Bali Post - Kamis, 27 Agustus 2009

Page 4

KABUPATEN

4 SOSOK

Dua Kelompok Warga Bersitegang Mading Lantas

SUASANA baru akan terlihat beberapa hari ini di Polres Gianyar. Kesan kreatif sekaligus upaya sosialisasi dalam program dan proses pelayanan yang dilakukan jajaran Lantas Polres Gianyar dikemas sedemikian rupa dalam sebuah majalah dinding (mading) yang dibuat khusus oleh anggota Lantas BP/dar Polres Gianyar. Meski dengan kesederhanaan, makna dan pesan yang disampaikan kepada masyarakat yang berkunjung ke Polres sangat dalam. Mading Lantas yang kini sudah mulai dipasang ini merupakan ide dari Kasat Lantas Polres Gianyar AKP Bima Aria Viyasa, SIK. Lelaki asal Singaraja ini menyebutkan ide majalah dinding yang dibuat Satuan Lantas ini berawal dari adanya masyarakat yang membaca-baca papan pengumunan yang hanya berisi perintah tugas. Dengan adanya minat masyarakat yang datang ke Polres, baik untuk mencari pelayanan maupun menjenguk keluarga yang sedang ditahan atau urusan lainnya, terlintas gagasan untuk memajangkan sejumlah ringkasan informasi baik yang diambil dari koran, dokumen kegiatan Lantas, proses pelayanan SIM ataupun STNK. “Hal ini tentunya bermanfaat bagi masyarakat maupun anggota. Rencananya, Mading Lantas yang dibuat ini akan diresmikan, Jumat mendatang,” ujar Perwira yang suka kegiatan fotografi ini. (dar)

LINTAS

Kamis Paing, 27 Agustus 2009

DEWATA

Proyek Tugu Pahlawan Tirtagangga KARANGASEM - Klian Banjar Dinas Tanah Lengis Desa Ababi, Karangasem, Wayan Mustika, Rabu (26/8) kemarin, mempertanyakan proyek pembangunan tugu pahlawan di areal parkir objek wisata Tirtagangga. Proyek itu sudah rampung, namun selama ini tak pernah dilihatnya ada papan proyek yang terpasang. Pembangunan itu tanpa ada sosialisasi dengan masyarakat. Dia juga mempertanyakan, kenapa tugu seperti itu dibangun di areal parkir, sementara lokasi parkir itu sudah termasuk sempit. Di pihak lain, warga di Tanah Aron, Desa Buana Giri mengeluhkan jalan ke Tugu Pahlawan Tanah Aron itu rusak, namun sampai kini belum mendapatkan perbaikan. Tugu dan bangunan yang ada di lokasi yang pernah terjadi perang antara pejuang rakyat Bali dengan tentara Belanda yang banyak menelan korban jiwa itu, malah belum mendapat pemugaran. (013)

Pegawai Dispenda Diminta Jujur BANGLI - Mencuatnya dugaan terjadinya kebocoran retribusi pariwisata dan PHR mencapai 50 persen, menyebabkan Wabup Bangli I Made Gianyar, S.H., M.Hum. ikut bergerak mencari bukti serta kebenaran informasi yang disampaikan. Di sisi lain, kalangan DPRD Bangli mendesak supaya pegawai Dispenda Bangli bersikap jujur. Sejumlah kalangan DPRD Bangli juga siap menyampaikan fakta-fakta ke arah itu. Wabup Bangli, Rabu (26/8) kemarin, mengatakan pihaknya belum berani beropini lebih jauh seputar persoalan ini. Pihaknya akan melakukan penelusuran ke lapangan atas dugaan yang disampaikan sejumlah anggota DPRD Bangli, dugaan kebocoran retribusi pariwisata dan PHR yang konon mencapai 50 persen itu. (kmb17)

Pengukuran Tanah Sengketa di Lemukih Batal Singaraja (Bali Post) -

Seperti diperkirakan, pengukuran yang dilakukan petugas Kantor Pertanahan (KP) Singaraja atas tanah sengketa di Desa Lemukih Kecamatan Sawan, Buleleng, Rabu (26/8) kemarin, akhirnya batal. Pasalnya, dua kelompok warga yang berebut tanah itu nyaris bentrok dan terus bersitegang hingga Rabu sore kemarin. Kelompok warga dari Desa Adat Lemukih mengerahkan ratusan warga untuk mendampingi petugas yang hendak mengukur tanah sengketa tersebut. Sementara kelompok warga dari pemilik sertifikat atas tanah tersebut dan yang menolak pengukuran itu, juga tak mau kalah. Meski jumlahnya jauh lebih kecil, namun kelompok warga pemegang sertifikat itu ngotot menghadang petugas yang hendak melakukan pengukuran. Akhirnya, atas pertimbangan faktor keamanan, petugas Kantor Pertanahan Singaraja pulang sebelum sempat melakukan pengukuran. Petugas BPN yang dipimpin langsung Kepala Kantor Pertanahan Singaraja Nyoman Supardan memilih kabur dari Desa Lemukih. Pantauan di lapangan, dua kelompok warga itu sudah berkumpul di dua lokasi berbeda sebelum petuags dari KP Singaraja datang. Warga Desa Adat Lemukih berkumpul di Kantor Kepala Desa Lemukih, sementara kelompok pemegang sertifikat memblokir jalan di

depan Balai Dusun Buah Banjah Desa Lemukih. Warga dari pemegang sertifikat yang di antaranya membawa senjata itu bersikeras melarang siapa pun masuk ke tanah yang diakui sebagai tanah mereka. Sementara itu, warga dari Desa Adat Lemukih yang berpakaian adat madya juga membawa kayu berujung runcing. Sekitar pukul 10.00 wita, Kepala Kantor Pertanahan Singaraja bersama rombongan tukang ukur datang ke lokasi. Dengan dikawal ketat jajaran Polres Buleleng, mereka menuju lokasi sengketa. Namun, rombongan tertahan di depan Balai Dusun Buah Banjah lantaran ratusan warga pemegang sertifikat tetap menolak pengukuran tersebut. Kuasa Hukum Pemegang Sertifikat, Ketut Kesuma, S.H., mengatakan pihaknya tidak menghalangi petugas untuk melakukan pengukuran, sepanjang dasar hukumnya jelas. “Tanah siapa saja yang diukur, lokasinya mana, batas-batasnya mana, harus jelas dulu. Kalau mengukur di atas tanah klien kami, jelas

kami keberatan,” kata Ketut Kesuma di hadapan petugas. Situasi mulai memanas, ketika upaya negosiasi tidak membuahkan hasil. Saat itu, Kepala Kantor Pertanahan Singaraja mengutarakan bahwa pengukuran itu dilakukan berdasarkan perintah dari BPN pusat dan provinsi. Pihaknya hanya menjalankan tugas pengukuran sebagai inventaris data, karena semua data menyangkut tanah yang disengketakan ikut terbakar saat aksi pembakaran tahun 1999 lalu. Namun masa pemegang sertifikat tetap ngotot menolak pengukuran. Akibat penolakan ini, kuasa hukum warga adat, Wayan Ariawan, S.H., sempat bersitegang dengan warga pemegang sertifikat. Warga desa adat dam warga pemegang sertifikat sempat hendak saling serang, namun petugas berhasil melerainya. Namun, hingga sore kemarin, situasi tetap memanas karena masa dari Adat Lemukih ngotot ingin menerobos penghadangan dari warga pemegang sertifikat. (kmb15)

Bali Post/ole

TEGANG - Suasana tegang di Desa Lemukih saat terjadi pengukuran tanah yang menjadi sengketa antara Desa Adat Lemukih dengan warga yang memegang sertifikat atas tanah tersebut.

Tabanan Diguncang Rabies Seorang Warga Meninggal Tabanan (Bali Post) Setelah Badung khususnya daerah Kuta Selatan sempat terjangkit rabies, kini Tabanan diguncang hal yang sama. Menyusul meninggalnya Nyo-

Dipecat dari Banjar Pancingan

Parsuwi Bingung Cari Banjar Baru Semarapura (Bali Post) Sanksi pemecatan dari banjar adat betul-betul berdampak negatif terhadap warga yang terkena sanksi. Ini dialami Ketut Parsuwi, warga adat Pancingan, Kusamba, Dawan, Klungkung. Dia bersama keluarganya kebingungan mencari banjar baru setelah dipecat dari Banjar Pancingan. Bersama keluarganya dia menetap di wilayah Banjar Bias, Kusamba (sebelah selatan Banjar Pancingan). Namun, keberadaannya tak diakui sebagai krama adat oleh Banjar

Bias. Laki-laki 60 tahun itu juga pernah mengajukan diri sebagai krama adat Banjar Anyar dan Banjar Batur Desa Kusamba. Namun, kedua banjar adat tersebut menolaknya. Sebab, Parsuwi tidak mengantongi surat pindah dari prajuru Banjar Pancingan (banjar asalnya). Alasannya, Parsuwi sudah dipecat dari Banjar Pancingan sehingga yang diterima hanya berupa surat pemecatan. Pemecatan terhadap Parsuwi dilakukan Banjar Pancingan melalui voting warga dalam sebuah paruman. Voting pemecatan dilaksanakan karena bapak tiga anak dan tiga cucu itu dianggap melecehkan adat dengan mengancam membongkar meteran listrik di banjar adat. Saat itu, tengah berlangsung upacara pamelaspas dan pelak-

sanaan agni hotra banjar. Parsuwi juga dianggap membangkang karena menolak menandatangani pernyataan kebulatan tekad dalam proses penyusunan awig-awig adat dan tiga kali tidak hadir dalam paruman adat untuk mengklarifikasi soal ancamannya memecahkan meteran listrik. Padahal, untuk menghadiri paruman tersebut, Parsuwi berulang kali dijemput pecalang dan klian banjar. Sebelum dipecat, Parsuwi menerima surat kapengging (pemecatan sementara) dari adat tertanggal 25 Januari 2008. Parsuwi diberi batas waktu enam bulan untuk mengajukan permintaan maaf. Nyatanya, tidak dilakukan sehingga warga Pancingan dalam sebuah paruman memutuskan memecat Parsuwi

dari Banjar Adat Pancingan untuk selamanya. Parsuwi mengaku menerima keputusan tersebut. Memang, sebelumnya dia mengaku sudah meminta maaf terkait ancaman pembongkaran meteran listrik. Namun, kata dia, prajuru Banjar Pancingan tak merespons. “Sebenarnya saya ingin mabanjar di banjar lain (Banjar Anyar dan Batur), tetapi ditolak karena saya tak mengantongi surat pindah dari prajuru Banjar Pancingan,” ujar Parsuwi di rumahnya, Rabu (26/8) kemarin. Diakuinya, kondisinya saat ini sangat mengkhawatirkan keluarganya. Apalagi ketika terjadi kematian. “Di mana saya melakukan penguburan,” tanyanya. (kmb20)

man Diadnya (55), warga Desa Buahan Kecamatan Tabanan karena penyakit rabies, Sabtu (22/8) lalu. Ia tercatat orang pertama yang meninggal dalam kasus rabies di Tabanan. Kepala Dinas Kesehatan Tabanan dr. I Ketut Sumiarta, Rabu (26/8) kemarin, mengatakan laporan hasil tes laboratorium belum diterimanya. Namun, dia mengaku telah menerima hasil secara lisan yang menyatakan korban meninggal positif karena rabies. Korban yang bekerja di sebuah toko bangunan ini pernah digigit anjing 20 April 2009 lalu. Ia digigit anjingn di rumah seorang pembeli bahan bangunan di Desa Buahan. Korban sempat dirawat di BRSUD Tabanan yang kemudian dirujuk ke RS Sanglah. Hal ini dibenarkan Direktur RSUD Tabanan dr. Gede Wiryana Patra Jaya. Meninggalnya korban karena rabies membuat masyarakat berupaya memusnahkan an-

jing-anjing liar di Desa Buahan. Kasus tewasnya warga karena rabies ini merupakan kasus pertama terjadi di Kabupaten Tabanan sejak merebaknya kasus ini di Bali. Sementara itu, Ni Nyoman Sirip (70), warga Jalan Rama No. 9 Pangkung Prabu, Delod Peken, Tabanan, Selasa (25/8) lalu pukul 13.05 digigit anjing yang diduga terjangkit rabies di dekat rumahnya. Anjing milik tetanganya itu menggigit bagian jempol kaki kanan korban hingga putus. Ironisnya, putusan jempol itu langsung dimakan anjing tersebut. Anjing tersebut menggigit dengan sangat ganas dan tidak mau melepaskan gigitannya hingga harus dibunuh warga lainnya. Sirip yang dibawa ke BRSUD Tabanan juga langsung dirujuk ke RS Sanglah. Namun belum diketahui, apakah korban dinyatakan positif rabies atau tidak. (kmb14)

C.417770-pgbt-2


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.