kelas07_ips_waluyo-suwardi-agung-tri

Page 75

Tanpa sadar orang tua sering menerapkan gaya komunikasi yang negatif ketika anak berbuat salah. Contoh, seorang ibu melarang anaknya melompat pagar. Namun, anak itu tetap melompat dan terjatuh. Ia menangis keras. Si ibu pun terperanjat karena kaki anaknya terluka. Ia menyalahkan, �Tuh, kan tadi sudah Mama kasih tahu. Enggak mau dengar sih!� Ibu juga kerap mengeluarkan bentuk kata lain yang memerintah, mengkritik, mencap, meremehkan, membandingkan, membohongi, mengancam, atau menyindir. Padahal jika perkataan yang bersifat celaan itu terus-menerus dilakukan, menurut Elly Risman, Psi., dampaknya bisa fatal. Di antaranya kepercayaan diri anak bisa hilang. Anak merasa dianiaya, ditolak, atau diabaikan. Ia menjadi tidak mempunyai harga diri, tertekan, emosi tidak tersalurkan, hingga akhirnya frustasi terhadap orang tua. Bahkan, beberapa kasus bisa berakibat fatal. Anak memutuskan menghabisi dirinya sendiri, seperti yang kini sering terjadi. Komunikasi yang negatif tadi juga memengaruhi perkembangan otaknya. Anak yang selalu dalam keadaan terancam sulit bisa berpikir panjang. Ia tidak bisa memecahkan masalah yang dihadapinya. Ini berkaitan dengan bagian otak yang bernama korteks, pusat logika. Bagian ini hanya bisa dijalankan kalau emosi anak dalam keadaan tenang. Apabila anak tertekan karena terus-menerus terperangkap dalam situasi yang kacau, penganiayaan dan pengabaian,

Setelah membaca wacana di atas, kerjakan soal-soal berikut! A. Pilihlah jawaban dengan tepat! 1. Karakter dan kepribadian anak pertama kali dibentuk oleh . . . . a. dirinya sendiri b. kedua orang tua c. lingkungan sekolah d. teman sepergaulan 2. Dari beberapa faktor pembentuk kepribadian anak berikut ini, yang paling sulit diubah adalah .... a. perilaku sehari-hari b. kebiasaan anak c. unsur genetika d. pengaruh teman 3. Kepribadian yang telah ditanamkan di dalam rumah bisa berubah menjadi negatif apabila terkena pengaruh . . . .

68

Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Kelas VII

input hanya sampai ke batang otak. Sikap yang timbul hanya berdasarkan insting tanpa dipertimbangkan lebih dahulu. Anak bisa berperilaku agresif, melukai diri atau bunuh diri. Perilaku ini dapat muncul tibatiba tanpa berpikir. Bisa juga karena anak putus asa terhadap situasi krisis yang memuncak. Bagaimanapun orang tua adalah panutan utama anak di rumah. Oleh karena itu, apa pun kondisi orang tua, misalnya sedang capek, letih lesu, sakit haruslah tetap berakhlak baik. Akan lebih baik jika sikap kita tersebut diiringi ucapan doa untuk keselamatan anak. Semoga hal ini bisa menggugurkan dosa-dosa orang tuanya. Sikap ini juga bisa menjadi contoh langsung kepada anak belajar mengendalikan emosi dan mengatasi masalah. Apalagi jika di rumah ayah memaafkan kekurangan ibu atau sebaliknya. Anak juga akan belajar memaafkan, lapang dada, memaklumi, dan mengutamakan pihak lain. Dengan demikian, akan terasa kehangatan dan terpelihara suasana yang hidup di dalam rumah. Anak akan berkembang dengan perasaan mulia, cinta, dan kasih sayang. Ia akan terjaga dari berpikir dan berperilaku buruk/merusak. Jika sebaliknya, orang tua bisa mematikan jiwa anak dan nilai spiritualnya. Makin dini dan dalam luka yang timbul pada jiwa anak, makin besar kerusakan yang timbul pada perkembangan jiwanya kelak. Dikutip secara bebas dari artikel Naning Widyastuti, www.pikiran-rakyat.com

a. b. c. d.

ibu ayah sekolah lingkungan

4. Pembelajaran tentang nilai dan norma sosial keagamaan untuk seorang anak bisa dilakukan sejak anak . . . . a. lahir b. sekolah c. bisa bermain d. berada di dalam kandungan 5. Agar anak memiliki kepribadian dan perilaku yang baik, saat anak berinteraksi seharusnya .... a. dibiarkan memilih teman sesuka hatinya b. dipisah dari lingkungan rumah agar mandiri c. dipilihkan lingkungan yang aman bagi dirinya d. dicarikan pengasuh yang bisa menggantikan orang tua


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.