epaper Rakyat aceh EDISI 13 JUNI 2011

Page 2

2

SAMBUNGAN

Rakyat Aceh SENIN, 13 JUNI 2011

Australia, Bunuh Unta Demi Kurangi Polusi Sambungan dari hal 1

Perusahaan Australia membuat sebuah keputusan kontroversional. Yakni, membunuh unta liar sebagai upaya mengurangi tingkat polusi di negeri kanguru itu. Gagasan Northwest Carbon ini merupakan bagian Carbon Farming Initiative dari Department of Climate Change and Energy Efficiency. Gagasan ini memberi kompensasi pada petani dan pemilik kebun jika mereka bisa memberi solusi mengurangi tingkat polusi. Unta, dipandang sebagai hewan pengganggu karena setiap tahun, unta rata-rata menghasilkan metan setara satu ton karbondioksida. Akibatnya, unta termasuk salah satu penghasil gas rumah kaca terbesar Australia. Karenanya, perusahaan itu mengajukan gagasan untuk membunuh 1,2 juta ekor unta liar di Outback, Australia. Dalam detil rencananya, Northwest mengklaim akan menembaki unta dari helikopter atau mengirim unta ke pejagalan untuk konsumsi manusia atau hewan peliharaan. “Australia merupakan negara yang dipenuhi banyak inovator. Kami menemukan banyak solusi inovatif mengatasi permasalahan, membunuh unta merupakan salah satunya,” ujar direktur pelaksana Northwest Carbon Tim Moore. Tingkat ketergantungan tinggi pada mesin berbahan bakar batubara serta ekspor pertambangan, Australia menjadi salah satu penghasil polusi terbesar dunia. Tak ayal seperti dikutip Straits Times, pemerintah Australia mencari cara baru mengatasi masalah ini. (int)

10 Sahabat Nabi Dijamin Masuk Surga (2-habis) Sambungan dari hal 1

berbagai pertempuran bersama kaum muslimin. Ia selalu berada di garda depan saat jihad di kumandangkan. Sekujur tubuhnya terdapat luka dari hasil peperangan. Ia sangat dicintai Rasulullah. Saat terjadi perseteruan di antara kaum muslimin, Zubeir tidak sedikitpun memihak yang berseteru. Ia malah berusaha menyatukannya. Zubeir ditikam ketika sedang menghadap Allah, ia wafat pada tahun 36H atau 656M. 7. Sa’ad bin Abi Waqqas Sa’ad bin Abi Waqqas memeluk Islam saat berusia 17 tahun. Ia sangat mahir menunggang kuda dan memanah. Jika ia memanah musuh dalam sebuah peperangan pastilah tepat sasarannya. Hampir seluruh peperangan ia ikuti. Saat awal memeluk Islam, ibunya mengancam untuk mogok makan dan minum. Dengan harapan, Sa’ad kembali ke ajaran nenek moyang. Namun, hampir sang ibu menemui ajalnya, ancaman itu tetap tidak dihiraukan oleh Sa’ad. Ia tidak menjual keyakinannya dengan apapun, sekalipun dengan nyawa ibunya. Saat periode khalifah Umar bin Khatab, Sa’ad diangkat sebagai gubernur mileter di Iraq yang bertugas mengatur pemerintahan dan sebagai panglima tentara. Sa’ad wafat pada usia 70 tahun (55H atau 676M). Ia di makamkan di tanah Baqi’ 8. Sa’id bin Zaid Sa’id adalah di antara sahabat yang beruntung. Dia masuk islam bersama-sama istrinya, Fathimah binti al-Khattab, adik perempuan ‘Umar bin Khattab. Sa’id membaktikan segenap daya dan tenaganya untuk berkhidmak kepada islam. Ketika memeluk islam usianya belum genap 20 tahun. Sa’id turun berperang bersama Rasulullah dalam setiap peperangan. Ia juga turut bersama kaum muslimin mencabut singasana Kisra Persia. Sa’id pernah diperintahkan Rasulullah memata-matai aktivitas musuh. Ia wafat dalam usia 70 tahun (51H atau 671M) dan di makamkan di Baqi’ Madinah. 9. ‘Abdurrahman bin ‘Auf ‘Abdurrahman bin ‘Auf termasuk tujuh orang yang pertama masuk Islam. Ia termasuk diantara sahabat Nabi yang mempunyai harta melimpah yang didapatkan dengan perniagaan. Kesuksesannya tidak membuat ia lupa diri, ia selalu menafkahkan hartanya dijalan Allah. Bahkan saat ia diberitakan Rasulullah bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat sedekahnya makin membara. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 kuda perang, dan 1.500 ekor unta ia sumbangkan untuk perjuangan Islam.Abdurrahman sempat berhijrah ke Habsyah sebanyak 2 kali. Ia wafat pada umur 72 tahun(32H atau 652M) di Baqi’ 10. Abu ‘Ubaidah bin Jarrah Rasulullah pernah memberikan pernyataan tentang Abu ‘Ubaidah. “Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan, dan sesungguhnya kepercayaan umat ini adalah Abu ‘Ubaidah,” begitu kata Rasulullah. Abu ‘Ubaidah orang yang amanah dan jujur dalam berperilaku. Abu Ubaidah masuk Islam melalui perantara Abu Bakar Ash-Shiddik pada awal kerasulan nabi Muhammad SAW. Ia beberapa kali dipercaya Rasul memimpin peperangan. Ia wafat pada tahun 18H atau 639M. (int)

Rakyat Aceh Adil, Damai dan Demokratis Terbit Sejak 17 Januari 2005 Komisaris Utama : H. Makmur Kasim Komisaris : Marganas Nainggolan Direktur : Syaiful Ishak

Ribuan Polisi Disebar Sambungan dari hal 1

MESKI isi SMS ancaman 36 titik bom mengancam negeri ini dianggap pepesan kosong, namun petugas kepolisian tak mau kecolongan lagi. Sejak kemarin, ribuan personil polisi disebar di titik rawan areal sidang pembacaan vonis Abu Bakar Baasyir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Kamis, 16 Juni 2011. Walau pun Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Baharudin Djafar mengungkapkan, pengerahan ribuan personil polisi hanya untuk mengamankan jalannya sidang, bukan untuk mengantisipasi ancaman bom. “Untuk antisipasi keadaan, kita akan perketat penjagaan di sana dan menurunkan 2 ribu personil untuk berjaga-jaga,” kata Kombes Baharudin Djafar, Minggu (12/6).

Namun, Baharudin mengatakan, isi pesan singkat itu (SMS) hanya omongan pepesan kosong yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. “Itu Hoax saja, tapi tetap kita akan telusuri isi pesannya,” tukasnya. Sementara itu, kemarin, Tim Pengacara Muslim (TPM) menilai teror bom yang beredar via pesan singkat (SMS) hanyalah isapan jempol belaka. Karenanya tidak perlu disikapi secara berlebihan. Dalam kaitan ini TPM curiga pelakunya justru aparat sendiri. “Jangan-jangan malah oknum aparat sendiri yang punya dendam kepada Baasyir. Tapi itu kan cuma isu, gak perlu panik,” kata anggota TPM Mahendradatta. Menurut dia, sepanjang sejarah teror bom di Indonesia, tidak pernah benar-benar terjadi peledakan bom yang diawali dengan teror atau pemberitahuan. Sebaliknya, peledakan bom

selalu terjadi dalam kondisi diam-diam, tanpa perkiraan apalagi pemberitahuan awal. “Dari bom Bali sampai hari ini, tidak pernah pakai ribut-ribut. Kalau pakai ribut-ribut malah enggak benar terjadi, masak mau pasang bom bilang-bilang,” ungkapnya. Kendati demikian, Mahendradatta berharap, pelaku SMS teror ini bisa ditemukan dan diproses secara hukum. Pasalnya, tindakannya ini dia nilai meresahkan masyarakat. Pagi tadi beredar luas SMS ancaman bom yang dikirim dari nomor 082123552496. Berikut isi SMS-nya. “Asslm. Wahai singa2 Tauhid Indonesi apersiapkan mental, fisik & silah yg kalian punya. Utk Jihad Global yg dilaksanakan di PN Jaksel 16 Juni 11. Kami telah memasang 36 peledak di seluruh Indonesia, yg akan meledak bersamaan ketukan palu hakim yg menghakimi Ust Abu Bakar Basyir. Sebarkan berita gembira ini.” (int)

Mitan Capai Rp 12 Ribu/Liter Sambungan dari hal 1

karena PT Pertamina sudah mulai melakukan penarikan minyak tanah bersubsidi. Apalagi menyusul mulai diterapkannya program konversi atau pengalihan penggunaan minyak tanah ke gas elpiji ukuran 3 kilogram beberapa waktu yang lalu. ”Minyak tanah bersubsidi kita harap tidak dicabut sepenuhnya. Kita tidak berani menggunakan kompor gas pemberian itu,”kata Muhammad Azhar, warga Baitussalam Aceh Besar, kemarin. Pemilik warung kopi ini menyebutkan bahwa dirinya dan sebahagian warga lainnya menilai bahwa tabung gas 3 Kg masih menjadi terror yang begitu menakutkan bagi mereka. ” Tabung gas yang diberikan waktu itu saya simpan di luar rumah,”sebutnya. Kata dia, disamping naiknya harga minyak tanah, stok di pangkalan juga sering kosong. Minimnya pasokan minyak tanah juga dirasakan warga Aceh Timur dan Aceh Tenggara. Kata Dahlan alias Apa Kansa warga Aceh Timur, harga minyak tanah di daerahnya Rp 12.000 perliter. “Ini sangat meresahkan bagi kami rakyat kecil yang masih mengunakan mitan sebagai bahan bakar untuk memasak, apalagi warga miskin yang belum berani mengunkan kompor gas

elpiji, “ ujar Apa Kense, mantan Kombatan GAM. Apa Kense meminta, Pemerintah Aceh Timur, terutama pihak DPRK selaku wakil rakyat, agar dapat melakukan evaluasi kelapangan, serta mengambil suatu kebijakan untuk mengatasi melonjaknya harga minyak dewasa ini. “Semoga DPRK Aceh Timur, dan pihak terkait lainya, dapat segera mencari solusi terbaik terkait harga mitan yang semakin tinggi, jika memang subsidi mitan telah dihapus mohon pihak terkait untuk melakukan sosilisasi kepada masyarakat, tentang pengunaan kompor gas elpiji, yang selama ini banyak disimpan masyarakat dikandang ayam mereka, karena tak berani digunakan, maklum saja kami masyarakat kecil yang tak paham dan takut akan bahaya kompor gas tersebut,” imbuh Apa Kense. Mulai Langka Di Aceh Tenggara, Kutacane, kenaikan harga dibarengi langkanya minyak tanah di sejumlah pangkalan. “Bayangkanlah bang,hanya mencari minyak tanah satu liter saja pun kami harus dari pintu kios yang satu ke pintu kios lainnya, terkadang jika kami temukanpun harga yang dipatok sudah di luar harga normal,”kata Asmah salah

seorang IRT di Kecamatan Semadam. Kondisi ini disebutkannya, sudah berjalan beberapa pekan terakhir. Keberadaan minyak tanah tak ditemukan di pangkalan Simpang Kebun Sere. Namun karena jatah minah yang dialokasikan untuk pangkalan tersebut sangat minim. Hal yang sama dikeluhkan oleh Masidah, yang membuka warung kopi dan mie di seputaran Simpang Kebun Sere (Pasar Puntung). Minyak tanah yang ada di pangkalan, ditambahkannya, hanya bertahan dua atau tiga hari saja. Berbeda dengan ungkapan Mah, IRT yang mengaku tinggal berdekatan dengan pangkalan di Simpang Semadam. Warga, menurutnya, tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat jatah minah diturunkan malam hari dan esok pagi harinya tidak ada lagi di pangkalan. Salah seorang penjual minyak tanah di pangkalan Simpang Kebun Sere, Amin mengungkapkan, dirinya masih menjual minyak tanah sesuai aturan pemerintah. Dijelaskan, warga yang datang mencari minah bukan hanya wilayah yang dekat, tapi warga yang tinggal berdekatan dengan pangkalan lain pun datang mencari minah ke Simpang Kebun Sere. “Kita tetap menjual dengan harga yang sesuai, namun jatah minah yang sedikit membuat warga tetap kewalahan,”akhirinya. (yas/slm/amn)

Debit Air Sumur Berkurang Tim Tutup Dua Galian C JANTHO-Dua galian C di Kabupaten Aceh Besar ditutup. Penutupan terkait berkurangnya debit air sumur warga yang bermukim di sepanjang alur sungai Kemireu, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, tepatnya di kawasan Waduk Keliling. Penertiban yang melibatkan Dinas Pertambangan dan Energi, KTSP, BLHPKP/Lingkungan Hidup, personil TNI, Polri, Satpol PP, dan Camat Kuta Cot Glie, Drs Ilyas tersebut, merupakan tindak lanjut surat keputusan (SK) Bupati Aceh Besar tentang penetapan zona larang tambang galian C. Kedua lokasi yang ditutup kemarin berada di kawasan Gampong Leupung, Kecamatan Kuta Cot Glie, dengan pemilik masing-masing yakni M Rizal dan Sulaiman. Asisten II Pemkab Aceh Besar, Drs Zulkifli HS di lokasi penertiban, kemar-

in, mengatakan operasi penertiban dilakukan pihaknya karena dapat mengganggu debit air waduk keliling. “Lokasi ini terpaksa kita tutup karena dapat mengancam penyedian debit air waduk keliling dan juga menyebabkan sumur dan air sungai menjadi kering,” ucap Zulkifli. Pada penertiban dua lokasi tambang pasir galian berlangsung tertib. Kedua pemilik tersebut dibawah pengawalan petugas TNI dan Polri dan dinas terkait memindahkan alat berat miliknya. “Mereka belum diberlakukan sanksi hukum, namun jika masih melakukan penambangan maka Pemkab Aceh Besar akan menyita alat beratnya,” tegas Zulkifli. Selain memaksa pemilik untuk memindahkan alat berat dari lokasi penambangan, tim terpadu juga memasang plamflet penutupan di pintu masuk ke lokasi penambangan. Dari operasi tersebut, Zulkifli berharap, semua

aktivitas penambangan di kawasan zona larang tambang baik di kawasan Krueng Aceh maupun kawasan Waduk Keliling dapat dihentikan. Jika tidak, kedepan akan berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat serta pertanian. “Kami berharap agar para penambang dapat memahaminya. Karena, apa pun program pemerintah jika tidak didukung oleh mereka akan sia-sia,” harapnya. Selain di kawasan Waduk Keliling, penertiban juga dilakukan dilakukan di dua lokasi lain di Kecamatan itu. Namun, diduga karena bocor pemilik lokasi langsung memindahkan alat beratnya ke perkampungan warga. Alhasil, tim tidak menemukan adanya aktifitas penambangan dalam operasi itu. Operasi serupa juga di lakukan di dua kecamatan lainnya yakni di Kecamatan Indrapuri dan Darul Kamal, namun tim tidak menemukan aktifitas pada lokasi yang dilarang (sud)

Potensi Angin Kencang Hingga Dua Bulan ke Depan Sambungan dari hal 1

tingginya intensitas hujan. Hujannya deras tetapi sebentar dan tidak lama,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Indrapuri, Aceh Besar, KJA Damanik ST didampingi Staf Data dan Informasi, Eko Cahyo, PSP, kepada koran ini, Minggu (12/6). Pihaknya melihat, berdasarkan gambar satelit pola angin rata-rata lapisan 3.000 feet atau 900 meter. Maka pada periode akhir Juni ke Juli hingga Agustus, kondisi angin di wilayah Aceh pada bulan Juli umumnya bergerak dari arah utara ke barat laut dengan kecepatan antara 10 km/ jam sampai dengan 28 km/jam. Sedangkan pada Agustus, ujar Eko, angin bergerak dari barat ke barat daya dengan kecepatan berkisar antara 10 km/jam sampai dengan 28 km/jam. Angin dengan kecepatan 10 km/jam sampai dengan 28 km/jam, bisa menyebabkan pohon besar bergoyang. Jika dimisalkan, dengan kecepatan angin seperti itu, akan dirasakan seperti seseorang mengemudi sepeda motor dengan kecepatan 30 atau 40 km/jam. “Saat terjadi angin kencang pada Juli dan Agustus mendatang, tidak terjadi badai maupun hujan yang ekstrem, curah hujan dari sedang hingga lebat dan dalam waktu yang tidak lama. Tinggi gelombang laut di perairan Aceh diperkirakan rata-rata 2-3 meter. Namun, di akhir Agustus sampai dengan awal September 2011, gelombang laut di perairan Aceh bisa mencapai ketinggian rata-rata 5 meter,” tukasnya. Menyikapi cuaca yang bakalan ekstrem seperti itu, pihak Stasiun Klimatologi, Indrapuri, Aceh Besar, sekitar dua minggu atau sebulan sebelumnya akan mengeluarkan peringatan dini untuk menyikapi fenomena alam tersebut. Sementara itu, berdasarkan prakiraan musim yang dikeluarkan Stasiun Klimatologi Indrapuri, wilayah Aceh, secara umum pada bulan Juli dan Agustus memasuki akhir musim kemarau dan diprakirakan musim pancaroba, dari musim kemarau ke musim hujan yang akan terjadi pada akhir Agustus hingga awal September, maka pada musim peralihan musim tersebut, pola pergerakan angin tidak stabil. Hal ini disebabkan adanya pola perubahan pergerakan masa udara dari Benua Asia ke Benua Australia yang melewati wilayah Aceh dengan membawa masa uap air (awan hujan), dan biasanya pola cuaca pada waktu singkat dan dalam cakupan wilayah yang kecil, terjadi seperti hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai angin kencang dan petir. “Saat angin kencang, keadaan langit berwarna gelap pada tempat tertentu dan tidak secara merata. Biasanya pada waktu siang hingga sore hari. Dengan kondisi cuaca seperti ini, jadwal penerbangan akan terganggu, pada waktu tertentu yang tidak bisa kita prediksikan pastinya, namun akan terjadi. Selain itu juga kapal laut dengan berbagai jenis juga akan terganggu pelayarannya karena gelombang laut yang tinggi, mencapai 5 meter,” ujarnya. (ian)

Kayuh Roda Tiga Berharap Hibaan Orang Lain Sambungan dari hal 1

JIKA rangkaian plat besi, dilengkapi bulatan karet, produk moderen, meluncur dengan beraneka mesin, tenaga kuda. Tapi tidak dengan kereta yang satu ini. Tiga roda becak kecil itu, baru bisa berputar, bila dikayuh dengan tangan juga di dorong pakai tongkat kayu oleh sang isteri. Rasa di hati ingin punya becak bermesin, tapi apalah daya, buat makan saja, pasutri miskin ini terpaksa mencari sedekah. Letih memang. Tetapi, apa mau dikata, cuma kenderaan bermesin tenaga itulah, dimiliki Mustafa (56) penderita cacat fisik dan Ainsyah (48) penderita tuna rungu, warga miskin dari Kecamatan Peudada, Bireuen. Demi menopang kebutuhan hidup, rangkaian besi bulat dirancang khusus itu. Sudah enam tahun jadi kenderaan, mencari sedekah dari satu kecamatan ke kabupaten hingga ibu kota Provinsi Aceh. Meskipun belum ada yang membantu membelikan becak bermesin, supaya pasangan suami istri (pasutri) Mustafa dan isterinya. Tidak lelah lagi, mengayuh, pakai tenaga. Tetapi, masih begitu banyak hamba Allah, dari berbagai tempat disinggahi. Ikut prihatin dan turut menyumbang, seribu hingga beribu-ribu rupiah. Semoga, Allah S.W.T, melimpahkan rezeki lebih dan menjadi amal, bagi si pemberinya. Hari berganti tahun, pasutri itu terus larut dalam penderitaan, bahkan harus rela menumpang tinggal sama orang tua, yang juga masih menduduki rumah di tanah wakaf. Capek memang, tetapi kondisi itu tidak menjadi penghalang bagi keduanya. Untuk tetap terus bisa mengumpulkan rupiah, demi memenuhi kebutuhan hidup mereka dan kedua orang tua serta membiayai sekolah seorang anaknya. Bila cinta berangkat dari kejujuran dan dasar saling setia, sampai tuapun kasih sayang itu terus melekat. Berbagai badai datang menghadang, terutama faktor ekonomi semakin

meradang. Tidak membuat mereka, menjadi cengeng. Namun, demi masa depan si buah hati, dan berbakti terhadap kedua orang tuanya. Semakin memacu spirit, lebih giat mencari sesuap nasi, walau pasutri itu rela mengemis. Mustafa dan Ainsyah ditemui Rakyat Aceh, di pinggir jalan, depan Polres Bireuen, magrib kemarin, mengatakan, mereka baru saja pulang mencari sedekah dari Kecamatan Peusangan dan hendak kembali ke Peudada. Pekerjaan itu sudah dilakoni usai gempa dan tsunami 2004 lalu. Becak itu dibuatkan oleh orang tuanya. Kemiskinan melilit ditambah kondisi kedua kaki Mustafa cacat, kalau jalan harus dipapah. Ditambah modal tak ada, untuk bewirausaha, terpaksa membuatnya, mencari sedekah. Anak ke delapan dari sembilan bersaudara buah perkawinan Harun dan Khatijah, menambahkan. Dia tidak bisa jalan dan bisa berdiri juga jalan kalau dipegang, sudah bawaan sejak lahir. Singkat cerita, sekitar dua tahun sebelum mencari sesuap nasi dengan meminta sedekah. Mustafa menikahi Ainsyah janda dua anak itu. Seorang anaknya sudah bekeluarga. Irwandani (14) masih sekolah di SDLB Bireuen, tinggal dengan mereka. “Abeh tsunami, loen jak mieta seudekah ngen becak nyoe. Hek that ka, jinoe ka han ek le, kamoe kayoh ngen teunaga lage nyoe. Katrep seubenarjih loen meuharap jeut meurumpok bantuan becak meusen, tapi gohlomna. Kamoe pieh lawek nyoe, mantong tinggai sajan mak loen, karna gohlomna rumoh droe. Meunan pieh mak loen, mantong tinggai bak tanoh wakeuh,” ujar Mustafa dengan bahasa daerah yang sesekali terbatuk mungkin sebab polusi udara terhirup sepanjang jalan dilaluinya. Apa yang diungkapkan Mustafa artinya “Abis tsunami, saya pergi mencari sedekah dengan becak ini. Capek sekali sudah, sekarang sudah tidak sanggup lagi, kami mengayuh dengan tenaga seperti ini. Sudah lama sebenarnya saya

berharap bisa mendapatkan bantuan becak mesin, tapi belum ada. Kami juga masih tinggal sama mamak saya, karena belum ada rumah sendiri. Begitu juga mamak saya, masih tinggal di tanah wakaf”. Mustafa dan Ainsyah, mengisahkan. Untuk mencari sesuap nasi, aktifitas itu setiap hari dilakukan mulai pukul 07.00 WIB atau pukul 08.00 WIB. Baru pulang ke rumah malam hari, terkadang baru sampai tengah malam. Selain ke Kota Bireuen, untuk mencari penghasilan lebih, mereka juga pergi sampai Panton Labu untuk wilayah timur dan ke barat hingga Banda Aceh. Jika kebanyakan pengemis hijrah mencari sesuap nasi ke luar daerah, menumpang berbagai jenis kenderaan umum. Tidak bagi Mustafa, didampinggi Ainsyah sang isteri tercinta dan sangat setia itu selalu menyertai untuk membantu mengerakkan becak ke tempat tujuan. Bayangkan saja, untuk ke Panton Labu meski secara estafet dan berhari-hari, mereka pergi pakai becak bermesin tenaga itu. Kalau sudah kelelahan mengayuh, selain beristirahat. Ainsyah isterinya yang cukup setia itu, turun untuk mendorong becak sedangkan Mustafa terus berkonsentrasi mengatur arah lajunya. Semua terpaksa dijalani, kalau hanya dikawasan Bireuen dapat Rp 50 sampai Rp 70 sehari. Keluar daerah selama sepekan, bisa mengumpulkan uang sumbangan dermawan hingga Rp 500 ribu. Begitu juga sebaliknya saat pergi ke Banda Aceh dengan tantangan berat sebab banyak jalan bertanjakan dan menurun. Ainsyah, lagi-lagi turun menolak becak itu sampai ke puncak. Saat diturunan Ainsyah naik untuk duduk beristirahat sejenak, lalu turun lagi ditanjakan menguras tenaganya. Begitulah, terus dan terus dari pergi hingga sekembali. Mengumpulkan recehan di ibu kota tempat tinggalnya para raja-raja pemegang nagari, dan tuantuan sukses. Berkat perjuangan berat itu, uang Rp 700 ribu, terkadang bisa didapat, tentu tidak

terlepas juga dari besarnya kepedulian, para hamba-hamba Allah, disana. “Meuyoe ue timue kamoe jak troeh ue Panton Labu, Menyoe ue barat troeh ue Banda Aceh. Meunyoe kaheuk kayuh becak engen jaroe dan tuengkat. Ainsyah treun tulak sira diejak, meunan siet wate katroeh bak ceout. Ainsyah jietren tulak loem. Meunan katroeh bak seuneuron, jieek lom. Wateu ka malam, kamoe eh bak terminal. Meuyoe kamoe jak troeh Panton Labu, na meurumpoek peng Rp 500 ribu, ue Banda Aceh Rp 700 ribu, sigee jak troeh sigee minggu,” ungkap Mustafa dibenarkan Ainsyah. Kata dia dalam bahasa Indonesia, kalau ke timur kami pergi sampai ke Panton Labu, kalau ke barat sampai ke Banda Aceh. Kalau sudah capek (kelelahan-red) dayung becak dengan tangan dan tongkat. Ainsyah turun tolak sambil jalan, begitu juga saat sudah sampai ditanjakan, Ainsyah turun tolak lagi. begitu sudah sampai diturunan, dia naik lagi. Waktu sudah malam, kami tidur di terminal. Kalau kami pergi sampai Panton Labu, ada dapat uangRp500ribu,keBandaAcehRp700 ribu, sekali pergi sampai satu minggu. Hari semakin larut, rasa letih abis menantang setengah perjalan dari sepulangnya dari Peusangan, pasutri itupun pamit hendak meneruskan perjalan agar tidak kemalam tiba dirumahnya. Masih sekitar 6 kilometer lagi sampai ke Kota Bireuen dan 10 kilometer lebih ke Peudada, dari titik pertemuan dengan Rakyat Aceh, semalam. “Loen meuharap na ureueng teum peudulie ngen nasib kamoe nyoe, karna cukop heek ka lageunyoe sabe. Meunyoe na ureueng nyang sayang keu kamoe, kamoe meuharap jeut geubantu becak meusen, bah kamoe jeut mudah mieta raseki.” Saya berharap ada orang mau peduli dengan nasib kami ini, karena capek sekali sudah seperti ini selalu. Kalau ada orang yang sayang dengan kami, kami berharap bisa dibantu becak mesin, supaya kami bisa mudah mencari rezeki. Harap Mustafa dan Ainsyah. (*)

Pemimpin Umum/Pemimpin Perusahaan/Penanggung Jawab : Syaiful Ishak, Wakil Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi : Riza Budiwan. Wakil Pemimpin Perusahaan : Imran Joni. Dewan Redaksi : Syaiful Ishak (Ketua), Riza Budiwan, Amru Lubis, Imran Joni, Idris Bendung, M. Susahdi. Redaktur Pelaksana : Amru Lubis. Koordinator Liputan: M. Susahdi. Redaktur: Rahmat Syahputra, Al Amin Zakir, Erwinsyah Putra. Ass. Redaktur: Sudirman Mansyur, Sekretariat Redaksi : Fatimah Zuhra. Wartawan: Hendra Handayan (Sabang), M. Khaddin, Sulaiman, Dian Emsaci (Banda Aceh), Denny Sartika (Meulaboh), Isfandiar (Sigli), Rahmat Hidayat (Bireuen), Armiadi, Agustiar (Lhokseumawe), Sirajul Munir (LhoksukonAceh Utara), Roni Juanda (Takengon), Ray Iskandar (Idi Rayeuk-Aceh Timur), Bahtiar Husein (Langsa), M. Nurdin, (Kuala Simpang), M. Alman Safriandi (Blangpidie), Amirinsyah (Kutacane), Bambang Yudi (Blangkejeren). Pracetak/Pewajahan : Turimin (Manager), Iswendy, Muhajir, Zulfan Effendi, Padan Mulya S, Heriyanto, Puji Ardiansyah. Umum/Adm/Keu. Dirma Jelita Gea, Suryanie, Efridwati, Nourwahyuni. Pemasaran/Sirkulasi : Ansor Khawari (Manager Pemasaran), Junaidi (Kabag. Pemasaran), Muzakir, Putra, Hakim Syahputra, Biro Bireuen : Bahrul Walidin. Biro Lhokseumawe : Idris Bendung (Ka. Biro). Iklan : Ansor Khawari (Manager Iklan), M. Faisal Azhari (Design Iklan). Alamat Redaksi/Pemasaran/Iklan : DR. Mr. H. Muhammad Hasan, SP Batoh Banda Aceh, Tlp (0651) 35478, Fax (0651) 31341. Aceh Utara : Jl. Baiturrahim No. 15 Tlp. (0645) 42538 Lancang Garam Lhokseumawe. Medan : Graha Pena Medan, Jl. Sisingamangaraja Km, 8,5 No. 134 Amplas-Medan . Tlp. (061) 7883059, Fax (061) 7883060. Jakarta : Jalan Raya Kebayoran Lama 17 Jaksel Tlp. (021) 5349205/534926, Fax (021) 53490522. E-mail : metroaceh@gmail.com/rakyataceh@yahoo.com. Website :www.rakyataceh.com. Tarif Iklan: Hitam/Putih (B/W) Umum/Display Rp. 7.500/mm kolom (Khusus Halaman 1 Rp. 17.500/mm kolom, Halaman 8 Rp. 10.000/mm kolom). Iklan Keluarga/Ucapan Selamat Rp. 4.500/mm kolom, Iklan Warna (Full Colour) Rp. 17.500 mm/kolom). (Khusus Halaman 1 Rp. 22.500/mm kolom, Halaman 8 Rp. 17.500/mm kolom). Harga Iklan ditambah PPN 10%.Rekening A/n. PT. Aceh Intermedia Pers, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kota Banda Aceh No. Rek : 010.01.05.570145-7 dan Bank Syariah Mandiri Pusat Kota Banda Aceh No. Rek : 0100311937, Penerbit: PT. Aceh Intermedia Pers. Pencetak : PT. Medan Graindo, Graha Pena Medan, Jl. Sisingamangaraja Km 8,5 No. 134 Amplas Medan. Tlp : (061) 7881661 (Hunting). Isi di luar tanggungjawab pencetak.

Wartawan Harian Rakyat Aceh dilengkapi dengan ID Card dan atau surat tugas yang ditandatangani oleh Pemimpin Redaksi dan tidak dibenarkan meminta dan menerima sesuatu dari narasumber. Segala hal berkaitan dengan tindak tanduk wartawan Rakyat Aceh, diminta menghubungi Sekretariat Redaksi


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.