kelas09_ips_ratna-thomas-sedono-seno-djoko

Page 284

Bab 7 Perubahan Pemerintahan dan Kerja sama Internasional

Peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara semakin berkurang karena hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab pihak tentara dan polisi. Bentuk-bentuk perubahan dalam berbagai bidang yang disebutkan di atas merupakan bukti bahwa globalisasi memiliki dampak yang luar biasa. Bentuk-bentuk perubahan itu merupakan tantangan bagi eksistensi jati diri Indonesia. Ada beragam kebudayaan yang membentuk bangsa Indonesia. Para pendiri bangsa merumuskan nilai-nilai dasar yang perlu untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu antara lain terumuskan dalam ideologi atau pandangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila, serta dalam UUD 1945. Kepribadian bangsa yang terungkap dalam Pancasila dan UUD 1945 antara lain sikap religius, toleran, saling menghormati, berkemanusiaan, berkeadilan,

mendahulukan musyawarah, semangat gotong royong, dan sebagainya. Seperti sudah diuraikan di atas, globalisasi bisa menjadi ancaman serius bagi keragaman budaya dunia. Aneka kebudayaan Indonesia merupakan salah satu yang turut terancam dalam arus deras globalisasi. Kekuatan kapitalisme global tidak hanya memaksakan masuknya produk-produk dunia Barat tetapi juga nilai-nilai hidup dan cara hidup. Sikap hidup yang ditawarkan oleh globalisasi kapitalisme seperti individualistis, hedonis, konsumeris, dan lain-lain bisa saja menjangkiti bangsa kita. Bila hal ini yang terjadi, lambat laun jati diri bangsa Indonesia akan luntur. Sebagai gantinya, kita ikut dalam homogenitas kebudayaan yang ditawarkan oleh globalisasi. Berikut ini ada sebuah teks tentang globalisasi. Bacalah teks tersebut dengan saksama!

Nasionalisme Politik dan Globalisasi Semangat antiglobalisasi sedang marak di berbagai negara. Bukan hanya di negara-negara berkembang yang kerap menjadi “ikon” ketertindasan ekonomi, tetapi juga di negara-negara maju. Bentuk yang sedang populer adalah penolakan terhadap masuknya investor asing sebagai pemilik perusahaan besar. Alasannya, perusahaan tersebut bersifat strategis sehingga beralihnya sebagian kepemilikan ke inves-tor asing akan mengancam kepentingan nasional. Pemerintah Perancis menghambat pengambilalihan perusahaan energi, Suez, oleh perusahaan energi Italia, Enel. Di Italia bank sen-tral berusaha menghalangi pembelian sebuah bank bernama Antonveneta oleh bank dari Belanda, ABN AMRO. Bagaimana posisi Indonesia dalam kecenderungan seperti itu? Apakah dampak globalisasi terhadap kesejahteraan masyarakat? Nasionalisme politik Semangat nasionalisme dan antiglobalisasi yang muncul sebenarnya serba semu. Kebijakan yang dibuat lebih merupakan “nasionalisme politik.” Tujuan utamanya, populisme untuk menarik simpati publik, bukan penyi-kapan terhadap kemudaratan globalisasi. Di Indonesia, politisi terkesan antipasar dan antiasing ketika tidak menjadi pembuat kebijakan. Sebaliknya, ketika menjabat, baik di lembaga eksekutif maupun legis-latif, mereka sangat kompromistis. Fakta menunjukkan beberapa tokoh politik pengkritik keberadaan investasi asing di Indonesia tidak melakukan apa pun ketika menduduki jabatan penting. Ada juga tokoh politik yang getol menentang privatisasi, tetapi sama getolnya memprivatisasi BUMN ketika terjadi pengambil kebijakan.

Black 273 Cyan

Isu-isu nasionalisme ampuh digunakan politisi dalam posisi berbeda. Pertama, sebagai pengambil kebijakan, isu ini dapat mengalihkan ketidakpuasan publik terhadap buruknya kinerja pemerintah. Kedua, sebagai oposisi, isu ini dapat menarik simpati publik sekaligus mendelegitimasi lawan politik. Newsweek edisi 20 Maret 2006 tepat menggambarkan hal ini. Manfaat globalisasi bersifat tidak tampak di mata orang kebanyakan. Sebaliknya, “ancaman asing” begitu terlihat nyata. Jika politisi ingin memimpin, mereka harus

menyampaikan hal yang menarik dan mudah dipahami pemilih. Indonesia memerlukan kebijakan yang tepat menghadapi globalisasi. Dasarnya adalah pemahaman keterkaitan globalisasi dengan kesejahteraan publik: apakah menguntungkan (better-off) atau merugikan (worse-off). Buka peluang pasar baru Secara umum, globalisasi mempengaruhi perekonomian lewat dua hal. Pertama, melalui perdagangan internasional dalam bentuk ekspor dan impor. Kedua, melalui arus modal dalam bentuk pinjaman dan investasi antarnegara. Ekspor membuka peluang pasar baru di luar negeri dengan harga yang relatif tinggi. Ini tidak hanya berlaku bagi pengusaha-pengusaha besar, tetapi juga pengusaha kecil di pedesaan. Terbukanya pasar ekspor tanaman hias di beberapa negara Asia Timur, misalnya, telah menumbuhkan perekonomian dan kesempatan kerja di daerah pedesaan di Cianjur dan Sukabumi. Haruskah pemerintah menghambat impor yang sering menyingkirkan industri dalam negeri? Fakta menunjukkan, negara yang mengembangkan industri strategis substitusi impor (orientasi dalam negeri) gagal membangun perekonomiannya. Berbeda dengan negara seperti Korea Selatan yang menerapkan strategi ekspor (orientasi pasar in-ternasional). Pemerintah juga harus melihat manfaat masuknya investasi asing untuk menutupi kekurangan modal pembangun-an sehingga tidak harus memperoleh pinjaman luar negeri da-lam jumlah besar. Tentu saja pelaku ekonomi akan “tunggang langgang” mengikuti dinamika ekonomi internasional. Sektor yang tadinya merupakan primadona bisa tiba-tiba tersingkir oleh produk impor. Namun, hanya dengan kompetisi perekono-mian yang kuat kita bisa tumbuh. Namun, pemerintah harus menyediakan mekanisme pengamanan bagi “si kalah”, pene-gakan hukum, dan grand design pembangunan ekonomi. Intinya, jangan mengambinghitamkan globalisasi dengan menggunakan jargon nasionalisme. Manfaatkanlah globalisasi secara obyektif sebagai kesempatan untuk mem-perbaiki kesejahteraan publik. (Dikutip dari artikel Tata Mustasya dalam harian Kompas, Selasa 9 Mei 2006)

273


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.