Harian Borneo Tribune 30 April 2013

Page 2

Kayong Utara

Selasa, 30 April 2013

Borneo T Tribune

2

Pengusaha Kopra Keluhkan Harga Jual Rendah Dambakan Industri Hilir Abdul Khoir Borneo Tribune, Sukadana Juan (45) pengepul kopra yang juga mantan petani kelapa di Desa Pulau Kumbang, Kecamatan Simpang Hilir sangat mendambakan adanya industri hilir

didaerahnya. Betapa tidak. Dari ratusan ton kopra setiap bulan harus ke luar KKU. Mulai ke Pontianak maupun ke daerah lain. Termasuk di jual ke Surabaya hanya lantaran mencari harga yang sesuai dengan jerih payah para petani kelapa untuk

menimang rupiah. Juan adalah satu dari puluhan pengepul kopra di KKU hingga saat ini masih kesulitan menjual kopra miliknya untuk diolah menjadi minyak goreng dan produk turunannya. “Kalau saja ada industri minyak di sini, maka para

petani akan lebih merasakan manfaatnya,” kata Juan, disela kesibukannya menjemur kopra di Pulau Kumbang. Dalam seminggu, dirinya bisa mengirim ke Pontianak 40 - 50 ton kopra siap olah dan 10 - 15 ton arang kelapa hasil pembakaran. Jumlah sedemikian besar itu bila dikalkulasikan dengan para pengepul lain-

nya, merupakan angka yang terbilang besar. Sehingga bisa dijadikan sebuah alasan bagi pengusaha atau pihak swasta untuk membangun pabrik minyak goreng di KKU. Harga kopra siap olah yang dihasilkannya saat ini dijual dengan harga Rp 3.600 per kilo dan arang Rp1.500 per kilo. Kadis Perindakop dan

UKM KKU, A. Azahari mengatakan sampai saat ini KKU belum memiliki industri hilir terkait besarnya produksi kopra. Namun sebelumnya industri serupa pernah dibangun semasa daerah ini masih bergabubung dengan Kabupaten Ketapang. “Dulu pernah ada semasa Kabupaten Ketapang, karena penempatan tidak di

pusat produksi dan saat itu masyarakat belum maksimal mengusahakan kopra, sehingga usaha ini boleh dibilang gagal,” kata Azahari, belum lama ini. Meski begitu, pihaknya terus mengupayakan untuk menarik investor ke KKU, terutama industri minyak kelapa. Karena KKU sangat potensial dibangun industri minyak goreng.

Bupati: Ciptakan Kebersamaan Pendaftaran Anggota KPU Diundur Warga Trans dan Non Trans Tim Sel Baru Terima Dua Pelamar

Abdul Khoir Borneo Tribune, Sukadana

Bupati Kayong Utara, Hildi Hamid secara tegas mengatakan kesan warga transmigrans dan non transmigran harus segera

T

dikikis. Tujuannya untuk menghapus perbedaan antar sesama warga. “Sejak pertama masuk warga transmigrans sudah resmi menjadi warga Kayong Utara dan sejak itu pula melekat kesamaan hak dan tanggung jawab sebagai war-

AJUK

Kita Tak Ingin Aparat Terkena Syndrome Kencing Manis Hampir tiap pekan kita membaca berita tentang adanya penangkapan gula yang dilakukan oleh aparat keamanan. Polisi menangkap gula. Tentara juga menangkap gula. Penangkapan kadang di lakukan di Pontianak, di Ambawang, kadang juga di Sanggau. Kononnya penangkapan gula dilakukan karena gula tersebut illegal. Tidak ada dokumen. Tetapi, kemudian, ironisnya, meskipun sering kali penangkapan dilakukan, proses hukum terhadap pemilik gula sering kali tidak terdengar. Apakah salah mereka sebenarnya tidak cukup jelas dalam proses di persidangan. Kita masih mengingat seorang Yulius Ahok uang terkait kasus gula illegal, divonis bebas oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Sanggau, 26 Juni 2012. Masyarakat sering kali merasa agak janggal ketika mereka mendengar bahwa polisi hanya menangkap orang yang membawa gula dari wilayah perbatasan ke wilayah perkotaan di Kalbar. Mereka dianggap melanggar aturan. Sedangkan uniknya, para pemasok yang membawa gula melalui perbatasan seperti tidak tersentuh. Menurut logika awam, jika gula Malasyia adalah barang terkawal mengapa kawalannya justru berlaku di dalam wilayah Negara ini dan bukannya di tapal batas. Apakah jalan-jalan pelintasan gula begitu samar sehingga jejaknya tak bisa ditemukan? Atau, apakah ada sesuatu yang menyebabkan aroma manis tak bisa diendus oleh aparat, sehingga aparat hanya mampu mengecap dan merasakan manisnya saja? Apakah para penjaga batas sudah mabuk kepayang pada manisnya butiran gula sehingga mereka tidak awas lagi ketika pelintas membawanya. Kita berharap hal-hal seperti ini tidak terus dibiarkan terjadi. Jika gula Malaysia yang masuk sudah dianggap barang legal, maka semestinya tidak pada tempatnya bagi siapapun untuk menganggapnya sebagai barang illegal. Kita tidak ingin mendengar sass us ada ‘lengketan manis’ di balik karungkarung gula, yang membuat aparat mencari cara untuk mengecapnya. Kita tidak ingin wibawa aparat menjadi borok seperti boroknya daging-daging penikmat gula yang berlebihan. Kita tidak ingin mendengar ada aparat yang terkenal syndrome kecing manis. Di sisi lain, jika gula Malaysia lebih baik, murah dan diminati, mengapa tidak dicarikan cara agar kebaikan, kemurahan dan kenikmatan itu menjadi milik rakyat Kalbar, sedangkan keuntungan pasokan bisa dinikmati oleh Negara ini.

S

ENGET

Informasi baru dari Jeruju Besar Kakap, bibit dirampas, Gapoktan dipaksa melapor Bagaimana kalau orang yang maksa-maksa itu dilaporkan ke polisi? Bang Tribune

Idealisme, Keberagaman dan Kebersamaan

ga lain yang lebih dahulu bermukim,” kata Hildi Hamid, beberapa waktu lalu. Bupati berpendapat, jika masih dikembangkan penyebutan nama warga di Kayong Utara dengan pendatang secara emosional masih terdapat rasa pembedaan antara warga pendatang dan warga asli, yang sejatinya hal tersebut sudah tidak perlu dibedakan. Warga transmigrasi yang telah matang dengan pembekalan sebelum diberangkatkan serta pengetahuan yang lebih di bidang pertanian didaerah asalnya perlu ditularkan kepada masyarakat yang ada didaerah tempat mereka berada sekarang. Begitu juga dnegan warga asli harus dapat menerima serta membuka diri untuk saling memberi dan menerima halhal positif untuk kemajuan daerahnya. “Saling bertukar pengalaman dan pengetahuan akan semakin mempercepat proses pembauran dan pembangunan di daerah ini,” katanya. Dengan adanya pembauran dan tidak adanya lagi pembedaan, maka kedepan masyarakat akan semakin kompak untuk membangun daerahnya dan secara tidak langsung mempercepat perputaran roda perekonomian di daerah tersebut.

Abdul Khoir Borneo Tribune, Sukadana Ketua tim seleksi (timsel) anggota KPU KKU, Najril Hijar menyebutkan hingga 29 April pihaknya baru menerima 2 berkas pendaftaran dari masyarakat. Yakni milik Ujil Damsiki dan Muhtarudin. Dari dua nama yang mendaftar, belum memenuhi jumlah calon pendaftar sehingga masa pendaftaran terpaksa diperpanjang.

“Baru dua yang menyerahkan formulir pendaftaran, namun yang mengambi berkas sudah dua puluh sembilan orang,” kata Najril Hijar, Senin (29/4). Dikatakannya beberapa hal yang mendasari belum banyaknya pendaftar ke KPU dikarenakan kurangnya waktu pendaftaran, dimana waktu pendaftaran yang sebelumnya diumumkan yakni 25 - 29 April merupakan hari yang pendek dan terbentur dengan hari libur kerja.

“Ada berkas yang harus dilampirkan dari kejaksaan, namun selain jarak antara KKU Ketapang cukup jauh, ditambah sempitnya waktu membuat beberapa calon pendaftar kerepotan dan terkendala,” katanya. Namun demikian, adanya surat edaran dari KPU Provinsi terkait seleksi anggota KPU yang dilayangkan pada 26 April dimana surat bernomor 96/Sesprov-019/IV/ 2013 yang ditujukan kepada timsel seluruh kabuaten kota untuk memperpanjang tang-

gal pendaftaran dari 29 April menjadi 1 Mei.“Kita sudah rapatkan dan siap membuka pendaftaran hingga tanggal itu,” lanjutnya. Dengan diperpanjangnya tanggal pendaftaran tersebut, otomatis akan merubah beberapa poin agenda seleksi. Dimana pada 7 Mei mendatang akan diumumkan hasil seleksi administrasi dan disusul dengan ujian tertulis pada 11 Mei bagi mereka yang lulus pada seleksi administarsi.Selanjutnya akan disusul tes kesehatan dan psikotes bagi para pendaftar yang masih dinyatakan lolos dalam setiap tesnya. Para penambang batu di Desa Pulau Kumbang tampak tekun memecah bongkahan batu menjadi ukuran yang lebih kecil seiring banyakya proyek pembangunan di KKU, maka penghasilan merekapun semakin tinggi sejalan meningkatnya kebutuhan bahan bangunan. FOTO: Abdul Khoir/ Borneo Tribune

Opini

Pedesaan Sangat Membutuhkan Pendidikan Oleh: Saryadi Pentingnya pendidikan pada zaman sekarang menuntut manusia untuk mendapatkan pendidikan setingi- tingginya untuk bisa menguasai dunia. Di Kota-kota besar banyak orang berlomba-lomba untuk mengejar pendidikan, karena orang di perkotaan tidak kekurangan informasi dan motifasi dari berita-berita dan lingkungannya juga menuntut dan mendukung untuk menjadi manusia yang berguna. Di kota juga tersedia SD,SMP,SMA sangat canggih fasilitas di sekolah untuk mendukung kegiatan belajar, guru-gurunya berkualitas dan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengajar. Semua itu menjadikan sekolah-sekolah di kota berkualitas dan menghasilkan siswa yang berkualitas. Tetapi dibandingkan pendidikan di kota dan di desa membuat kita prihatin. Pendidikan pedesaan banyak kekurangannya, baik dari segi kualitas peralatan sekolahnya maupun guru-

nya. Desa yang jauh dari kota sulit untuk mendapatkan pendidikan yang baik karena banyak sebab dan faktor-faktor. Faktor utamanya adalah perlengkapan di dalam sekolah, faktor guru, faktor murid dan lingkungannya tidak mendukung untuk menjadikan sekolah menjadi sekolah yang baik. Desa juga tidak memiliki Listrik Negara, dan tidak mempunyai jaringan Telkomunikasi dan pula jalan yang rusak dan sebagiannya hanya tanah. Keadaan ini sering kali juga menyebabkan guruguru yang berasal dari kota tidak mampu dan tidak mau untuk menjadi guru di pedesaan. Hanya guru yang berasal dari kampung saja yang mau mendidik di desanya. Selebihnya, guruguru honorer yang hanya tamat SMA. Masalah di Pedesaan Dari itu, di daerah pelosok masih banyak orang yang membutuhkan uluran tanganan untuk dididik. Mereka memerlukan bantuan dan semangat untuk

mencapai pendidikan wajib 9 tahun. Kebanyakan anak-anak di pedesaan hanya tamat sekolah hanya sampai jenjang SD dan tidak tamat SD, dan hanya seberapa yang masuk SMP atau melanjutkan SMA. Anak yang hanya tamat SD dan tidak tamat sama sekali itu karena faktor dari orang tua yang tidak memperhatikan dan memikirkan dan juga menyepelekan pendidikan anaknya. Itulah yang dialami kebanyakan orang tua di daerah pedesaan, padahal masa depan anak itu lebih penting untuk memajukan generasi seterusnya dan untuk memajukan pedesaan dirinya sendiri. Apakah di pedesaan harus seperti itu, apakah karena mereka di pedesaan dan orang desa jadi tidak mau meningkatkan pendidikan di desanya, mungkin itu alasan yang tidak logis untuk dijadikan alasan orang kampung banyak orang tua yang tidak mementingkan pendidikan anaknya. Contohnya di SD kampung saya, SD 09 BAHTA. Sepertinya banyak anak

yang berhenti tidak mau sekolah. Kalau sekolah pun hanya bergurau-gurau tidak serius, hanya menghindar dari rumah untuk ketemu dengan kawan-kawannya di sekolah. Mereka kurang motivasi dari orangtua atau guru di sekolah untuk menyemangat mereka, sehingga mereka melalaikan tugas utama mereka sebagai anak yang membutuhkan pendidikan. Dan orang tua pun tidak melarang anaknya untuk berhenti, dan ada pula orangtua yang tidak peduli dengan pendidikan anaknya padahal masih SD. Karena kelalaian orang tua mengajak anak-anaknya bekerja mencari uang, menoreh karet atau sawit. Setelah orang tua mendapatkan duit lalu orang tua anak memberikan uang kepada anaknya karena mengikutinya bekerja. Akhirnya seorang anak mengenal uang dari bekerja dan mereka merasakan senangnya mendapatkan uang. Pernah saya mendengar obrolan seorang anak saat ditanya seseorang. “Kenapa

kamu tidak sekolah Nak? Apakah kamu sudah berhenti sekolah? Lalu si anak sangat lantangnya mengeluarkan kata, “Saya ingin mengikuti orang tua bekerja mencari duit. Apa gunanya sekolah hanya menghabiskan waktu untuk mencari uang, sudah banyak orang pintar dan sekolah pun tidak mendatangkan duit”. Sungguh malangnya anak seperti itu. Itu tangapan anak-anak yang masih SD tersebut, karena faktor dari orang tua pula yang mengajarkan anakanaknya seperti itu. Karena kelalaian orangtua dengan pendidikan anak yang tidak menyadarkan anaknya mendidik anaknya menjadi orang yang benar. Karena orang tuanya kurang informasi dari luar tidak berfikir panjang kepada anaknya dan fikirannya masih keterbelakangan. Dia tidak memikirkan masa depan anaknya nanti seperti apa. Seperti itulah orang di pelosok-plosok kampung yang memiliki keterbelakangan cara berpikirnya.

Penerbit: PT. Borneo Tribune Press. Direktur Utama: W Suwito, SH, MH. Asisten Direksi: Khairoedin Pasaribu. Penasehat Hukum: A. Ambo Mangan, SH, MH, Martinus Ekok, SH, MH. Pemimpin Umum: Sisa Primashinta. Senior Editor: H. Nur Iskandar, SP, Tanto Yakobus, Alexander Mering. Wakil Pemimpin Redaksi: Budi Rahman. Redaktur: Andry, Agus Wahyuni, Aulia Marti, Hairul Mikrad, Yusriadi, Hawad Sriyanto. Reporter: Abdul Khoir, Andika Lay, Yulan Mirza, Achmad Mundzirin, Achmad Munandar, Ubay. Biro Mempawah: Johan Wahyudi, Jl. Pendidikan Gg. Suka Mulya No.10 (085654587038). Sambas: Amrul Ambiya (Kontributor/Pemasaran), Jl. Suka Mantri (085245527602). Biro Bengkayang: Mujidi, Jl. Pahlawan No. 10, Kelurahan Bumi Emas Bengkayang (085245247955). www.borneo-tribune.net Landak: Yohanes Ngalai/Pemasaran, Jl. Barage Gg. Pak Kasih No. 51 Ngabang (085822062880). Biro Sanggau: Ratnasari Jl. Agus Salim No.10 (085245904505) Pemasaran: Pangsius (081257056286). TERBIT SEJAK 19 MEI 2007 Biro Melawi: Eko Susilo (0812-56452946) Jl. M Saad, Gg. Kayan, Serundung- Nanga Pinoh. Biro Sekadau: Bagus Kosminto, Jl. Irian No. 41 Sekadau Hilir (085245743683). Biro Sintang: Endang Kusmiyati (08524-5006757) Pemasaran: Sahri (085750296539), Saumin (Pemasaran) (085284291321) Jl. JC Oevang Oeray, Gg. Ahmad 2. Biro Kapuas Hulu: Jl. Kenanga, Ruko Pemda Blok B. 6 Putussibau Utara (08562569007). Ketapang: Jaidi Chandra (Kontributor), Jl. Gajah Mada No. 156 (081345450988). Fotografer: Ulla Asri Sekretaris Redaksi: Erika Sudiardjo Umum: Emiliana (Manajer), Fitriyana,. Wartawan, Kontributor, Intensive Programme dan Percetakan/Pracetak: Ukan Dinata. Staf Pracetak: Fahmi Ichwan, Syam Abubakar, M. Taufik,. Staf Percetakan: Andre, Nurhalis, Rustam. Marketing: Sisa Primashinta, Hesty Yosana, Aldi Freelancer Borneo Tribune dibekali identitas, surat Chairudin, Ardiansyah. Desain Iklan: Atika Ramadhani, M. Affandy,Ferry Ade Putra Sirkulasi: Dhani, Suprianto. Keuangan: Jumi Erlinasari, Tri Agustin, Kusnan, Husada, IT: Iwan Siswanto. Tarif tugas atau tanda pengenal (ID-Card) dan dalam meIklan: BW (black and white) Rp 6000/mm kolom, Full Colour hal 1 Rp 15.000/mm kolom, halaman dalam Rp 12.000/mm kolom. Alamat Kantor Bisnis dan Alamat Redaksi: Jalan Purnama Dalam No 2 laksanakan tugas jurnalistiknya tidak diperkenanPontianak Telpon 0561-767788 Fax 0561-766103. E-mail: borneotribune@yahoo.com kan menerima suap atau amplop

Borneo Tribune


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.