c. Citraan Perabaan Citraan perabaan atau citraan tactual adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indra peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang menyebabkan kita merasakan rasa nyeri, dingin, atau panas karena perubahan suhu udara. Berikut contoh citraan perabaan dalam puisi. Blues untuk Bonie ‌ sembari jari-jari galak di gitarnya mencakar dan mencakar menggaruki rasa gatal di sukmanya Karya W.S. Rendra Sumber: Horison Sastra Indonesia 1 : Kitab Puisi 2002
d. Citraan Penciuman Citraan penciuman atau pembauan disebut juga citraan olfactory. Dengan membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium bau sesuatu. Citraan atau pengimajian melalui indra penciuman ini akan memperkuat kesan dan makna sebuah puisi. Perhatikan kutipan puisi berikut yang menggunakan citraan penciuman. Pemandangan Senjakala Senja yang basah meredakan hutan terbakar Kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit kelabu tua Bau mesiu di udara, Bau mayat. Bau kotoran kuda. ‌ Karya W.S. Rendra Sumber: Horison Sastra Indonesia 1: Kitab Puisi 2002
e. Citraan Pencicipan atau Pencecapan
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 11.3 Buku puisi Ikan Terbang Tak Berkawan karya Warih Wisatsana
Citraan pencicipan disebut juga citraan gustatory, yakni citraan yang muncul dari puisi sehingga kita seakan-akan mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam, manis, atau pedas. Berikut contoh larik-larik puisi yang menimbulkan citraan pencicipan atau pencecapan. Pembicaraan Hari mekar dan bercahaya: yang ada hanya sorga. Neraka adalah rasa pahit di mulut waktu bangun pagi Karya Subagio Sastrowardojo
Informasi
201