haluan 16 oktober 2011

Page 2

2 L A P O R A N U TA M A LELE ASAP DAN LELE MASIAK

Berjuang Menembus Supermarket Laporan Sutan Junir, Kasra Scorpi

PASAMAN Barat terus berpacu dengan waktu untuk kembangkan sebagai daerah penghasil lele asap terbesar di Provinsi Sumatera Barat. Kini, terbukti, nyaris setiap kecamatan, Pasaman Barat punya sentra-sentra lele asap. Tapi setra itu dipusatkan di empat kecamatan, yakni Kecamatan Sasak, Pasaman, Luhak Nanduo, dan Kinali. “Kita berkomitmen mengembangkan Pasaman Barat sebagai daerah penghasil lele asap maupun hidup dengan memperbanyak membina unit pembenihan rakyat (UPR) yang ada sekarang ini,” ujar Syafrialis, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Pasaman Barat Jumat pekan lalu. Sebenarnya, usaha perikanan itu sudah dilakoni masyarakat Pasaman Barat sejak lama, tapi belum intensif. Soal pemasaran, lele dikirim Pekanbaru, Padang, Bukittinggi, dan Medan. Harganya antara Rp50.000-Rp60.000 per kg untuk kualitas super. “Harga itu tergantung kualitas lele asap, tapi jarang di bawah lima puluh ribu rupiah per kilogram,” kata Syafrialis. Saat ini Pasaman Barat menargetkan akan menjadikan Kecamatan Talamau sebagai sentra perikanan air tawar di Pasaman Barat, baik jenis ikan emas, nila, maupun pembenihan lele. Sejak ditetapkannya Kabupaten Pasaman Barat sebagai sentra ikan di Sumatera Barat, berbagai macam terobosan terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan mengembangkan ikan lele di Pasaman Barat. Selama tahun 2008 ini, sudah 200 ribu benih lele disebar dan ditargetkan tahun 2010 nanti 500 ribu benih akan disebar di sentrasentra lele Pasaman Barat. “Selain itu, kita bertekad, Talamau itu seperti Rao-nya di Pasaman induk, yang terkenal dengan sentra perikanan di Sumatera Barat maupun luar Sumatera Barat. Kita akan bangun balai benih ikan di Tamalamu untuk mendukung program ini,” kata Baharuddin, Bupati Pasaman Barat kepada Haluan pekan lalu. Selain itu, juga dilakukan pembinaan terhadap 11 unit UPR yang tersebar di Pasaman Barat, empat di antaranya di Talamau. Pembenihan itu meliputi, jenis bibit ikan lele, emas, dan nila. Apalagi, imbuh Syafrialis, kondisi tersebut memungkinkan dengan ketersedian sumber air yang cukup memadai dengan memanfaatkan kolam serta sawah. Dia mengharapkan dua tahun ke depan sektor perikanan jadi mata pencarian utama masyarakat Talamau. “Usaha perikanan itu di Talamau memang telah dilakoni masyarakat sejak lama, jadi kita tinggal mengembangkan dan mendorong masyarakat untuk membudidayakan ikan air tawar,” timbal Syafrialis. Lele Masiak Produk kuliner khas Palembayan Agam adalah limbek masiak. Produk tersebut laku keras di pasarpasar tradisional di kecamatan tersebut dan sekitarnya. Harganyapun cukup bagus Rp100.000 lebih/kg. Limbek masiak yang juga disebut dengan limbek paleh itu dibuat dengan cara mengeringkan ikan limbek (lele) dengan asap hasil pembakaran kayu khusus untuk itu, bukan dijemur dengan panas matahari. “Pengeringan dengan asap itulah yang membuat rasanya khas, kalau dikeringkan dengan Matahari rasanya akan hambar, lagi pula limbek yang dikeringkan dengan asap akan bertahan lama dan tidak menimbulkan bau dalam tempat penyimpanan” tutur Mak Labay salah seorang warga pembuat limbek masiak di Nagari Sungai Pua Palembayan kepada Haluan Kamis pecan lalu. Kata Mak Labay, dalam rumah tangga warga Palembayan, limbek masiak merupakan stok yang sangat diperlukan karena limbek tersebut makanan bergizi dan enak juga mudah dibuat jadi kawan pemakan nasi. Kalau digoreng tidak menggunakan minyak dan cabai yang banyak. Selain digoreng limbek masiak dapat dibuat samba uok asam, yakni samba tradisi yang menggunakan kuah dari air nasi, cabai, asam. “Kalau makan gulai limbek asam durian tambah dengan jengkol muda waduh bagalintin pintin rasanya,” tukuk Mak Labay. Tapi yang menjadi masalah dalam memproduk limbek masiak adalah kesulitan mendapatklan limbek asli karena habitatnya baik sungai maupun rawa karena habitatnya banyak sudah tercemar. Kalau limbek masiak dibuat dengan lele dumbo yang kini banyak dibudidayakan kualitasnya jauh di bawah. Beda limbek masiak dari limbek asli dengan limbek masiak dari lele dumbo adalah limbek masiak asli warnanya kehitaman dan berminyak. Ukurannya relatif kecil dan dagingnya tidak mudah rontok, tapi kalau limbek masik yang dibuat dari lele dumbo warnanya agak memutih, berukuran lebih besar dan dagingnya mudah rontok. Namun karena produk limbek asli semakin langka, limbek masiah yang beredar di pasaran kebanyakan berasal dari lele dumbo. Di kecamatan Palembayan, limbek masiak banyak dibuat di Nagari Salareh Aia dan Sungai Pua. Sementara itu, menurut camat Palembayan, Aryati, kini sudah ada warga kecamatan Palembayan asal jorong Duku Nagari Ampek Koto yang tinggal di Padang membuat limbek masiak dengan teknologi modern untuk diekspor ke Malaysia. Namun untuk memproduk limbek masih yang menjadi masalah adalah bahan baku berupa ikan limbek karena belum masyarakat yang membudidayakannya dalam jumlah besar. Masalah lain adalah packing limbek masiak yang di jual di pasaran masih sederhana hanya dibungkus dengan daun karisiak atau plastik biasa. Ke depan, kata Camat, pengusaha limbek masiak Palembayan menginginkan produknya dijual di plaza atau supermarket. Namun untuk itu diperlukan peningikatan jumlah dan kualitas produksi serta teknologi packing modern. Usaha untuk meningkatkan jumlah produksi lele sebagai bahan baku limbek masiak kini sedang berlangsung dimana semakin banyak rumah tangga yang membuat kolam pemeliharaan lele.

Terbit Sejak 1948 Pendiri H. Kasoema

Penerbit: PT Haluan Sumbar Mandiri (Haluan Media Group). SIUPP No 014.SK.Menpen.SIUPP A.7 1985 tanggal 19 November 1985.

MINGGU, 16 OKTOBER 2011 M 18 DZULKAIDAH 1432 H

AGAM DAN PESISIR SELATAN

Jatuh Bangun Budi Daya Lele Laporan Miazuddin, Haridman Kambang

Pengembangan usaha budi daya lele lima tahun terakhir di Sumatera Barat punya tren meningkat. Pemasaran yang jelas, dan dukungan pemerintah, masyarakat kian tertarik mengembangkan ikan limbek atau kalang ini. Harganya pun stabil. Pesisir Selatan menargetkan 2012 satu juta ton produksi ikan budi daya. Agam terus berbenah bangun sentra-sentra lele. Lele, yang lebih dikenal di tengah masyarakat Agam dengan sebutan limbek, merupakan ikan asli daerah itu. Dulu, sebelum perusahaan besar membuka perkebunan kepala sawit di kawasan rawa dalam Kecamatan Ampek Nagari, Tanjung Mutiara, dan Palembayan, kawasan rawa dimaksud merupakan kolam limbek yang mampu menghidupi warga Palembayan, Ampek Nagari, dan Tanjung Mutiara. Mereka, para pencari limbek itu sampai berminggu-minggu di tengah hutan rawa, terutama di kirikanan Batang Masang. Untuk menangkap limbek. Mereka menggunakan alat tangkap yang disebut lukah. Lukah diberi umpan yang disenangi limbek, seperti ampas kelapa yang telah membusuk, daging buah durian, atau jenis lainnya. Hasil tangkapan disimpan dalam kaleng bekas minyak goreng berukuran cukup besar. Hasil tangkapan tersebut ditampung pedagang pengumpul untuk kemudian dijual di pasar-pasar di Agam dan sekitarnya. Limbek dijual dalam bentuk segar (hidup), dan ada pula yang dikeringkan dalam bentuk limbek salai. Namun, seiring dengan kemajuan zaman, rawa dikeringkan dalam proses pematangan lahan untuk perkebunan sawit. Kolam limbek pencari limbek pun musnah sudah. Para pencari limbek kehilangan mata pencaharian. Sebagian dari mereka ada yang menjadi buruh kebun, dan ada pula yang beralih profesi menjadi petani. Di Agam, anak nagari Kampuang Pinang, Kecamatan Lubuk Basung merupakan petani lele dumbo pertama. Mereka membuat kolam lele dumbo dengan menggunakan terpal (plastik). Kolam tersebut akhirnya dikenal sebagai kolam terpal. Pada tahap awal, keberhasilan [petani lele dumbo Kampuang Pinang cukup memuaskan. Mereka menjual lele dumbo dalam keadaan segar, dan lele kering. Anwar Adphil, yang akrab dipanggil Aciak Nuan, anak Nagari Kampuang Pinang mulai membudidayakan lele dumbo tahun 2007. Kala itu memang belum ada anak nagari lainnya di kawasan Agam belahan barat yang melakukan usaha serupa. Makanya, hasil panen laris manis di pasaran. Namun setelah lele dumbo dibudidayakan secara luas di

kawasan itu, pasaran semakin seret. Akhirnya, lele dumbo Kampuang Pinang kalah bersaing di pasar dengan produk anak nagari lain di daerah itu. “Kini tidak banyak lagi kolam lele dumbo di Kampuang Pinang yang produktif,” ujar Aciak Nuan, yang juga dikenal sebagai penggagas usaha budi daya lele dumbo di Kampuang Pinang, Kecamatan Lubuk Basung. Kondisi demikian diakui Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Agam, Nurhayati Kham, melalui Sekretaris DKP, Ermanto, menurutnya, kala itu penyebab melemahnya daya saing lele dumbo kering produk Kampuang Pinang, diduga karena kualitas produk mereka kurang bagus, dibandingkan produk anak nagari lainnya. “Teknik pengasapan sebenarnya sudah mereka kuasai, namun mereka melakukannya dengan tidak sabar. Sehingga kualitas dan warna lele kering produksi mereka kurang bagus,” ujarnya. Kini lele dumbo sudah banyak dibudidayakan petani ikan keramba jala apung (KJA), di perairan Danau Maninjau. Ternyata keberadaannya cukup membantu petani ikan, yang sedang dilanda musibah matinya ikan dalam KJA mereka. Kecamatan Lele Melihat antusias warga membudidayakan lele dumbo, pihak DKP Agam berupaya mencari terobosan. Kini sedang dilakukan penyebaran benih lele unggul asal Bogor,yang dikenal dengan sebutan “Lele Sangkuriang.” Lele sangkuriang memiliki beberapa keunggulan, dibandingkan lele dumbo. Keunggulan dimaksud antara lain, usia panen lebih pendek, rasa daging nyaris menyamai lele lokal, dan perawatannya tidak rumit. Kini ada 2 kelompok pembudidaya dan pembenihan ikan,yang dipercaya mampu mengembangkan dan melakukan pembenihan lele sangkuriang. Kedua kelompok itu adalah Karya Bersama, dan Fisabilillah. Kedua kelompok itu telah dibantu masing-masing 25 ekor induk lele sangkuriang. Lele induk juga masih tersedia di DKP Agam sebanyak 476 ekor. Sebelumnya sudah pula dibagikan kepada 12 kelompok Unit Pembenihan Rakyat sebanyak 250 ekor. Melihat ketekunan dan semangat warga Palembayan membudidayakan lele, dan berdasarkan

KASRA SCORPI

KOLAM LELE-Kolam lele dengan dengan menggunakan plastik terpal.

sejarah, bahwa kecamatan itu pernah menjadi penghasil lele terbesar di Agam, maka DKP Agam menetapkan Kecamatan Palembayan sebagai Kecamatan Lele. Maksudnya, kecamatan itu dijadikan sebagai pilot proyek pengembangan lele. Sebagai gambaran prospek usaha budidaya lele sangkuriang, menurut analisa usaha pihak DKP Agam, untuk setiap kolam berukuran 4 x 5 meter, dalam tempo 3 bulan mampu menghasilkan keuntungan bersih Rp2 juta. Itu bila lele dijual dalam keadaan segar. Namun bila dijual setelah diolah menjadi lele kering (lele asap) keuntungan akan lebih meningkat. Untuk kolam berukuran 4 x 5 meter, dibutuhkan 5.000 benih lele sangkuriang. Untuk pengadaan benih diperlukan dana Rp1 juta. Untuk biaya pakan sampai panen diperlukan dana Rp2 juta. Selama 3 bulan, lele sangkuriang sudah siap panen, ukuran ikan kala itu 7 ekor/kg. Hasil panen sekitar 400 sampai 450 kg, dengan nilai jual Rp11.000 sampai Rp12.000/kg dalam kondisi segar. Sedangkan harga pedagang eceran di pasar yang ada di kawasan Agam belahan barat mencapai Rp18.000/kg. Bila dijadikan lele kering, dalam 100 kg lele basah hasilnya hanya sekitar 35 kg. Nilai jual di tingkat petani Rp75.000/kg. Sedangkan di pasaran bisa mencapai Rp80.000 sampai Rp90.000/kg. Untuk 1 unit kolam berukuran 4 x 5 meter, mampu menghasilkan 400 sampai 450 kg. Bila dijual dalam keadaan segar hanya menghasilkan Rp4.400.000 sampai Rp4.950.000, dengan estimet harga Rp11.000/kg. Bila diolah menjadi lele asap, akan menghasilkan sekitar 120 kg sampai 135 kg. Dengan demikian akan menghasilkan sekitar Rp9 juta sampai Rp10.125.000/3 bulan. Dengan demikian akan lebih menghasilkan. Dengan demikian keuntungan sebelum dikeluarkan biaya pengasapan sekitar Rp6.000.000 sampai Rp7.125.000/3 bulan.

Sejuta Ton Lele Alifi M Noor (50), warga Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan tampak sedang sibuk di kolam pemijahan di samping rumahnya. Anak lele yang sebesar pangkal lidi itu sedang mendapatkan perawatan khusus darinya. Ia dipisahkan dari induknya dan selanjutnya diproyeksikan untuk dijual dan sebagiannya dibesarkannya sendiri menggunakan wadah terpal. Beternak lele merupakan pekerjaan sampingan namun sangat menggiurkan. “Seekor anak lele dumbo laku dijual Rp150 per ekor, kemudian yang besar untuk konsumsi dijual seharga Rp35 ribu setiap kilonya,” kata Alifi M Noor kepada Haluan Kamis pekan lalu. Terkait dengan pembudidayaan, Alifi menyebutkan tidaklah terlalu sulit. Lele tidak memerlukan cara perawatan yang rumit. Tidak harus menggali tanah atau membuat kolam dan tidak perlu membuat kolam dari beton, tapi cukup menggunakan terpal saja jika biaya dan lahan sempit. Tapi jika mau permanen bisa dengan menggali tanah atau membuat kolam dari beton. Dengan wadah terpal juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah berbiaya murah, praktis, mudah dibuat, dan mudah dipindahkan, proses memanen pun menjadi ringan. Kelemahannya terpal tidak tahan lama– terpal yang kualitasnya bagus bisa bertahan lebih dari 3 tahun, bila bocor menyulitkan dan rawan bocor dan robek. Untuk pemula, pilihan menggunakan terpal saya kira cukup tepat. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan saat ini menargetkan produksi ikan budi daya satu juta ton hingga tahun 2014, seiring dengan program pemerintah pusat. Khusus ikan air tawar, pemerintah mempersiapkan 180 hektare lahan yang tersebar diberbagai tempat. “Target ini disusun juga berdasarkan program yang dikeluarkan

Kementerian Kelautan RI dengan target produksi nasional yang mencapai 35 persen,” kata Kadis DKP Pessel, Edwil melalui Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pesisir Selatan, Zaitul Ikhlas baru baru ini Menurutnya, dalam mencapai target tersebut DKP Pessel mempersiapkan 180,82 hektare lokasi untuk budi daya di 10 kecamatan. Kenaikan produksi per tahunnya diperkirakan mencapai 40,33 persen. Saat ini Pessel telah mempersiapkan konsep peningkatan perikanan budi daya yang tertuang dalam SK Bupati nomor 523/271/ Kpts/BPT-PS/2010. Dalam SK itu disebutkan bahwa ikan kerapu diproduksi di kawasan Mandeh Pesisir Selatan seluas 55 hektare, Teluk Sungai Bungin 18 hektare dan Sungai Nipah 16 hektare, sisanya ikan air tawar, misalnya nila dan lele. Sementara selain kerapu juga dilakukan pembudidayaan terhadap ikan bandeng sebagai umpan ikan tuna di Pesisir Selatan. Sekarang, baru ada 20 tambak yang sudah terisi dari 51 petak tambak ikan bandeng umpan yang berlokasi di Carocok Anau Nagari Ampang Pulai Kecamatan Koto XI Tarusan dengan tingkat produksi baru mencapai 10 ribu ekor sekali panen. “Ikan budidaya air tawar dan payau yang dipacu produksinya adalah jenis nila dengan berbagai jenis, lele, gurame, patin,” kata Edwil Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pesisir Selatan. Jadi menurutnya, dengan demikian pemerintah memberikan dukungan dan dorongan kepada peternak ikan termasuk peternak lele. Produksi lele yang masih rendah di Pessel perlu ditingkatkan dengan mengajak peternak ikan berbudi daya lele.Pasar lele terbuka luas ke berbagai daerah. Jadi selain untuk kebutuhan daerah, maka pangsa pasar sangat menjanikan adalah Riau, Jambi dan wilayah sekitarnya. Pemerintah memang belum merancang pasar tersendiri, tapi peluang sangat besar.

Pasie Nan Tigo Akan Jadi Kampung Lele Laporan Andika Destika Khagen LELE—akrab disebut ikan kalang atau limbek di Sumatera Barat atau ikan maut di Gayo dan Aceh—tujuh tahun belakangan menyaingi popularitas ikan tuna dalam dunia usaha ataupun budi daya. Ikan yang hidup di air tawar ini, membuat banyak pebisnis ataupun petani meliriknya. Dalam catatan Ketua Asosiasi Pembudi Daya dan Pengusaha Catfish (APPC) Irwandi, ada seribu orang di Sumatera Barat yang membudidayakan lele, 250 orang di antaranya bergabung dalam APPC. Dibanding ikan tuna, lele belum lagi termasuk produk ekspor. Ikan tuna tiap tahun diekspor sekitar 699 ton. Namun, kata Irwandi, yang membuat ikan lele menjadi popular (setidaknya bagi petani lokal) karena kemudahan membudidaya yaitu di daratan. Malah pembudidayaan itu bisa dilakukan di halaman rumah. Makanya, tak jarang, usaha ikan lele dijadikan pemasukan alternatif. “Kita seperti diberkahi,” kata

Irwandi menyebut untuk memudahkan kemudahan lain ketika mendapatkan kredit di membudidayakan lele bank untuk pengemadalah tersedianya bangan. APPC, samcacing sutera, yang bungnya, salah satu hanya bisa didapatkan organisasi yang dibentuk di Padang. Cacing untuk mewujudkan sutera adalah salah tujuan tersebut. satu pakan (makanan) Saat ini, APPC telah lele. bekerja sama dengan Di Sumatera Barat, dua bank: Bank BNI 46 IRWANDI kata Irwandi, kebudan Bank Indonesia. tuhan akan lele 7-10 Oleh BNI, petani dan ton per hari. Angka ini dilihat pengusaha lele mendapatkan hanya dari penjualan di dalam kredit modal dengan bunga satu provinsi, karena menurut hanya 6 persen. Sementara Irwandi ada juga yang men- dengan Bank Indonesia telah jualnya ke luar provinsi Sumatera dilakukan kerja sama dalam peBarat. nyediaan pakan. Kebutuhan tersebut lebih “Ada yang sedang dalam banyak untuk makanan. Misal- tahap negosiasi, seperti Persatuan nya, untuk naged, pecel lele, dan Hotel dan Restoran Indonesia kebutuhan di pasar tradisional. (PHRI),” katanya. Menutur IrDibentuknya Asosiasi Pecel Lele wandi, beberapa pertemuan telah dua bulan yang lalu di Kota dilakukan bersama PHRI. Padang, lanjut Irwandi, satu Secara lebih rinci Irwandi pertanda lagi menggeliatnya menjelaskan, cluster lele merupakan program utama dalam usaha lele. Ekspor Lele kerja sama dengan Bank IndoMenjadikan lele sebagai se- nesia. Petani dibina mulai dari buah usaha, kata Irwandi, petani pembenihan, pembesaran, peatau pengusahanya perlu dibuat nyediaan pakan, dan penjualan di sebuah struktur. Ini berguna dalam satu pintu.

“Keuntungannya, pasarnya lebih jelas. Tidak ada lele yang tidak akan terjual,” ujar tamatan Universitas Bung Hatta pada 1999 ini. Sementara dengan Bank BNI 46, telah disalurkan dana sebanyak Rp1,3 miliar untuk petani. Cara ini, kata Irwandi, untuk mencapai target ekspor lele. Saat ini, sambungnya, ekspor lele tertinggi masih dipegang Vietnam. “Kita bisa menyaingi bila pemerintah membukakan akses,” tuturnya. Kira-kira bulan Desember, diterangkannya lagi, Pasie Nan Tigo akan dijadikan “Kampung Lele”, sebuah terobosan untuk memasyarakatkan lele dan meningkatkan produksinya sehingga target ekspor bisa dicapai. Pakan, sebuah Kendala Pakan merupakan kendala utama petani lele di Sumatera Barat. Menurut Irwandi, tidak adanya pengusaha yang berani menjual pakan, menyebabkan petani harus mendapatkannya lebih jauh, salah satunya mesti dipesan dari Medan, Sumatera Utara. Menurut pemilik CV Family Pisces ini, harga pakan dari Me-

dan Rp8 ribu per kilo, sementara harga jual bersifat fluktuatif, berkisar antara Rp10-13 ribu. “Bila musim banjir, harganya jatuh,” kata Irwandi. Kata ‘banjir’ dimaksudkan bahwa semua petani lele pada saat yang sama melakukan panen. Kondisi demikian membuat pasar menjadi sempit, sehingga harga jatuh. Menurut Irwandi, harga Rp10 ribu petani lele tidak banyak meraih keuntungan. Normalnya harga lele dengan harga pakan Rp8 ribu adalah Rp13 ribu. “Ada biaya produksi yang harus ditanggung,” katanya. Lele membutuhkan waktu pembudidayaan selama 2,5 bulan-3 bulan. Ia hidup di antara suhu 28-32 derajat celcius. Ini berlaku sama untuk jenis lele dumbo, sangkuriang, dan paiton. Padahal, untuk bersaing dengan harga luar negeri, sambung Irwandi, harus memiliki pakan sendiri. “80 persen biaya operasional dari pakan,” katanya lagi. Bila Sumatera Barat memiliki pakan sendiri, Sumatera Barat bisa bersaing dengan luar negeri.

Pemimpin Umum: H. Basrizal Koto, Konsultan Pengembangan Media: H. Hasril Chaniago, Pemimpin Redaksi: Zul Effendi, Pemimpin Perusahaan: Irfan Jasri, Wakil Pemimpin Redaksi: Eko Yanche Edrie, Redaktur Pelaksana: Ismet Fanany MD, Nasrul Azwar, Sekretaris Redaksi: Silvia Oktarice, Koordinator Liputan: Aci Indrawadi, Koordinator Liputan Daerah: Syamsu Rizal, Asisten Koordinator Liputan: Rudi Antono, Redaktur: Afrianita, Atviarni, Dodi Nurja, Nova Anggraini, Perdana Putra, Rahmatul Akbar, Reporter Padang: Gusni Yenti Putri, David Ramadian, Gustedria, Haswandi, Andika Destika Khagen, Ade Budi Kurniati, Suswinda Ningsih, Mice Angelasari, Devi Diani, Defil, Nasrizal Koresponden: Syamsuardi S, Jon Indra, Ridwan (Bukittinggi), Dedi Salim, Trisnaldi (Pariaman/Padang Pariaman), Ilham Yusardi, Zulkifli, Syafril Nita, Sri Mulyati, M Siebert (Payakumbuh/Limapuluh Kota), Atos Indria, Ahdi Susanto, Welina (Pasaman), Miazuddin, Kasra Scorpi (Agam), Iwan DN, Darwin Danin, Maison (Padang Panjang), Yuldaveri, Emrizal, Aldoys (Tanah Datar), M. Junir, Gusmizar (Pasaman Barat), Sabrul Bayang, M. Joni, Haridman (Pesisir Selatan), Syamsuardi Hasan, Riswan Jaya, Alfian, Almito, Marnus Chaniago (Kabupaten Solok/Kota Solok), Icol Dianto (Solok Selatan), Alamsyah Halim, Fadilla Jusman (Sawahlunto), Azneldi (Sijunjung), Ferry Maulana (Dharmasraya), Biro Jakarta: Syafruddin Al (Koordinator), Syafril Amir, Jamalis Jamin, Surya, Biro Riau: M. Moralis Biro Kepri: Yon Erizon Tim Kerja Usaha: Isbadri Bakri (Koordinator Sirkulasi), Nofriza Zaniyar, Alfarino Ikhsan (Koordinator Promosi), koordinator Iklan : Yunasbi, Tata Letak/Desain: Andri Idra (Koordinator), Syafrizal, Nurfandri, Rahmad Doni, Rahmi, David Fernanda, HRD : Desmasari, Umum : Nurmi Jamal, Keuangan : Bedhendri, Kasir : Desy, TI : Teguh, Pra Cetak : Sawal Marjuni.HRP,(Koordinator) Mai Hendri, Syamsul Hidayat, Cetak : Mardianto (Koordinator), Elvin Devino, Afandi, Rudi Kurniawan, Prasetyo, Jecky Jekcson. Alamat Redaksi/Bisnis: Komplek Bandara Tabing, Jl Hamka Padang. Telp. (0751)4488700, 4488701, 4488702, 4488703, Fax (0751) 4488704 Email: redaksi_haluan@yahoo.com, website: http/harianhaluan.com, Kantor Jakarta: Graha Basko, Jln. Kebun Kacang XXIX No.2A Jakarta Pusat 10240. Telp. (021) 3161472, 3161056 Fax. (021) 3915790, Harga Langganan/iklan: Harga langganan bulanan dalam kota Padang Rp57.000, Harga eceran Rp2.500,- Tarif iklan: FC: Rp25.000/mm kolom, Produk BW: Rp 10.000/mmkolom, Spot Colour: Rp20.000/mmkolom, Display: Rp 10.000/mmkolom, Sosial BW: Rp 8.000/mmkolom, Sosial FC: Rp 15.000/mmkolom, Iklan Mini(Max 1kolom X50mm) Rp 100.000/1 kali muat, Iklan Baris: Rp 10.000/baris Bank: BRI Cabang Padang Rek No: 0058-01-001430-30-8, Bank Nagari Cabang Utama Padang Rek No: 1008.0103.00009.1 PT Haluan Sumbar Mandiri Dicetak oleh Unit Percetakan PT Haluan Sumbar Mandiri Padang. Klik http://www.harianhaluan.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.