Tabloid Gema Indonesia Raya Edisi 03

Page 15

Figur : 15

edisi 03/Tahun I/Juni 2011

Fadli Zon

Pemimpin Pancasila 2011

Satu lagi penghargaan diraih oleh Fadli Zon. Direktur Institute for Policy Studies (IPS) menerima penghargaan sebagai Pemimpin Pancasila 2011. Perhargaan itu diberikan oleh Yayasan Indonesia Satu dalam suatu upacara di Tugu Soekarno, Jl. S. Parman Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu 11 Juni 2011. Ikut hadir Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo dan Ketua DPP Gerindra M. Asrian Mirza. Hashim pada tahun lalu juga menerima penghargaan serupa. “Pemberian penghargaan kepada Pemimpin Pancasila ini tidak sembarangan. Karena peraih penghargaan Pancasila sangat berharga dan patut dihargai sesuai amanat yang diemban,” kata Ketua Yayasan Indonesia Sa­­tu Fredy Ndolu. Penghargaan itu berupa kristal ber­­lambangkan ta­­ngan Soekarno se­laku Presiden per­tama Republik Indonesia. Selain Fadli Zon tokoh lain yang menerima perhargaan adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gayus Lumbuun, Si­ti Nurbaya, Marwah Daud Ibrahim, Maruarar Sirait, dan Denny Tewu. Mereka dinilai pantas menerima penghargaan karena telah memenuhi ti­­ga kategori penilaian, yakni: integritas, pro­fesionalitas, dan personality. Bagi tokoh muda Indonesia yang genap berusia 40 tahun pada peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni lalu, ini bukanlah penghargaan pertama yang ia terima. Sebelumnya pada 1 Juni 2011, perpustakaan pribadinya di Jakarta Pusat, Fadli Zon Library, mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk tiga kategori: koleksi koran tua terbanyak, koleksi keris terbanyak dan koleksi piringan hitam terbanyak. t LA

foto istimewa

Naysilla Mirdad

“Tetap Dukung Sang Ayah” Punya seorang ayah yang terkenal sebagai artis dan politikus adalah kebanggaan tersendiri bagi Naysilla Mirdad, putri ketiga dari pasangan Jamal Mirdad dan Lidya Kandou ini. Sejak sang ayah terjun ke dunia politik dan menjadi anggota DPR RI (terpilih) 2009-2014 dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Nay begitu sapaan akrabnya, sudah sangat mendukung langkah ayahnya. “Saya sih dukung saja kegiatan Papa. Soalnya Papa juga komit bekerja untuk negara dan masyarakat Indonesia,” kata bintang sinetron kelahiran 23 Mei 1988 ini. Menurut Nay, sikap ayahnya masih sama seperti dulu, tak ada yang berubah. “Sampai saat ini karier papa tak berdampak sama keluarga. Kepribadiannya tetap seperti dulu. Malah sesekali masih suka jemput ke lokasi shooting saya dan mama. Weekend kita masih suka ngumpul, nyempetin makan dan nonton bareng,” tutur adik kandung bintang sinetron Nana Mirdad ini. Sebagai anak politikus, Nay juga tak terlalu dipusingkan oleh keharusan menjaga imej secara berlebihan. “Saya tetap seperti ini saja, jadi diri sendiri. Pokoknya semua mengalir seperti biasa, namun saya tatap menjaga nama baiknya,” ungkap Nay polos. Di luar aktivitas shooting, Naysilla Mirdad masih mengikuti kuliah sembari berbisnis butik. Nay memilih jurusan fashion bussiness di sebuah sekolah mode di Jakarta Selatan. “Pokoknya jurusan ini cocok dengan jiwaku. Sekarang saya ingin mencoba seimbang antara karier dan pendidikan. Mudah-mudahan terwujud,” harap Nay serius. t LA

foto M. Asrian Mirza

Noura Dian Hartarony Ingin lebih bijak dalam bertindak dan berucap

foto dok. Pribadi

Langkah hukum menjadi pilihan terbaik bagi Noura Dian Hartarony untuk mengakhiri polemiknya. Sejak tersebarnya berita miring tentang dirinya, anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Gerindra ini mengaku sempat sedih, karena kehilangan haknya untuk hidup tenang. Noura bilang: “Saya merasa dihakimi masyarakat. Privacy saya terusik.” Terhadap berita tak sedap itu, Noura memberi pembelaan. Ia terakhir kali masuk ke Bibliothique pada 31 Desember 2009, menghadiri pesta tahun baru. Berita yang menyebut ia mabuk dan menarinari di atas meja tersebar April 2011. “Jelas sekali itu fitnah, karena hal itu tidak pernah terjadi sama sekali,” kilah Noura. Alasannya, pada April itu ia tengah kerja keras bersama staf ahli untuk menganalisa pengaduan masyarakat adanya korupsi di departemen tertentu.

Mengingat kasus ini membawa-bawa nama Gerindra, Noura mengatakan, perlu adanya tindakan hukum agar dapat menjadi pembelajaran bagi banyak pihak, termasuk media yang begitu gegabah menyebarluaskan fitnah ini tanpa konfirmasi kepada saya terlebih dahulu. “Saya bersyukur, bangga dan berterima kasih atas perhatian dan dukungan partai, serta sangat bijak menyikapi kasus ini,” papar anggota dewan yang juga Wasekjen Partai Gerindra ini. Noura mengaku, bisa mengambil hikmah dari peristiwa itu. Ke depan, ia harus lebih waspada dan bijak dalam bertindak dan berucap. “Sak bejo bejone wong pinter, isih bejo wong kang waspodo (seberuntungnya orang pintar, masih mujur orang yang waspada,” ujar aktivis lingkungan hidup ini. t

LA


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.