kelas09_ips_ratna-thomas-sedono-seno-djoko

Page 48

Bab 1 - Perkembangan Negara-negara di Dunia

IV. Refleksi Coba pelajari kembali perlawanan rakyat selama masa pendudukan Jepang. Setelah itu, buatlah refleksi singkat mengenai perlawanan tersebut. Dalam refleksi tersebut, kamu misalnya menjawab pertanyaan reflektif, antara lain: mengapa perlawanan rakyat Indonesia bisa muncul, semangat apa yang mendorong atau membangkitkan perlawanan tersebut, apa kekurangan yang menyebabkan kegagalan dalam perlawanan, dan apa kelebihan perlawanan tersebut. Setelah itu, coba pikirkan, apa yang bisa Kamu tiru dari perlawanan tersebut? Apakah semangat semacam itu masih ada zaman sekarang atau sudah mulai memudar?

V. Unjuk Kerja Berikut ini disajikan sebuah artikel yang sangat menarik mengenai “Romusha”. Dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang, bacalah artikel tersebut kemudan diskusikan dengan memerhatikan pertanyaan panduan yang tersedia. Hasil diskusimu akan dipresentasikan di kelas. Ingat, temantemanmu akan menanggapinya. Selamat berdiskusi!

Romusha Sebagaimana yang anda ketahui, romusha berarti ˜pekerja paksa” di zaman penduduk Jepang (1942–1945). Ketika itu tentara Jepang yang membutuhkan ratusan ribu kuli untuk dipekerjakan dalam pembangunan kereta api di Birma sebagai tenaga pembantu tentara Dai Nippon di medan perang di Pasifik menghadapi tentara Sekutu, terutama Amerika. Untuk kepentingan ini tentara Dai Nippon menculik dan mengangkut secara paksa orang-orang itu dari desa-desa. Mereka dinamakan roomusha. Sebagian besar roomusha itu mati karena kelaparan, penyakit, dan sebagainya.

Black 37

Bukan saja laki-laki, melainkan juga perempuan dijadikan roomusha seks oleh tentara Jepang. Gadis-gadis di berbagai negeri seperti Korea, Filipina, Indonesia dijadikan Iugun Yanfu atau pelacur untuk memuaskan hawa nafsu seks perjurit dan perwira Jepang. Mereka juga disebut “comfort woman” alias perempuan penghibur. Diperkirakan ada sekitar 200.000 perempuan dari Asia telah dicempelungkan kedalam perbudakan seks oleh militer Jepang. Sehabis perang pihak pemerintah Jepang tidak mau mengakui perbuatannya tadi. Hal ini menimbulkan protes di berbagai negeri Asia.

Pada awal Maret 2007 PM Jepang Shinzo Abe memberikan keterangan bahwa tidak ada bukti militer Jepang telah memaksa perempuan menjadi roomusha seks selama perang dunia II. Kontan pada tanggal 10 Maret 2007 muncul reaksi dari tiga perempuan yang sudah nenek-nenek yang membeberkan pengalaman pahit mereka sebagai pekerja seks. Seorang perempuan Taiwan berusia 90 tahun, seorang dari Korea Selatan di Seoul berusia 78 tahun dan seorang Indo-Belanda berusia 84 tahun yang kini berdiam di Adelaide, Australia melancarkan protes depan gedung konsulat Jepang di Sydney. Wu Hsiumei (90) yang khusus terbang dari Taipai ke Sydney berkata, “Saya diambil dengan paksa oleh para perwira Jepang dan seorang dokter militer Jepang memaksa saya membuka pakaian untuk memeriksa saya sebelum saya dibawa pergi. Bagaimanakah PM Abe bisa berbohong kepada dunia seperti itu?” Saya tertarik kepada laporan wartawan Norimitsu Onishi yang menulis dari Sydney tentang kisah mantan roomusha perempuan itu, karena cerita ini sudah lama sekali diungkapkan di masa lampau. Telah terjadi penyangkalan oleh pemerintah Jepang, kemudian ada juga permintaan maaf, walaupun dengan setengah hati, selanjutnya kritik dari komunitas internasional terhadap sikap Jepang tadi yang berlagak seolah tak tahu sama sekali. Karena aksi protes dan tekanan semacam ini, Jepang bersedia membayar ganti kerugian kepada mantan Iugun Yanfu tadi, tapi hanya sekelompok kecil yang mau menerimanya, dan bagaikan api dalam sekam kemarahan, kejengkelan terhadap sikap Jepang tidak habishabisnya. Sampai saat ini, masih begitu. Kisah perempuan Indo-Belanda Jan Ruff Herne (84 tahun) yang kini berdiam di Adelaide mengenai pengalamannya di Jawa melukiskan tingkah laku militer Jepang. Ruff beserta keluarganya tinggal di Hindia Belanda ketika Jepang menyerbu Jawa tahun 1942. Dia dimasukkan ke dalam kamp interniran. Setelah dua tahun di sana para perwira Jepang pada suatu hari mengunjungi kamp itu. Mereka paksa gadis-gadis yang ada di sana berdiri dalam barisan, lalu memilih sepuluh orang diantara yang dinilai cukup cantik. Dalam rombongan itu terdapat Ruff, berusia 21 tahun. Pada malam pertama, kata Ruff, datang seorang perwira berpangkat tinggi untuk meng-

37


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.