkan 20 peserta yang menyajikan berbagai aneka makanan khas Minang itu, Gubernur mengatakan bahwa Sumatra Barat sudah mendapat promosi gratis untuk masakan rending melalui jaringan

CNN. Namun , “saya minta masyarakat tidak mempersoalkan mengapa nama rendang ini adalah rendang Padang. Orang sudah lama mengenal restoran Padang, sekarang rending Padang. Kan tidak mungkin pula kita bilang rending Pariaman, Payakumbuh, Solok dan sebagainya,” kata Gubernur. Selain itu, Gubernur juga meminta agar di masa mendatang standar rasa masakan Minang harus dibuat, termasuk bumbu yang digunakan. Makan Bajamba Raseno Arya mengaku sangat tertarik melihat kegiatan festival Masakan Minang yang digelar oleh Anjungan Sumbar tersebut. Namun dia menyarankan agar di masa mendatang, orang yang ikut menikmati masakan yang terjadi dalam festifal ini juga dari berbagai komunitas lain, seperti korp diplomatik dalam bentuk makan bajamba. “Kami siap mendukung kegiatan

seperti ini di masa mendatang, apalagi hal ini menampilkan masakan tradisi Minang yang sudah mampu mengubah selera nusantara,” ujar Raseno. Kadisbudpar Sumbar Burhasman menyebutkan bahwa masakan Minang yang selama ini ditakuti banyak orang akan lemaknya, sesungguhnya tidaklah begitu sepanjang masakan ini, termasuk rending dibuat sekali jadi. Bukan yang sering dipanaskan, sehingga lemak yang ada tidak terurai. “Sepanjang dimasak dengan bumbu masak tradisional dan dibuat untuk sekali jadi, maka masakan Minang tidak membahayakan bagi kesehatan,” kata dia. Ia juga sepakat kualitas rendang yang beredar di Sumbar harus terjamin, termasuk ke-hegienisannya. “Orang non Sumbar boleh saja bikin rendang Padang, tetapi yang di Sumbar harus terjamin kualita dan rasanya” imbuh Bur. (h/sal)

Garuda Siap ...............................Sambungan dari Hal.1 Manager Garuda Cabang Padang, Dedi, di Garuda Point, Senayan City, Jakarta, Jumat (23/12) pekan lalu. “Kami sangat merespon permintaan Pak Wagub Sumbar bersama Ketua Kadin, Pak Walikota Sawahlunto dan kepala daerah lainnya agar Garuda bisa membuka kembali penerbangan Padang-Singapura pergi pulang yang sudah lama tidak dijalankan,” ujar Emirsyah Satar yang juga putra asli Minang ini. Tanda keseriusannya untuk membuka rute penerbangan PadangSingapura itu, Emir akan memimpin langsung tim Garuda Indonesia ke Padang pada 12 Januari mendatang untuk bertemu dengan pimpinan daerah, baik provinsi maupun kota dan kabupaten guna membicarakan berbagai persiapan yang lebih matang, termasuk mengkaji dampak penerbangan langsung Padang-Singapura ini di masa mendatang, khususnya untuk kemajuan dunia pariwisata Sumatra Barat. Menurut Wakil Gubernur Sumbar, Muslim Kasim, penerbangan langsung Padang-Singapura itu sudah saatnya dibuka kembali mengingat para pelancong dunia ke Singapura cukup tinggi dan diharapkan di antara wisatawan itu bisa datang ke Sumatra Barat secara langsung. Tidak seperti selama ini, yaitu melalui Batam, Jakarta atau lewat Kuala Lumpur. Sebaliknya, kata Muslim Kasim yang nampak sangat bersemangat untuk mendorong kemajuan Pariwisata Ranah Minang ini, berbagai hasil bumi Sumatra Barat juga akan bisa dipasarkan ke Singapura, seperti sayur mayor dan ikan segar. “Selama ini kita sangat terhampat memasarkan hasil-hasil pertanian dan nelayan ke Singapura karena ketiadaan alat transportasi yang langsung seperti pesawat terbang itu,” ujar Muslim. Ketua Kadinda Sumbar Asnawi Bahar menambahkan, jalur penerbangan Padang-Singapura ini terakhir kali dilayani oleh Tiger Airways dan sejak empat tahun lalu sudah diting-

galkan. Seaat ini, kata dia, permintaan untuk penerbangan langsung itu sudah sangat tinggi. Wisatawan dari Negara jiran itu bila hendak ke Padang harus menyeberang dulu ke Batam atau terbang ke Jakarta. Akibatnya, mereka para wisatawan yang di Singapura itu jadi enggan datang ke Ranah Minang. Walikota Sawahlunto Amran Nur, Wakil Walikota Bukittinggi Harma Zaldi dan Wakil Bupati Tanah Datar Hendri Arnis, mengaku kesulitan melakukan promosi wisata dan produk-produk daerahnya ke Negara jiran itu, karena pada umumnya mereka akan bertanya, apa ada penerbangan langsung ke Sumatra Barat. Sawahlunto, kata Amran, malah berani membuka ruang promosi di Malaka sejak beberapa tahun silam karena Kualalumpu-Padang memiliki penerbangan langsung 10 kali dalam seminggu. Padahal, “Singapura juga merupakan potensi besar pasar wisata Sumatra Barat,” imbuhnya. Saat diusulkan oleh Ketua Kadin Asnawi Bahar agar daerah-daerah di Sumbar bisa memberikan insentif berupa dana promosi tahap awal bagi Garuda dalam pembukaan penerbangan ini, Amran langsung menyatakan kesiapannya. “Kami siap bantu Garuda di tahap awal pembukaan penerbangan ini sehingga bisa tertutup keekonomisan suatu penerbangan,” jelasnya. Menurut Amran, cukup banyak paket wisata yang bisa ditawarkan ke Singapura. Selain keindahan alam dan kulinernya, juga bisa ditawarkan paket bermain golf di Malibo Anai dan sebagainya yang hanya membutuhkan waktu 2 hari. Datang Sabtu pagi dan kembali Minggu sore atau malam. Terbang Malam Dirut Garuda Emirsyah Satar mengaku sangat tertantang untuk menghidupkan kembali penerbangan Garuda dari Padang ke Singapura tersebut pergi pulang. Selama ini, kata dia, pihaknya kesulitan mela-

yani penerbangan langsung berdurasi 50 menit tersebut karena keterbatasan pesawat. Tahun depan, kata Emir, Garuda akan memiliki sejumlah pesawat baru yang lebih kecil dengan kapasitas 8090 seat dan akan sangat efektif untuk melayani rute Padang-Singapura ini. Namun demikian, menjelang itu, bersama General Manager Garuda Padang, Dedi, Emir sudah mengancarancar untuk memanfaatkan dulu pesawatnya yang saat ini menginap di Bandara Minangkabau. “Kita terbangkan saja itu dulu malam hari ke Singapura dan subuhnya kembali ke Padang. Tapi, Bandaranya harus dibuka sampai malam,” jelas Emirsyah yang ibunya asli dari Bukittinggi ini. Perlu Dibenahi Di sisi lain, Emirsyah juga memberikan sumbang saran melalui Wakil Gubernur Sumbar agar dunia kepariwisataan di Ranah Minang perlu dibenahi dengan sungguhsungguh, terutama cara pandang masyarakat terhadap pariwisata. “Pariwisata itu adalah jasa dan sangat memelukan pelayanan yang prima, serta infrastruktur yang memadai. Jadi, mindset masyarakat, kultral melayani dengan keramahtamahan itu sangat diperlukan di dunia pariwisata,” ujar dia. Menurut dia, Garuda bisa saja membuatkan paket wisata ke Sumatra Barat, termasuk paket golf. “Kalau pelayanan masyarakatnya susah, kebersihannya tak terjamin, lapangan golfnya tak terawatt, bagaimana mungkin kita berharap wisatawan banyak datang ke daerah ini,” kata Emir. Untuk turut mendukung pembenahan dan promise Pariwisata Ranah Minang itulah, pada akhir Januari mendatang, Garuda bersama Bank Muamalat akan menggelar “Garuda Fun Bike” di sekitar Danau Maninjau. “Mainjau adalah kawasan wisata yang sangat menakjubkan. Nanti akan kita gelar acara fun bike di sana,” ujar Dirut Garuda ini. (h/sal)

Hentikan Program ......................Sambungan dari Hal.1 Dengan menyalah-nyalahkan Barat, mereka kembali menyebut local wisdom, kearifan lokal, dan nilai-nilai karakter khas setiap etnik yang tergerus. Ada silih asih, silih asah, silih asuh di Sunda, ada waja sampai kaputing di Kalimantan Selatan, dan ada lamak dek awak katuju dek urang di Minangkabau. Semua dianggap tak mangkus. Dalam satu-dua dekade terakhir, sebagian anak-anak Indonesia dikatakan tak lagi punya karakter? Dengan sebagian anak-anak tak berkarakter itu lalu terjadi perkelahian antarpelajar, antarsekolah, di pelbagai tempat di tanah air. Tersualah murid-murid yang tidak menghormati guru, tidak berperilaku santun terhadap orang-tua, tidak mau menjalankan peraturan sekolah. Dalam diskusi saya kemukakan, sungguh-sungguh, saya sama sekali tak mengerti makna karakter. Saya mengikuti pemikiran tentang karakter ini di media cetak, daring (on line), dan membaca beberapa buku. Saya membuka kamus, ensiklopedi, thesaurus, berdiskusi dengan pakar. Saya tetap tidak paham makna kata karakter yang kemudian ditali-temalikan dengan pendidikan: pendidikan berkarakter, pendidikan karakter. Tidak pernah jelas makna karakter sebagai watak, akhlak, tabiat, budi pekerti atau kepribadian. Tidak pula jelas perbedaan makna pendidikan berkarakter, dan pendidikan karakter. Ketakjelasan itu lebih kurang sama dengan makna Pendidikan Moral Pancasila, Civics, Kewarganegaraan, atau P4 di masa silam. Tidak ada upaya penyederhanaan makna biarpun tentu tidak bijak bila masalah disederhanakan. Ada kejumudan pemangku pendidikan (pejabat pemerintah di level atas) menyiasati dinamika anak-anak sehingga mereka merasa perlu merumuskan karakter itu untuk,

dengan slogan besar, kepentingan bangsa. Dengan demikian, sebentar lagi, bisa saja ada mata ajaran baru Pendidikan Karakter atau apapun namanya. Secara bersamaan dan pasti, setelah itu terbuka dan diselenggarakan pelatihan-pelatihan tentang Pendidikan Karakter itu. Dan dua Sekolah Menengah Atas di Kota Padang dijadikan pilot project (mengapa harus berbahasa Inggris?) untuk urusan karakter ini. Pada hemat saya persoalan terletak bukan di sana, bukan pada karakter itu. Sebagian besar andai bukan semua mata ajaran bukankah mengemban watak atau nilai atau kepribadian? Dulu ada mata ajaran Budi Pekerti. Dari dulu sampai sekarang ada mata ajaran Agama. Kini ada mata ajaran bermuatan lokal, sebutlah, untuk Sumatera Barat, dengan nama Budaya Alam Minangkabau. Mungkin saja ada mata ajaran Budaya Bugis, Budaya Bali, Budaya Mandar, Budaya Batak, Budaya Papua. Semua berupa pendidikan formal. Itu berarti belum dimasukkan pendidikan tidak resmi yang juga berlangsung di masing-masing etnik. Juga tak kalah penting adalah mengurangi kalau belum menghabiskan kelakuan sebagian elit politik yang tiap saat memberikan contoh-teladan yang tak baik untuk anak-anak Indonesia. Persis, persoalan terletak di sini. Mungkinkah tidak ada lagi Gayus yang lain, Nazaruddin yang lain, Nunun yang lain di Indonesia? Mengapa di Sumatera Barat terjadi Ketua MUI menjadi terpidana? Mengapa ada anggota dan sekretaris DPRD gugat-menggugat dan salah-menyalahkan di meja hijau? Dan, ternyata, tidakkah beberapa kasus itu diserap dan, setidaknya “dipelajari” langsung oleh anak-anak di bumi perasada, di tanah air mereka sendiri, bukan dari Barat! Bukankah sesungguhnya di semua

rangkuman mata ajaran terdapat pendidikan karakter? Seorang guru yang memulai mata ajaran dengan basmalah, seorang murid yang menampakkan sikap hormat kepada guru (tidak usah cium tangan), seorang kepala sekolah yang secara kreatif mengujudkan sekolah yang dinamik dan produktif (seperti yang digagas Mohammad Sjafei), adalah beberapa hal yang terkait dengan karakter itu. Dan biarpun tidak semua, namun fenomena bahkan kenyataan demikian tersua, masih tersua, di sekolah-sekolah di nusantara. Bahwa masih ada keadaan bangunan sekolah yang sangat memrihatinkan, itu cerita lain. Jadi, melalui peneliti, antara lain, sahabat saya, sastrawati dan jurnalis andal, Sirikit Syah, dari Surabaya, yang hadir di forum, saya berpesan, agar upaya menciptakan mata ajaran baru, atau upaya untuk “membuat” pendidikan yang berkarakter, pendidikan karakter, dan yang sejenis itu, dihentikan. Ini akan jadi pekerjaan mubazir. Semubazir pendidikan dan penataran P4 dulu. Mengapa tidak guru-guru profesional di bidang muatan lokal dibanyakkan, ditingkatkan kemampuan mereka? Mengapa uang yang dialokasikan untuk program ini tidak digunakan untuk membangun atau membaikkan gedung-gedung sekolah yang rusak? Pada akhirnya saya menerima bocoran, ternyata program mendadak ini diadakan untuk menyesuaikan agenda (tahun anggaran). Biarpun peneliti mengaku tidak menerima honorarium (kecuali untuk biaya transportasi dan akomodasi), bukankah program ini menghamburkan uang negara? Berapa banyak peneliti dan peserta diskusi mendadak seperti ini di Indonesia pada akhir tahun? Berapa sesungguhnya uang negara difoya-foyakan? Ini baru dalam satu kementerian? (*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.