Buletin Methoda Edisi 38

Page 1

METHODA METHODA

Buletin

EDISI 38 / OKTOBER 2009

Menggali Potensi Kritis Mahasiswa

Edisi 38 / Oktober 2009

Buletin Mahasiswa STAIN Cirebon

Jendela

Mahasiswa Tarbiyah Kekurangan Kelas

Seperti dikemukaan Redha Mahasiswa Matematika angkatan 2007, menurutnya “Ketidakpastian ruang kelas ini mengganggu proses perkuliahan”. Tidak hanya itu, Redha bersama teman sekelasnya pernah diusir oleh Mahasiswa Dakwah saat perkuliahan berlangsung. ... [Baca Hal 5]

Pengumuman hasil Tes Masuk LPM FatsOeN [Baca Hal 11]

Sebagian Mahasiswa Belum Kenal Hotspot

S

aat ditanya, beberapa Mahasiswa yang online di Area Kampus STAIN ternyata belum tahu apa itu hotspot. Yang mereka ketahui tentang hotspot adalah tempat berinternet gratis. Umumnya mereka menggunakan sarana hotspot ini untuk mencari bahan tugas kuliah. Namun banyak dari mereka mengaku sering menggunakan sarana hotspot ini untuk online di situs facebook. “FB (Facebook) mah cuma buat sampingan” ujar Tasriah, Mahasiswi Prodi TPBI angkatan 2008. Berbeda dengan Syamsul Ridwan, “Biasanya saya Hotspotan buat download lagu ma Facebook-an, Tugas mah nomer 5” ucapnya santai. [F.Taufik Hidayat.]

Kutipan____ “Demokrasi itu merupakan bentuk pemerintahan yang paling buruk, tetapi masalahnya adalah bentuk lainnya tidak lebih baik dari demokrasi”

-Winston Churchil

Foto : Reza NF Melanggar, sejumlah mahasiswa tidak menghiraukan himbauan batas suci

B

Dosen Pembimbing Tak Kunjung Datang

anyak dosen pembimbing PPL yang tidak pernah mengunjungi mahasiswa bimbingannya. Menurut mereka yang tidak pernah dikunjungi dosen pembimbing merasa bahwa dosen itu hanya sekedar menitipkan mahasiswa di sekolah yang menjadi tempat praktek mengajar. “Di sekolah yang saya tempati, dosen pembimbing tidak pernah menengok atau sekedar menitipkan ditempat saya PPL,” ungkap Ade yang dibenarkan Aat, Mahasiswi Prodi Tdris Bahasa Inggris. Sama halnya Apid, Mahasiswa Jurusan Syariah yang menuturkan, “Saat pemberangkatan PPL kami tidak diantar dosen

pembinbing, kami hanya membawa surat pengantar saja. Bahkan sampai dengan selesai pun dosen pembimbing tidak mengontrol.” Keluhan tersebut diungkap sebagian besar peserta praktek pengalaman lapangan STAIN Cirebon yang jumlah keseluruha mencapai 971 orang dari semua jurusan dan ditempatkan di Kabupaten dan Kota Cirebon. Masing-masing adalah di SMP dan SMA untuk Jurusan Tarbiyah. Bank, Koperasi, dan Pengadilan Agama untuk Jurusan Syariah, Jurusan Dakwah ditempatkan di Media Informasi (Penyiaran dan Surat Kabar). [Bersambung ke Hal. 10]


METHODA

EDISI 38 / OKTOBER 2009

______ .: DARI REDAKSI

Mahasiswa dan Ruh yang hilang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam Pers Mahasiswa… Syukur alhamdulillah kami ucapkan atas terbitnya Buletin Methoda edisi XXXVIII/ Oktober di bawah kepengurusan FatsOeN X. Solawat serta salam selalu teruntuk Nabi kita Muhammad SAW. Semoga keteguhannya selalu menjadi inspirasi di setiap penerbitan kami. Hingar bingar panggung politik Negara kita saat ini, ternyata tidak kalah penting dengan isu yang beredar di kampus kita – perubahan staus STAIN menjadi IAIN. Yang konon akan terrealisasi pasca pelantikan Presiden periode 2009-2014. Mengapa, sudah hampir lima tahun terakhir ini isu itu berkembang dan akhirnya bisa diperhitungkan keseriusannya sekarang. Satu yang disayangkan adalah minimnya kepekaan mahasiswa terhadap isu-isu besar seperti disebutkan di atas. Ini sungguh memprihatinkan, baik dari segi fungsi mahasiswa sebagai agent of control maupun sebagai civitas akademika yang berhak mendapatkan hak-hak intelektualitasnya. Percaya atau tidak, organisasi-organisasi intra maupun ekstra yang merupakan lumbung pergerakan mahasiswa akhir-akhir ini minim pergerakan, baik dalam dunia opini tulis menulis atau aksi-aksi kritis.

Nepangkeun...

SMS Pembaca Knp c DPM slaLu ksOng?? Krjax pA c Om? Kcian ma Mhsiswa Yg mO ngaSih aSpirasi!! 08522410xxxx Alhmdulillh.. kuliah stngh maen trus. Diusir krn bkan klas qt.. gmn neh STAIN??! 08522467xxxx Mas DPM, drpd MUBAZIR… 2 sekre mending dikontrakin z.. atw dbikin rental Pe eS lah… 0898800xxxx

STAIN Cirebon krg asri, smpah msh dmn2. Mn ktegasnx. 08522431xxxx Pa SATPAM. Tgasin mHsswA N dOseN yG paRkirnYa baNdel….!!! 08191412xxxx

Ini jelas kungkungan, dimana kebanyakan kawan-kawan mahasiswa kita lebih mementingkan hal lain yang menguntungkan secara personal dari pada secara komunitas – sebagai mahasiswa. Agaknya dari semua persoalan di atas, perlu diingatkan kembali mengenai fungsi mahasiswa sebagai agent of change, agent of control, dan agent of social. Hal ini penting karena jalannya demokrasi kurang lebih disebabkan sikap kristis dan skeptis mahasiswa terhadap kebijakan. Demikian kiranya obsesi kami bertindak sebagai Lembaga Pers Mahasiswa. Merubah opini berkenaan dengan eksistensi STAIN Cirebon minimal dari kawan-kawan mahasiswa demi suksesi yang representative terhadap kemajuan kualitas kampus kita. Lanjutkan perjuangan, kawan!

Kmpus smkin OK.. Mhsswa smkin bxk... Tp kmi gk kbgian kls!… 08567782xxxx

Redaksi METHODA menyediakan ruang khusus bagi para Pembaca untuk berinteraksi melalui pesan singkat (SMS) ke nomor :

085 233 862 391 Isi pesan bisa berupa kritik, saran, tanggapan, atau sekedar uneg-uneg mengenai segala permasalahan yang ada di sekitar kampus STAIN Cirebon. Jangan lupa cantumkan NAMA/PRODI/SEMESTER. Terima kasih (Redaksi) Kerabat Kerja Penanggung Jawab Aldie Ramdhani (PU LPM FatsOeN) Pemimpin Redaksi Eka Setiawan. Sekretaris Redaksi Try Lestari Redaktur Pelaksana M Umar Editor Maemunah, Subhan, Yuyun YK, . Reporter M. Syahri Romdhon, Chusnul, Vina R, Aulia urrahman, Qomaruzzaman, Nina A, Juju, Purikhatun, Laetun, M. Umar, Rendi M, Fitri H, Apip , Lina, Ida, Ika Y, Rima, A Hadi [non aktif] Fotografer Reza NF. Sirkulasi dan Iklan Indra Y, M Jariyah. Desain gtafis dan Layout Fihk Taufihk Hidayat.

DITERBITKAN OLEH LEMBAGA PERS MAHASISWA FATSOEN STAIN CIREBON

Redaksi METHODA menerima tulisan berupa Artikel/ Opini, Cerpen, Surat dari Pembaca. Kirimkan ke alamat Redaksi : Tepi Barat Graha Mahasiswa STAIN Cirebon Jl. Perjuangan By Pass Cirebon 45132. e-mail: lpm_ fats@yahoo.com.


METHODA

KAMPUSIANA

Tempat Wudhu Baru, Di Selatan Masjid

Belum rampung, tempat wudhu baru masih dalam proses pembangunan Foto : Indra

B

anyak yang mengeluhkan sarana dan prasarana Masjid STAIN Cirebon. Terutama kamar mandi dan tempat wudhu yang kurang nyaman, ditambah dengan pintu masuk dan keluar menuju tempat wudhu yang sama untuk laki-laki dan perempuan.

Susi mahasiswi PBI angkatan 2009 mengungkapkan “Saya dan teman-teman merasa tidak nyaman bersuci di masjid. Kadang airnya kurang, Belum lagi jalan menuju kamar mandi hanya satu pintu, pernah ia dan teman-teman batal dan harus berwudhu lagi karena bersentuhan

EDISI 38 / OKTOBER 2009

dengan lawan jenis”. Hal serupa diungkap Kasyful mahasiswa IPA-Biologi angkatan 2009, ia mengatakan “Tampak dari luar masjid Al-Jamiah memang bagus, tapi fasilitas yang ada seperti kamar mandi sangat kurang, seharusnya jalan menuju tempat wudhu itu disekat agar mahasiswa merasa nyaman atau membuat tempat wudhu baru” tandas Kasyful. Sementara itu pihak Dewean Kemakmuran Masjid (DKM) Fahmi mahasiswa KPI angkatan 2006, menyadari selalu kurang ketika memberikan fasilitas kepada jamaah, “Maka dari itu, sekarang kami sedang membangun tempat wudhu baru di selatan masjid, pembangunan ini adalah hibah langsung dari lembaga, dan diperkirakan akan berakhir pembangunannya jelang Idul Adha”. Masih menurut Fahmi, pihaknya belum ada bayangan apakah jamaah lelaki atau perempuan yang akan menempati tempat bersuci sebelah selatan masjid. Sepertinya lebih cepat lebih baik karena mahasiswa sudah mengantri. [Eka & Umar]

Daya Listrik Lab. Biologi Lemah

P

rogram Studi Tadris IPA Biologi membutuhkan tambahan daya listrik untuk melaksanakan kegiatan praktikum di Laboratorium IPA. Ida, Laboran IPA STAIN Cirebon mengungkapkan, pihaknya menginginkan lembaga untuk tidak hanya memfasilitasi peralatan laboratorium sementara tidak ditambah dengan daya listrik untuk menjalankan alat tersebut.

“Jangan hanya peralatannya saja yang tiap tahun dikasih. Peralatan yang membutuhkan listrik besar juga butuh daya tinggi. Karena jika daya-nya kecil, maka peralatannya jadi tidak terpakai,” tutur Ida, Jumat (23/10) kemarin. Ia mengharapkan pihak lembaga segera memberi tambahan daya listrik. “ Kalau alat-alat praktikum dipakai pun, maka

PPL II STAIN Cirebon Terancam Ditolak Sekolah

P

PL II (Praktek Pengalaman Lapangan II) STAIN Cirebon terancam tidak akan diterima lagi di SMP 16 Kota Cirebon. Ida mahsasiwa PBI yang PPL di SMP 16 menjelaskan bahwa salah satu staf pengajar di SMP memberikan teguran agar pihak STAIN khususnya dosen pembimbing untuk memperhatikan mahasiswa bimbingannya. Ida pun menceritakan bahwa, “Waktu saya mau ujian PPL, pihak sekolah meminta agar dosen pembimbingnya datang. Kalau tidak, mungkin tahun depan PPL STAIN Cirebon tidak akan diterima disini. Karena sudah dua tahun berturut-turut dosen pembimbingnya tidak pernah datang”. Setelah mendapat teguran ini, Ida langsung menghubungi dosen pembimb-

ing. Ternyata dosen pembimbing tidak bisa hadir, “Waktu itu saya bingung, karena dosen pembimbing tidak bisa hadir, katanya beliau ada kuliah. Akhirnya saya menghubungi Ketua Pusat Pengembangan Praktikum (P3), Alhamdulilah ada yang menggantikan,” tambahnya. Drs. Zuardi Bahar, SH, M.Pd, ketua P3 menjelaskan bahwa pihaknya sudah mendapatkan informasi tersebut. “Iya, sekolah itu birokrasinya ketat jadi waktu itu saya yang datang untuk menggantikan. Sebenarnya kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan PPL II ini. Selanjutnya dosen-dosen yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, tidak akan kami ikutsertakan di PPL tahun depan,” tegasnya. [Yuyun]

lampunya padam,” tambah Ida yang mengaku kejadian serupa baru saja terjadi beberapa waktu sebelum diwawancara. Sama halnya Agus, Mahasiswa TIPA Biologi angkatan 2008 berharap kondisi laboratorium di STAIN bisa lebih diperhatikan lagi. [Qomaruzzaman]


METHODA

KAMPUSIANA

EDISI 38 / OKTOBER 2009

Lalu lintas Kampus Butuh Sosialisasi

Lengang, pemilik kendaraan lebih memilih tempat teduh untuk parkir Foto : Reza NF

T

iap tahun jumlah kendaraan yang datang dan parkir di kampus STAIN Cirebon kian bertambah. Namun penggunanya belum semuanya tertib dan mematuhi aturan parkir. Terlihat dengan padat dan semrawutnya kendaran yang

parkir di area parkir kampus tiap harinya. Lalu lintas kampus mempunyai banyak aturan, salah satunya jalur masuk dan keluar yang sudah diberikan lajur tersendiri. Ini berbeda dengan tahun sebelumnya, biasanya kendaraan yang keluar-masuk STAIN

Cirebon hanya melewati satu jalur, yaitu pada pintu utama. Guse, salah satu petugas keamanan STAIN Cirebon mengatakan, “Sejak dibukanya jalur dua arah untuk kendaraan, pengguna kendaraan dapat masuk dan keluar kampus melalui jalan yang berbeda, tetapi seringkali banyak yang belum tahu dan tidak dipatuhi, meski sudah diberi rambu peringatan”. Sumarjo yang seprofesi dengan Guse mengatakan, “Pelanggaran itu bukan hanya dilakukan mahasiswa, namun dari kalangan dosen juga banyak yang melanggar. Tapi, sekarang sudah mulai rapih meski masih ada saja mahasiswa dan dosen yang belum”. Sosialisasi penertiban sudah dilakukan dilapangan. Namun, pemberian sanksi untuk mahasiswa dan dosen yang salah parkir sampai sekarang belum diberlakukan. mungkin nanti akan diberlakukan seperti diminta Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), teguran, dan kalaupun sampai tidak sama sekali mengikutinya maka akan bertindak lebih keras lagi. [Aulia, Umar & Nina]

Jaringan Hotspot STAIN Melambat

Sepi, spot yang biasanya ramai oleh pengguna hotspot terlihat sepi karena panasnya terik matahari. Foto : Reza NF

S

arana hotspot di Area Kampus STAIN Cirebon lamban. Hal ini dipacu oleh banyaknya dosen dan mahasiswa pengguna laptop yang mengakses situs internet di dalam jaringan hotspot atau disekitar area kampus STAIN dan tidak diimbangi dengan kapasitas Bandwith. Meskipun lambat, mereka tetap online di beberapa spot area hotspot karena gratis. Sarana teknologi yang dibangun sejak 18 Juni 1998 ini, awalnya hanya difungsikan untuk melayani administrasi

akademik, namun kini sudah dapat digunakan juga secara umum oleh seluruh warga STAIN Cirebon. Adib Purnama, Petugas Pengelola hotspot mengungkapkan, bertambahnya mahasiswa pengguna internet dapat mempengaruhi akses kerja internet yang kapasitasnya terbatas. “Kami sudah berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. September lalu kami memasang pemancar ke dua. Pertama ditempatkan di depan gedung rektorat. Kedua, di depan gedung PPTQ (Pusat Pengembangan Tila-

watil Quran)” katanya. Kembali Adib menjelaskan, area pertama meliputi wilayah timur kampus dan bagian barat untuk area kedua. Keluhan penggunaan hotspot area dialami Anjil, Mahasiswa Bahasa Arab yang mengatakan, ”Semakin hari akses internet semakin lamban.” Pihak lembaga sebagai penyedia sarana hotspot di kampus hendaknya lebih memperhatikan keamanan dalam hotspot. Karena security merupakan salah satu fitur paling penting saat menggunakan jaringan wireless. Sejauh pantauan Methoda yang berhasil dihimpun, semua jaringan hotspot di kampus STAIN tidak di lindungi dengan level-level security, semuanya unsecured dan automatic. Artinya semua orang bisa masuk dengan bebas ke jaringan walaupun orang tersebut bukan mahasiswa STAIN atau yang tidak berkepentingan,. Sehingga hal ini berbeda dengan yang di lakukan di beberapa kampus atau tempat lain yang mengharuskan menggunakan password agar bisa masuk ke jaringan. Penggunaan password ini dirasa bermanfaat untuk lebih menertibkan penggunaan layanan hotspot di kampus [F.Taufik Hidayat & M. Syahri R.]


METHODA

KAMPUSIANA

EDISI 38 / OKTOBER 2009

Mahasiswa Tarbiyah Kekurangan Kelas

Lesehan, mahasiswa yang tidak mendapat ruang kelas belajar seadanya di masjid Foto : Reza NF

K

ekurangan ruang kelas di kampus STAIN Cirebon membuat sebagian mahasiswa Tarbiyah mengeluh. Sering kali mereka harus pindah tempat saat perkuliahan berlangsung, karena kelas akan dipakai. Seperti yang dialami Mahasiswa Matematika angkatan 2007, mereka harus pindah kelas saat perkuliahan disalah satu kelas Jurusan Dakwah. Seperti dikemukaan Redha Mahasiswa Matematika angkatan 2007, menurutnya

“Ketidakpastian ruang kelas ini mengganggu proses perkuliahan”. Tidak hanya itu, Redha bersama teman sekelasnya pernah diusir oleh Mahasiswa Dakwah saat perkuliahan berlangsung. “Seharusnya ada konfirmasi dahulu antar jurusan, sehingga tidak bentrok” tutur Redha. Sementara Holis Mahasiswa Dakwah angkatan 2007, menuturkan bahwa “Kami berhak atas hak kami, karena itu ketika ruangan yang seharusnya kami tempati

digunakan jurusan lain, dengan terpaksa kami menegur,” tandasnya. Drs. Muzaki, M.Ag, Ketua Jurusan Dakwah menjelaskan bahwa pihaknya telah mengingatkan mengenai penggunan ruang Dakwah. “Sebenarnya boleh saja selain mahasiswa Dakwah memakai gedung kami, asal jangan dari jam 07.30 sampai 12.30, dan jika tidak diindahkani kami berhak menegur untuk pindah kelas” ungkapnya. Rupanya permasalahan bentrok ini tidak saja terjadi dengan Jurusan Dakwah. Mahasiswa Tarbiyah kerap kali diminta pindah kelas saat perkuliahan berlangsung disalah satu ruangan Jurusan Ushuludin dan Adab. Subhan, mahasiswa SPI angkatan 2008 menuturkan bahwa “Ruang kuliah kami biasa dipakai oleh Mahasiswa Tarbiyah, sampai-sampai jadwal kuliah kami jadi molor,” ungkapnya. Pihak Tarbiyah memang menyesalkan kurangnya ruang kelas sejalan meningkatnya jumlah mahasiswa tiap tahun. Zuhdi Esha, SE, salah satu staf jurusan tarbiyah mengungkapkan bahwa “Kami sudah berusaha untuk memfasilitasi mahasiswa, namun sulit untuk sekarang ini karena kami kekurangan ruang kelas, jika ingin aman harus ditambah sekitar 7 lokal untuk menampung 14 kelas yang ditempatkan di jurusan lain” ujarnya. [Chusnul, Vina, Umar]

Akreditasi Pasca Sarjana Diundur

A

kreditasi Pasca Sarjana STAIN Cirebon diundur. Padahal rencana ini diupayakan sejak pertengahan 2008. Prof. Dr.H Abdus Salam, MM, Asisten Direktur II Pasca menjelaskan bahwa, “Awalnya Pasca akan diakreditasi pada Juni-Juli 2009, ternyata diundur dan Insya Allah akan dilaksanakan awal November tahun ini berbarengan dengan pergantian status STAIN Cirebon menjadi IAIN Syek Nurjati,” ujarnya Salam pun menambahkan bahwa rencana tersebut telah disosialisasikan pada mahasiswa S-II. “Mudah-mudahan hasil akreditasinya keluar sekitar bulan Desember. Jika nilai akreditasi minimal B, Pasca STAIN Cirebon rencananya akan membuka program S3 program Islamic Study pada tahun 2010”. Sementara itu menurut salah satu mahasiswa Pasca Sarjana jurusan

Management Pendidikan Islam semester awal yang tidak mau disebutkan namanya mengungkapkan “Saya tidak tahu tentang rencana tersebut Saya hanya berharap semoga dengan terakreditasinya Pasca Sarjana STAIN Cirebon, maka mutu pembelajarannya pun meningkat,” ujarnya. [Indra]

Diundur, akreditasi Pasca Sarjana menunggu pergantian stastus STAIN menjadi IAIN Foto : Reza NF


METHODA

WACANA

EDISI 38 / OKTOBER 2009

Bersama Wujudkan Harapan Oleh : Eka Setiawan*

R

akyat Indonesia mempunyai harapan baru, berkenaan dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden terpilih 2009, yang kemudian disusul dengan kabinet- kabinetnya, Indonesia Bersatu jilid II. Walau banyak pro dan kontrak dari kalangan mahasiswa dan pemerhati politik baik menyoal pelantikan Presiden dan Wakil Presiden yang disinyalir akan mengadopsi kepemimpinan liberal, memihak pasar, dan konservatif. Ada juga yang menyayangkan terkait pemilihan menteri dalam kabinet karena dianggap tidak kompeten di bidangnya, kabinet neo liberal, politik balas jasa, dan masih banyak lagi. Namun, bagi masyarakat miskin atau menengah ke bawah adalah harapan besar akan perubahan. Perubahan nasib mereka, ke arah yang lebih baik. Di antara yang banyak disoroti adalah apa yang disebutkan Bapak Presiden SBY dalam pidato pelantikannya, terkait kebijakan dalam negeri yang diantaranya; peningkatan kesejahteraan rakyat, penguatan demokrasi, penegakan keadilan. Kemudian kebijakan luar negeri antara lain; menjalankan politik bebas aktif demi keadilan dan perdamaian dunia; bekerjasama dengan siapa pun yang memiliki tujuan membangun dunia yang damai, adil, demokrsi, dan sejahtera; serta pelestarian alam; dan mewujudkan kawasan ASEAN damai dan sejahtera. Terlebih ucapan-ucapan SBY yang meyakinkan seperti; jangan menyerah dan patah semangat; tentang menjaga persatuan dan kebersamaan; menjaga jati diri dan keindonesiaan; pekerjaan kita masih belum selesai, dan lain-lain yang sedikit banyaknya menumbuh kembangkan optimisme dalam benak seluruh Warga Indonesia bahwa harapanharapan mereka itu bisa tercapai. Keluar dari pada berita pelantikan dengan segala sisinya, keadaan masyarakat Indonesiapun harus dilihat secara objektif. Tidak semuanya lantas mempercayai apa-apa yang dijanjikan, terlebih karena bukan SBY sendiri yang akan mengurusi pemerintahan. Elemen kabinet pun turut serta membangun opini masyarakat akan seperti apa pemerintahan ke depan. Apalagi melihat sejumlah nama baru yang baru saja berkiprah dalam dunia politik dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Terutama bagi masyarakat yang bersikap apatis – tidak ingin tau mengenai pemerintah. Bagi mereka yang penting memikirkan diri mereka masing-masing. Sikap acuh tak acuh seperti ini akan

menjadi batu sandungan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Apalagi jika pemerintahan bersikap tidak sportif dan tidak terbuka, maka yang timbul adalah jalannya roda pemerintahan tanpa peran serta masyarakatnya. Pemerintahan tetap menjalankan tugasnya dan rakyat tak peduli pada tugas-tugasnya. Kecuali jika pemerintah cepat tanggap dan solutif dalam memecahkan permasalahan yang tengah berkembang di permukaan, khususnya permasalahan menyagkut orang banyak, di antara contoh kongkretnya seperti; tragedi lumpur Lapindo, gempa bumi Jogjakarta, birokrasi daerah yang berbelit-belit sehingga merugikan rakyat kecil dan lainlain termasuk di dalamnya soal pendidikan, kemiskinan, pengangguran, kesehatan, gender dan lain-lain. Seperti Sopir Jika ingin diibaratkan, pemerintah dan masyarakatnya adalah seperti sopir dan penumpangnya dalam bus, dengan pemerintah sebagai sopir dan masyarakat sebagai penumpangnya. Tugas seorang sopir jelas mengemudikan kendaraan ke arah yang jelas dan sampai pada tujuan. Melihat perannya, pemerintah laiknya seorang pelayan bagi penumpangpenumpangnya. Artinya semua aparatur negara adalah pelayan masyarakat. Selanjutnya mengenai keberagaman dalam masyarakat merupakan tantangan besar bagi pemerintah dan aparatnya. Maka dari itu ketika ada sejumlah kebijakan atau penyelewengan terhadap rute yang telah ditentukan, dan itu dikritik oleh penumpangnya, maka wajiblah sebagai aparatur pemerintah yang baik, memberi tahu penumpangnya. Juga sebagai aparat yang baik, wajiblah untuk tidak sok tahu, minimal dengan mendengar keluhan dan kritik masyarakat terhadap kinerja pelayan publik tersebut (sopir). Peran Mahasiswa Di antara yang selalu gencar menyuarakan aspirasi masyarakat adalah mahasiswa, menyangkut perannya sebagai Agent of Control, Agent of Change, dan Agent of Social dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada juga yang menyebutkan beberapa peran mahasiswa yang mesti dipikul, antara lain; peran moral, peran sosial, peran akademik, dan peran politik. Peranan-peranan ini yang seyogyanya menjadi landasan berpikir dan bertindak kawan-kawan mahasiswa dimanapun dan kapanpun. Artinya bukan hanya di kelas mereka berkiprah,

hal ini merujuk pula kepada Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat). Memang sulit menempatkan dimana sebenarnya posisi mahasiswa, proletarkah, borjuiskah atau priaikah, abangankah. Namun sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa harus mampu menciptkan suasana yang mengajak para petinggi atau aparatur negara berfikir dan bertindak yang memihak masyarakat kecil. Terutama bagaimana caranya agar pemerintah tidak molor dan lalai dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan rakyatnya. Jadi intinya mahasiswa itu tetap kritis dan skeptis terhdap kebijakan apapun itu. Sebagai contoh penggulingan rezim orde baru tidak luput dari peran akrif mahasiswa, artinya mahasiswa jangan menjadi peliharaan sistem birokrasi yang cukup diberi makan lalu mereka bungkam. Tentunya bukan hal yang mudah bagi mahasiswa saat ini, dimana setiap orang bebas berekspresi dengan segala yang ia kehendaki, dimana idealisme mahasiswa dengan segala perannannya banyak dilupakan dan dimainkan. Apalagi melihat pergerakan mahasiswa yang seperti terpecah saat ini, alasannya bermacam-macam, ada yang mementingkan akademik, ada yang mementingkan golongan, ada yang cari aman, dan lain-lain. Yang akhirnya menyisakan sedikit mahasiswa yang peka terhadap lingkungan sekitar dan menyuarakan aspirasi hak mahasiswa. Ironinya, sering terjadi perang ideologi antara mahasiswa, walau itu bias, namun bisa dilihat, bahwa biasanya kaum idealis mahasiswa ini bertindak sendiri tanpa dukungan massa mahasiswa yang seirama dengan mereka. Maka menjadi pekerjan hidup kita semua selaku Warga Negara Indonesia (WNI), untuk memperhatikan apa yang ada di sekitar kita, jangan sampai kita hanya mementingkan golongan dan keluarga. Rupanya dengan kinerja baru Presiden kita diharapkan akan memberi warna selaras dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Apalagi yang kita tunggu sebuah perubahan – perubahan ke arah yang lebih baik – tangan, mulut, otak kita sudah kita miliki. *Penulis adalah Mahasiswa Prodi Bahasa Arab angkatan 2007 yang juga pemimpin redaksi buletin METHODA.


METHODA

REFLEKSI

EDISI 38 / OKTOBER 2009

Andragogi Oleh Muhammad Syahri Ramdhan*

P

ada saat pengambilan KPPS (Kartu Pengambilan Program Studi), salah satu teman Jurusan Tarbiyah Prodi Tadris Bahasa Inggris semester lima mengambil mata kuliah semester tujuh, ”English for Children” yang menurutnya penting untuk bekal mengajar di sekolah. Sabtu siang sekitar jam 10.50 WIB, adalah kali pertama ia mengikuti mata kuliah tersebut yang seharusnya pertemuan ini menjadi pertemuan ke dua, karena pertemuan yang pertama mahasiswa itu tidak bisa masuk. Usai perkuliahan, dia dipanggil dosen mata kuliah tersebut, tiba-tiba berkata, ”Untuk semester lima disarankan agar tidak loncat-loncat semester atas, kalau ingin loncat ambil saja semester yang umum (berbahasa Indonesia), jangan loncat mata kuliah yang babon (berbahasa Inggris),” kata dia menirukan perkataan dosen bersangkutan. Hal yang sama, pernah penulis dan teman-teman kelas alami, yakni sebuah Perhatian besar dari dosen mata kuliah ”Translation2”. Setelah lima kali berturutturut dosen tersebut tidak masuk kelas, pada pertemuan ke-enam dia masuk. Walaupun sepuluh mahasiswa yang baru hadir di kelas, dosen tersebut tetap memulai pelajaran. Pertemuan pertama ialah membahas kontrak bejalar atau sedikit materi permulaan, tapi uniknya, dosen tersebut langsung memberikan tumpukan tugas. Ketika hal itu dipertanyakan oleh mahasiswanya, dosen tersebut hanya menjawab,”Saya tidak merasa mempunyai jadwal mengajar di kelas kalian.” Masa sih?. Rasa penasaran, tepatnya (16/10) lalu, kami pun menghadap untuk klarifikasi jadwal yang ditetapkan jurusan dan dosen. Kami pun mendapat jawaban melalui selembar kertas yang bertuliskan ”Surat tugas nomor: Sti/PP.009/ KT/4094/2009”. Setelah beberapa menit, dosen tersebut malah berkata, “Kalian saja yang malas, kenapa waktu bulan puasa kalian

tidak pernah mencari bapak?”. Penarasan lagi, penulis menanyakan pada kosma kelas, ”Apa benar kamu dan sebagian teman sekelas tidak pernah mencarii dosen itu?”. Kosma menjawab, “Bukan hanya bulan puasa saja saya dan teman kelas mencari informasi keberadaan bapak, bahkan di setiap jadwal mata kuliah bapak kami cari terus. Sesekali kami pernah melihat dosen itu mengajar di kelas lain tetapi pada kelas kita tidak masuk, akhirnya usaha kita tidak pernah ada hasilnya”. Perhatian besar dari dosen itu adalah tugas handswritting (tulis tangan) yang seharusnya kami selesaikan selama lima sampai enam kali pertemuan, wajib dikerjakan dalam durasi satu kali pertemuan. Awalnya dosen tersebut menanyakan kesanggupan teman-teman sekelas, tetapi karena image killer yang melekat pada dosen tersebut, teman-teman sekelas diam tak berkutik. Akhirnya dia berkata, ”Siapa yang tidak mengerjakan, tidak lulus!”. Penulis coba beranikan untuk negosiasi tentang keputusan waktu mengerjakan tugas, ternyata tidak ada toleransi darinya. Cara pandang mahasiswa terhadap pendidikan masih menggunakan cara pandang lama, mereka menganggap dosen sebagai sumber kebenaran, dosen subjek dan mahasiwa objek sasaran, dosen bicara, mahasiswa mendengarkan dan melaksanakan tugas. Inilah yang penulis maksud dengan pendekatan pedagogi yang biasa di gunakan dalam pendidikan anak-anak. Proses pendekatan belajar seperti itu dikritik oleh Paulo Freire seorang Psikolog asal Brazil. Menurutnya pendidikan yang menggunakan pendekatan seperti itu menghambat kesadaran kritis dan akan berpengaruh terhadap kemunduran dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang seharusnya mampu mencetak manusia yang baru (memiliki kesadaran), malah sebaliknya akan mencetak manusia robot dengan keterasingan dari realitas. Kalau pola pendekatan terus-menerus

memakai pendekatan pedagogi, wajar apabila melahirkan mahasiswa-mahasiswa ”impoten”. Takut terhadap dosen yang dianggap lebih pintar dan tak pernah salah. Lebih tepat sekiranya pendekatan bagi mahasiswa menggunakan cara pandang Andragogi. Dalam pandangan andragogi dosen tidak lain sebagai partner dalam berdiskusi, menjadi fasilitator bagi munculnya dialektika intelektual dan bukan menjadi sumber kebenaran. Begitu pula berhubungan dengan poinpoin Tri Darma Perguruan Tinggi, kedudukan mahasiswa sangatlah berbeda dengan mereka yang hanya menjadi objek sasaran dari subjek. Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian. Seluruh poin tri darma perguruan tinggi membuktikan bahwa mahasiswa pun berhak sebagai subjek dan bersama-sama melaksanakan proses predikat yakni melakukan proses pendidikan. Melihat keterkaitan di atas, maka di sinilah mahasiswa seharusnya ikut berperan untuk menghidupkan dinamika kampus yang pada saat ini sedang mati suri. Sikap kritis mahasiswa harus tetap dilestarikan karena memang tidak ada sistem yang sempurna. Sebuah sistem akan mendekati kesempurnaan ketika sistem tersebut membuka peluang terhadap kritik yang datang. So what should we do now? Apa yang harus kita lakukan sekarang? Sebagai mahasiswa maka hendaknya lakukan hal yang sederhana, seperti kemauan kita untuk mempertanyakan sesuatu dan berani berkata tidak pada kesewenang-wenangan. Bertanya bukanlah suatu dosa. Mencari kebenaran suatu keharusan. Bahkan malaikat pun bertanya pada Tuhan. Bukankah lahirnya ilmu filsafat itu berawal dari sebuah pertanyaan? Maka bertanyalah dan lakukanlah proses perbaikan!. *penulis adalah mahasiswa Prodi Bahasa Inggris angkatan 2007 yang juga menjabat sebagai Litbang Divisi Riset dan Data LPM FatsOeN

Scripta Manent, Verba Volant ... Yang Tertulis akan mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin ...


METHODA

RESENSI

EDISI 38 / OKTOBER 2009

Cita-cita Obama

Ketekunan dan Hati Putih Barack Obama Simon Siregar PT Kompas Media Nusantara Jakarta, 2009 374 Halaman

Oleh Muhammad Umar

“Saya tahu beberapa orang mengatakan, saya telah bicara terlalu kasar soal tanggung jawab. Namun, saya tidak akan cuti bicara soal itu. Pada akhirnya tidak ada masalah seberapa banyak uang yang kita buang untuk komunitas kita, atau berapa banyak strategi yang diluncurkan. Namun, tak akan ada satupun dari semua strategi itu yang akan berhasil jika kita tidak mengambil jawab kita sendiri,� (Barrack Hussein Obama).

tentang Obama. Saat itulah karir politik Obama mulai diterapkan juga ilmu hukum yang ia dapat semasa kuliah, sehingga mampu mendongkrak namanya sebagai salah satu kandidat yang diperhitungkan di partai tersebut untuk maju sebagai calon Presiden dari lawan-lawanya yang sudah memiliki pengalaman, salah satunya Hillary Clinton. Meski satu partai tapi persaingan keduanya cukup ketat, contohnya Hillary yang mengambil isu untuk menjatuhkan Obama, seperti permasalahan rasisme, juga tentang latar belakang Obama. Namun, hal tersebut tidak menjadikan Obama menyerah akan tetapi dianggapnya sebagai tantangan. Bahkan dari persaingan politik yang ia hadapi, ada yang mengkampanyekan nama Obama yakni bertujuan untuk menjatuhkan nama baiknya, ia disebut-sebut sebagai salah satu penghancur agama kristen, tapi hal itu justru tidak dibenarkan meskipun memang keluarga Obama ada yang memiliki agama Islam, dan lebih kerasnya lagi Obama adalah teroris Arab. Akan tetapi pernyataan itu dibantah oleh pendeta yang sewaktu menjadi penasehat Bush justru Obama lebih kristen. Detik-detik sangat mendebarkan menuju kemenangan Obama, sepanjang Oktober 2008, tidak ada satupun jajak pendapat yang memperlihatkan John McCain unggul dari Barack Obama. Bahkan jarak selisih suara makin melebar antara yang memilih Obama dan McCain pada hari-hari terakhir menuju pmilu 4 November. David Gergen dari Harverd University sudah yakin meyakinkan Obama akan menang dan tidak akan lagi keraguan (hal.123). Walaupun saat itu banyak hal yang

Judul Buku Penulis Penerbit Tahun Tebal

: : : : :

K

utipan di atas adalah sebagian pidato yang Barrack Hussein Obama atau (Obama) saat kampanye di depan mayarakat kulit hitam. Berbagai masalah dalam buku ini terkuak. Mulai dari kondisi keluarga Obama, karirnya di bidang politik, bahkan detik-detik yang sangat mendebarkan menuju kepemimpinannya menjadi Calon Presiden Amerika Serikat 2009-2014. Kita tahu bahwa Obama merupakan sosok yang berasal dari keluarga sederhana, semasa kecil, Obama sudah dihadapkan dengan berbagai persoalan yang cukup pelik seperti keluarga yang tidak harmonis misalnya. Obama yang dulu kala memiliki kebiasaan mabuk sehingga ia harus mengalami kecelakaan yang cukup tragis. Syukurnya, Obama bukanlah seorang yang berjiwa kerdil. Ia tidak menjadikan persoalan hidup yang menghimpit membuatnya lemah, sehingga apapun yang ia lakukan demi mendapat pendidikan yang layak. Terbukti ia terus melakukan advokasi terhadap masyarakat kulit hitam yang tertindas meski masih mengenyam pendidikan di bidang Hukum. Ia mendapat kesempatan kuliah di Harvard University New York City. Setelah selesai mengenyam pendidikan kembalilah Obama sebagai aktivis juga penulis. Dengan bekal gelar doktor dan lulus dengan predikat magnacumlaude, dan berkarir sebagai dosen di University of Chicago. Nasib memang berpihak pada pribadi Obama, ia terpilih sebagai ketua senator di Illionis Fakultas Hukum, dan semua mahasiswa di kampus tersebut menyadari akan kepintaran dari Obama. Bahkan ada yang mengatakan Obama adalah sosok yang memiliki kepribadian unik. Koran Amerika Serikat “The American Dream� yang selalu menceritakan kisah seorang sukses dengan latar belakang yang miskin dan terlantar (hal. 97). Dari situlah karir politik Obama mulai terlihat, media-media pun mulai mengambil berita

meragukan akan kemenangan Obama namun banyak orang yang mengatakan sebebenarnya yang menjadi permasalahan sekarang adalah rasial, dan kuota orang kulit putih dengan kulit hitam yang perbandingannya sangat sedikit. Kemudian, saat menggetarkan pun tiba pada pukul 11.00 WIB., yaitu pengumuman kemenangan Barack Hussein Obama. Obama terpilih menjadi orang pertama di Negaranya. Berikut pidato yang disampaikan McCain, saat Obama dinyatakan sebagai pemanang, “Senator Obama dan saya memiliki perbedaan, namun ternyata dia menang. Tidak diragukan lagi, perbedaan itu akan tetap ada. Kini kita dalam keadaan sulit, tetapi saya menawarkan padanya malam ini segala kemampuan saya membantu dia memimpin kita menghadapi tantangan besar yang kita hadapi. Saya meminta semua warga pendukung saya untuk bergabung dengan saya, tidak saja memberi ucapan selamat, tetapi juga menawarkan presiden kita berikutnya keinginan tulus untuk menemukan jalan bersama, mencari kompromi demi menjembatani perbedaan besar kita dan membantu pemulihan kemakmuran kita, dan cucu kita (lihat sampul depan buku ini). Amerika salah satu negara yang sudah memakai sistem demokrasi matang ketimbang negeri kita, tapi dengan fenomena yang sudah ada di negara itu semestinya jadi cermin para intelektualitas di negara kita dalam mengemban amanah, tentunya yang kalah harus bisa menerima dan bisa memberikan selamat terhadap pesaingnya demi kepentingan bangsa ini.


METHODA

WAWANCARA

EDISI 38 / OKTOBER 2009

PPL Berakhir Tidak Tepat Waktu Drs. Zuardi Bahar, SH, M.Pd Ketua P3 (Pusat Pengembangan Praktikum)

P

PL 2 (Praktek Pengalaman Lapangan 2) Jurusan Tarbiyah, mestinya berakhir pada 3 Oktober lalu. Namun karena beberapa hal, sejumlah mahasiswa praktikan tidak berakhir tepat waktu. Selain itu banyak ketidak-sesuaian terjadi pada pelaksanaan PPL kali ini. Menanggapi hal itu, berikut Tim METHODA sajikan kutipan wawancara bersama Drs. Zuardi Bahar, SH, M.Pd, selaku Ketua P3 (Pusat Pengembangan Praktikum), pada kamis (22/10). Apa perbedaan PPL 2 Tarbiyah tahun ini dengan tahun sebelumnya? Pada dasarnya sama, tapi tahun sekarang setiap mahasiswa mendapatkan pembimbing sesuai dengan prodinya. Misalkan jika mahasiswa itu Prodi Matematika, maka dosen pembimbingnya Dosen Matematika juga. Apa tujuannya penyesuaian dosen pembimbing sesuai prodi? Sebenarnya ini sebagai evaluasi dari tahun sebelumnya. Dulu dosen pembimbing itu borongan, satu sekolah satu dosen pembimbing. Ternyata itu kurang maksimal, karena tidak semua dosen menguasai semua disiplin ilmu. Jadi, dengan pertimbangan itu, diharapkan ketika mahasiswa mendapatkan dosen pembimbing sesuai prodi dapat mendapatkan pelayanan bimbingan yang maksimal.

Pada prakteknya banyak mahasiswa mengeluh karena kesulitan menemui dosen pembimbing. Bagaimana P3 menanggapinya? Wajar, karena dosen-kan tidak hanya mengurusi masalah PPL saja. Ya, hal itu pinter-pinter mahasiswanya saja. Sebenarnya berapa kali dosen pembimbing wajib mengunjungi mahasiswanya? Hanya empat kali. Itupun dilihat dulu, setiap dosen-kan mempunyai 8 sampai 10 mahasiswa bimbingan yang tersebar di 4 sampai 5 sekolah. Jadi dari empat kali tersebut, masing-masing sekolah cukup satu kali. Apa tindakan P3 pada dosen yang sama sekali tidak melakukan kunjungan, bahkan tidak memberikan bimbingan pada mahasiswanya? Kami akan menegurnya. Yang pasti dosen tersebut tidak akan diikutsertakan pada PPL selanjutnya.

Lantas, kapan batas akhir yang ditetapkan P3 sendiri? Batas maksimalnya adalah sampai akhir semester 7. Kalau memang pihak sekolah menyatakan bahwa mahasiswa praktikan itu belum layak untuk ujian, dan waktu PPL telah berakhir. Maka terpaksa mahasiswa tersebut dinyatakan tidak lulus. Berarti dia harus mengikuti mata kuliah PPL tahun depan. Tapi kasus seperti ini jarang terjadi. Bagaimana dengan batas akhir penyerahan laporan? Dalam buku panduan tertera tujuh hari setelah masa PPL berakhir. Karena masa berakhirnya berbeda-beda, maka laporannya pun fleksibel. Yang pasti mahasiswa wajib menyerahkan laporannya usai tugas PPL-nya berakhir.

[Yuyun YK]

Kapan PPL 2 ini berakhir? Sebenarnya PPL 2 dilaksankan mulai tanggal 3 Agustus sampai 3 Oktober 2009. Namun karena terpotong oleh libur Ramadhan dan Idul Fitri, maka sifat fleksibel. Artinya banyak sekolah yang meminta perpanjangan waktu PPL sampai pertengahan Oktober. Itu tidak masalah.

Memperingati hari Sumpah Pemuda

Bersatulah Pemuda Indonesia!!! untuk indonesia yang lebih baik

28 Oktober


METHODA

LINTAS KAMPUS

EDISI 38 / OKTOBER 2009

Bersemagat, saat menggalang dana di sejumlah jalan untuk korban gempa sumbar. Foto: doc STIKOM

Mahasiswa Galang Dana Sumbar

T

aufiq, Kepala Umum Mapala STIKOM Cirebon bersama teman-teman mahasiswanya adakan aksi solidaritas untuk galakan dana bagi korban bencana gempa di Sumbar (Sumatera Barat) yang terjadi pada Rabu sore, (30/ 09) lalu. Aksi tersebut dilakukan di depan kampus jalan Pantura By Pass.

Aksi yang mendapat dukungan dari lembaga kampus dan juga Kapolresta Cirebon mengatakan aksi yang sejak Selasa (06/10) ini dilakukan dari pagi hingga sore. Dari usaha yang mereka lakukan hingga hari akhir terkumpul dana sebesar Rp 3.500.000. “Mengenai teknis pengiriman kita serahkan pada pihak

Sambungan dari Hal 1 Sementara di Jurusan Ushuluddin sendiri ditempatkan di tempat bersejarah seperti Gunung Jati Cirebon, dll. Menurut Apid, P3 (Pusat Pengembangan Praktikum) dalam menentukan dosen pembimbing harus lebih selektif dan memenuhi kualifikasi, “Jangan hanya karena dosen pembimbing adalah orang yang punya pengaruh dikampus lantas tidak memenuhi kualifikasi sebagai pembimbing,” katanya lagi. Drs. Hadi Pramono, M. Pd., Dosen Fisika STAIN Cirebon sekaligus Guru di SMAN 7 Cirebon menilai bahwa mahasiswa yang PPL di sekolah SMAN 7 menjalankan tugas

PPL cukup baik, namun bagi pihak dosen pembimbing sendiri hal itu harus lebih diperhatikan. “Dari mahasiswa STAIN yang PPL di sini saya rasa cukup, tapi untuk dosen pembimbing perlu dimaksimalkan dalam hal memantau mahasiswanya.” Setelah Methoda konfirmasi hal itu kepada panitia P3, Drs. H. Farihin, M. Pd., Sekretaris P3 juga Ketua Pelaksana PPL 2009 menjelaskan, “Dosen pembimbing wajib hadir ke sekolah minimal empat kali dalam dua bulan, dan kewajiban dosen itu mengantar, menjemput, memantau, serta memberikan pembekalan PPL pada maha-

10

Radar Cirebon,” kata Taufiq. Mahasiswa Kampus UMC (Universitas Muhammadiyah Cirebon) yang terkumpul dalam organisasi pun adakan aksi yang sama di depan Kampus UMC. Kegiatan tersebut dimulai Sabtu hingga Senin (05/ 10) mendapat dukungan lembaga dan Polsek Kedawung. Fajrin menuturkan pendapatan yang berhasil terkumpul sebesar Rp 1.850.000. Lain halnya Kampus Unswagati Cirebon, mereka tidakj melakukan penggalangan dana di lingkungan lembaga.”Kami tidak mengadakan aksi di kampus tapi di luar, seperti di lampu merah Jalan Pemuda, Plered, Sumber, Palimanan, dan pasarpasar yang terletak di jalan Pantura,” ujar Iwan Junaedi, Mahasiswa Unswagati. Terhitung sejak Kamis hingga Sabtu (16/ 10), mereka berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 1.600.000 yang akan di salurkan melalui Peduli Kasih BCA. [M. Syahri R.]

siswanya.” Farihin menegaskan, agar mahasiswa yang tidak memperoleh bimbingan dari dosennya untuk segera melaporkannya kepada panitia. “Jika dilapangan ternyata terjadi berbagai keluhan mengenai dosen pembimbing, dari P3 akan menindak dosen yang bersangkutan. Asalkan aduan mahasiswa tersebut terbukti dengan bukti fisik berupa cap stempel dan tandangan kepala sekolah yang bersangkutan,” katanya. [Try]

Ralat untuk METHODA edisi XXXVII; Judul: Placement Test sebagai Program Wajib PPB (Placement Test sebagai Program Wajib PBB seharusnya Placement Test sebagai Program Wajib PPB)

Ralat


11

METHODA

IKLAN ANDA

EDISI 38 / OKTOBER 2009

Congratulation

Kepada kawan-kawan yang lolos test masuk LPM FatsOeN pada hari minggu 18 Oktober 2009, Mereka adalah: .::AbdulMajid| Re p o r t e r : : AsepAndri| Re p o r t e r : : BagusArief|Fotograferr::EndangSulistian|Reporter::Fadhilah|Layouter:: I b n u A b a s | R e p o e t e r : : J u w a r i y a h | R e p o r t e r : : Martono|Reporter::MasrurotunMiladiyah|Reporter::Maulana Hasan|Reporter::MuhammadFarizAlbana|Reporter ::NefiDwi|Reporter::NiaKurniawatiF|Reporter::Nur D z i k r i n a | R e p o r t e r : : N u r L a e l i | F o t o g r a f e r : : NuraenunNA|Reporter::ReniFitriani|Reporter::Savitri Rahmawati|Reporter::ValentinaFatimahFDj|Reporter::.

Semoga mampu mengemban amanat Pers Mahasiswa

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) FatsOeN STAIN CIREBON Mengucapkan

Selamat dan sukses Atas di Wisudanya Subhan

Mahasiswa Prodi Matematika

Pimp. Umum LPM FatsOeN 2008-2009 Semoga menjadi Sarjana STAIN Cirebon Yang Mampu Mencerahkan Nusa, Bangsa dan Agama

Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar LPM FatsOeN 2009 Be Prepare! For more infomation come to FatsOeN Office

05-07Nov’09 LPM FatsOeN | Radar Cirebon

Penawaran Menarik Untuk Promosi Produk dan Usaha Anda

METHODA Pilihan Cerdas Untuk Beriklan Untuk pemasangan iklan Hubungi : 085 2233 68990 [Indra] 085 224 422 687 [Jery]

* Ta

bel pem harga asa nga n ik

lan

MET

HOD

A


METHODA

CERPEN

S

ore itu aku menelusui setiap belokan yang berliku. Mengikuti setiap arus kehidupan yang membawaku kesebuah tempat yang bising dengan suara jeritan-jeritan mesin dari setiap kendaraan yang melewatiku begitu saja. Ku tawarkan koran-koran yang ada di tanganku. “ Koran…koran…koran…”, begitu teriakku di jalanan. Tapi tak satupun yang terjual. Aku bekerja bukan hanya untuk diri sendiri melainkan untuk Om Jhon, bos dari anak jalanan. Dia bisa kapan saja menyiksaku atau anak jalanan lain yang senasib denganku, jika tuntutannya tidak terpenuhi. Aku berkata dalam hati “Aku harus menjawab apa, jika Om Jhon minta setoran hari ini...!”. kegundahan terus mampir di tiap langkah yang sengaja sesekali aku kecilkan. Seharian penuh ku keliling mengikuti tapak jalan, tapi apa yang aku dapatakan selama itu, tak ada yang membuat diriku senang. Hanya setetes pilu yang ku dapat dan tumpukan koran yang masih tersusun rapi di tangan. Matahari kian meredup membawaku ketengah-tengah kegelapan, hingga akhirnya aku merasa sendiri dalam kegelapan itu. Lelah, payah, lesu, dan pegal aku rasakan semua setelah seharian berkeliling. Aku sandarkan diri untuk sejenak di kardus-kardus tak beguna dekat onggokan sampah, walau bau busuk, tetap berusaha memejamkan mata untuk melepas lelah di badanku, sejenak aku terlelap tibatiba Izet mengejutkan aku “Tania...!!! Tania… cepat bangun!!! Bang Jhon marah, nyariin lo, katanya hari ini lo belum setor ya…!”, teriaknya padaku. Sambil terus mengguncngkan badan yang membuatku risi, hingga akhirnya bangun terkejut karena menyebut Bang Jhon. “Iya, Zet…! Aduh… Bang Jhon pasti marah besar ni sama aku, Zet gimana ini… hari ini koran-koranku tidak ada yang terjual!”, “Tak satupun?” Izet langsung memotong, “Iya..’ Jawabku. “Ya udahlah… kita kesana dulu Yuk.. entar lo jujur aja sama Abang” Saran Izet itu sedikit membuatku tenang, namun tetap dengan perasaan takut. *** engan hati berdebar kulangkahkan kakiku menelusuri setiap belokan kecil, melewati rumah-rumah kardus, bersampingkan selokan yang mampet dengan airnya yang menggenang. Tak sedikitpun aku pikirkan kenyamanan itu. Aku hanya pasrah bercampur takut atas semuanya. Akhirnya aku sampai ke tempat yang sebenarnya menyeramkan bagiku, tempat yang tiap saat menyiksa batinku. Sempat aku berpikir kenapa aku berada di tempat ini, 12 tahun sudah aku begini sejak umurku enam tahun. Yang aku tahu hanya bagaimana caranya mencari uang. Kadang aku berpikir dimanakah orang tuaku? Kenapa mereka menitipkan aku di sini?. Aku selalu berpindah dari kesedihan yang

D

EDISI 38 / OKTOBER 2009

Hidup yang Mati

12

Lina Marlina Mahasiswa PBI Angkatan 2007 satu ke yang lainnya. Dalam keheningan pikiranku itu, tiba-tiba dari belakang ada menarik rambutku yang panjang dan lusuh dengan keras sampai aku terjungkur ke belakang. Aku tahu itu Bang Jhon “Aduh… Bang, kepalaku sakit…!” Tak berani aku menatapnya dan Bang Jhon malah memainkan cengkeramannya sambil berkata “Mana duitnya…!!!” Bang Jhon membentak, lalu melemparku ke atas lantai berbau tak jelas. Seperti kata Izet aku pun menjelaskan apa yang terjadi, namun Bang Jhon malah meraihku kemudian menamparku, dua kali, dan yang ke tiga itu yang aku rasakan paling keras. Aku dengar teman yang lain yang menyaksikanpun merintih, dan menjerit, bahkan ada yang menangis. Lebam dan kaku yang ku rasakan setelah tamparan itu. Ternyata Bang Jhon tak sedikitpun iba lalu dengan kasarnya dia menyeretku ke sebuah tempat yang lebih menyeramkan dari pelataran rumah kardus yang aku lihat di jalanan tadi, ya itulah tempat aku bersama anak-anak jalanan lainnya meratap dan beristirahat. Bahkan tempat kami saksikan sendiri kematian teman kami. Aku masih ingat kala itu teman kami demam tinggi dan kamar tak diberi atap, sepertinya air hujan dan demam tinggi telah jadi jalan kematiannya. Sejenak aku di kamar yang sekarang beratap karena kematian teman kami, lalu aku dipanggil lagi untuk segera ke Bang Jhon. Aku tak tahu pasti apa lagi yang akan dilakukan dia, namun batinku selalu bertanya semua yang diberikannya tak lebih dari sebuah olok-olok keadaanku yang terpaksa menerima nasib yang pahit. Lalu Izet datang, aku hampir pergi, “Mau kemana Tan… makan dulu, ini ada sepotong roti!” Tawar Izet. “Dipanggil Abang!” jawabku. “Apa lagi… Tan, mukamu agak memar, kamu di sini dulu, aku yang ke bang Jhon!” pintanya, aku lagsung melarang. “Jangan Iz, aku gak mau kamu terlibat. Rotinya kasih ke Wiwid aja ya”. “Memang dari tadi Wiwid memandangi roti itu terus, dan benar ia manggut-manggut mau. Wiwid masih empat tahun dan harus mengalami nasib ini. “Ya sudah, kamu hati-hati ya, Tan…” Tanya Izet, “Iya, sudah biasa, kan..” jawabku ringan. *** ku tiba di Bang Jhon, aku tertunduk, takut dan khawatir. Tapi tak lihat Bang Jhon ingin menghukumku lagi. Dia tak seperti biasanya. Dan tak lama kemudian ada seorang tante keluar dari kamar bang Jhon, bajunya seksi, warnanya merah menyala, nyentrik menggelikan, sambil menghisap rokok ia menghampiriku. Bang Jhon hanya tersenyum

A

“Bagaimana, Tante Ros? Cocok!” kata Bang Jhon. Aku kurang faham maksudnya, hanya wanita nyentrik itu Tante Rosm tapi apa maksud kata ‘cocok’ itu. “Tante, ini cewe yang gua janjiin, kemaren, gimana?” sambil nyengir Bang Jhon bajingan sok tepat janji, “Berapa kamu minta? Dia perawan, kan!” jawab tante itu. ‘Hah,’ aku faham, kaget bukan kepalang. Dalam pikirku, aku akan dijual, ‘Oh, Tuhan tolong…’. Ternyata Si Jhon sudah merencanakan jauhjauh hari untuk menjualku ke tempat pelacuaran. Kemudian Tante jalang itu menatapku dan mengelilingiku, memperhatikan setiap detailku dari ujung kaki sampai ujung kepala. “Oke Jhon… cwe yang ini lumayan, ini uangnya!” Si Tante ternyata menyatakan setuju. Jadilah aku dijual. Aku menangis dalam batinku, ‘kenapa aku tak diberi kuasa untuk melawan, Tuhan... Kenapa…!’ lirihku dalam kepatunganku waktu itu. *** ejak saat itu hari demi hari, detik demi detik seakan menjadi pesakitan untukku. Waktu pun terus berjalan, satu minggu terlewati dan aku masih meratapi nasibku yang naas, aku hamper gila kalau saja Izet tak memperhatikanku lagi seperti dulu. Seorang sudah mengajakku kencan, tapi aku enggan diajak kumpul kebo, untungnya yang mengajakku itu mau melepasku walau dia sudah bayar tunai pada tante Ros. Rupanya dia iba, karena mendengar kisah kelamku, aku juga bertanya padanya “Bagaimana rasanya kalu anak Om berada pada posisi seperti saya?” Dia pun menyuruhku pulang. Pulang kembali kepada satu kesedihan dari kesedihan yang lain. Sebenarnya aku ingin pergi jauh. Namun, tak sanggup rasanya harus berurusan lagi dengan mereka yana pasti akan mengejarku. Sedangkan aku tengah letih dalam hidup. Aku kembali ke tempat Tante Ros, dan kembali menghadapi tinju-tinju yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku tak pernah merasa bahagia, aku tak pernah nyaman, aku tak pernah merasa hidupku adalah untukku. Satu yang aku rasa, hanya pahit saja. Batinku hanya bisa berharap, kapan aku akan terlepas dari kehinaan ini. Kepada siapa lagi akau akan berharap, Tuhan? Tuhan, tunukkan jalan kelaurnya untukku?

S


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.