Edisi 06 Agustus 2010 | Balipost.com

Page 3

KOTA

Jumat Umanis, 6 Agustus 2010

3

Polda Tangkap Pemasok Narkoba ke Bali

Gerebek Dua TKP, 879 Butir Ekstasi Diamankan Denpasar (Bali Post) -

Bali Post/eka

PUTUSAN - Terdakwa Nyoman Suteja dan Sanggra tertunduk mendengarkan pembacaan putusan saat sidang di PN Denpasar, Kamis (5/8) kemarin. Kedua terdakwa dijatuhi hukuman satu tahun penjara terkait kasus korupsi dana B-Art ISI Denpasar.

Kasus Korupsi di ISI

Suteja dan Sanggra Divonis Setahun Penjara Denpasar (Bali Post) Terdakwa Nyoman Suteja dan Nyoman Sanggra yang diduga melakukan korupsi pada dana hibah B-Art di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, divonis setahun penjara pada sidang di PN Denpasar, Kamis (5/8) kemarin. Keduanya dinyatakan bersalah melanggar pasal 3 jo pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang telah diubah dengan UU No. 20 tahun 2001 tentang perubahan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor. Selain hukuman badan, kedua terdakwa diwajibkan membayar uang pengganti secara tanggung renteng sebesar Rp 272 juta, subsider enam bulan kurungan. Keduanya juga diharuskan membayar denda Rp 50 juta, setelah putusan tersebut memiliki kekuatan hukum tetap. Hukuman yang diterima terdakwa jauh lebih ringan dari tuntutan JPU Ridwan Kadir yang sebelumnya mengajukan tuntutan 4 dan 3,5 tahun bagi Suteja dan Sanggra. Meski mendapat pengurangan hukuman, kedua terdakwa langsung menyatakan banding. ‘’Kedua klien kami langsung menyatakan banding, karena merasa tidak mendapat keadilan atas hukuman tersebut,’’ jelas kuasa hukum Ketut Rinatha. Majelis hakim yang diketuai Ida Komang Wijaya Adhi dalam pertimbangan hukumnya sedikit bertentangan dengan pertimbangan jaksa. Seperti dalam hal kerugian negara, bila jaksa menyatakan akibat perbuatan terdakwa menyebabkan negara dirugikan sekitar Rp 622 juta, tidak demikian halnya dengan hakim. Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, terdakwa tidak mampu mempertanggungjawabkan sekitar Rp 272 juta. Sisanya, sesungguhnya mesti dipertanggungjawabkan pihak lain yang ikut menggagas penggunaan dana hibah B-Art itu. Dalam pertimbangan lainnya, majelis hakim menyatakan terdakwa hanya bertugas menjalankan perintah dari atasan. Maka dari itu, pihak yang memerintah itu sesungguhnya juga pantas ikut mempertanggungjawabkan kerugian negara yang terjadi. Dengan kata lain, siapa pun yang ikut rapat, berinisiatif dalam rapat pembahasan dana hibah B-Art, juga bisa dimintai pertanggungjawabannya. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pascagejolak perebutan kursi Rektor ISI Denpasar, tiba-tiba mencuat kasus dugaan korupsi pada dana hibah B-Art dengan menyeret Sanggra dan Suteja sebagai pelakunya. Belakangan Prof. Dr. Wayan Rai juga telah ditetapkan sebagai tersangka. (015)

Jajaran Dit. Narkoba Polda Bali membongkar bisnis narkoba lintas pulau. Dua TKP digerebek, dan polisi menyita 879 butir ekstasi, Kamis (5/8) kemarin pukul 00.30 wita. Terungkap, ribuan butir pil setan dipasok dari Bondowoso, Jatim dan diedarkan oleh Miftach Farid Artawan (20). Tersangka justru mengaku hanya sebagai kurir, sementara narkoba yang dipasok dari Jatim milik bandar kelas kakap berinisial AD. Pada acara jumpa pers di Mapolda Bali, Kamis (5/8) kemarin, dibeberkan dua TKP yang digerebek polisi, masingmasing tempat kos Jalan Raya Pemogan, Gang Sawah No. 1 kamar No. 25 Pemogan Denpasar dan Perumahan Dalung Permai Blok PP No. 3 kamar No. 5, Dalung, Kuta Utara. Hasilnya, 879 butir ekstasi senilai ratusan juta rupiah disita petugas dan diduga ribuan butir lagi sudah beredar di masyarakat. Dir. Narkoba Polda Bali Kombes Pol. Mulyadi mengatakan, semula polisi menerima laporan dari masyarakat terkait gerakgerik pelaku. Informasi lain, tersangka Artawan membawa paketan narkoba jenis ekstasi dari Bondowoso. Pasukan yang diterjunkan Kombes Mulyadi langsung melakukan pengintaian, dan menemukan alamat sasaran operasi. ‘’Begitu dapat alamat orang yang kita curigai, anggota pun melakukan penggeledahan di dua TKP,’’ tegasnya didampingi Kabid Humas Polda Bali Kombes Gde Sugianyar Dwi Putra. Dia membenarkan dari tempat kos tersangka Artawan ditemukan sekitar 879 butir ekstasi berbagai merek. Barang bukti dan pelaku langsung diamankan di Mapolda Bali. Kombes Mulyadi menyatakan, tersangka saat diperiksa mengaku hanya diberi tugas untuk mengedarkan ekstasi kepada pembeli di wilayah Bali. Teknik yang dipakai adalah sistem tempel. Artinya, tersangka tidak bertemu secara langsung dengan pembeli. ‘’Tersangka biasanya menaruh pesanan narkoba di pohon, atau tempat sampah dan bahkan bebatuan,’’ ucapnya seraya menyebutkan, transaksi baru dilaksanakan bila ada pesanan. Sejak kapan Artawan memasok narkoba dari Jatim ke Bali? Sesuai hasil pemeriksaan, pel-

Sidang Kasus Pembunuhan Gede Heru

Saksi Mengaku Melihat Saat Parang Dibacokkan Denpasar (Bali Post) Kasus pembunuhan korban Gede Arya Heru Wibawa yang diduga dilakukan Wayan Darta dan Made Swastika mulai menemukan titik terang. Setelah saksi sebelumnya memberikan keterangan abu-abu, saksi Heriyanto pada sidang di PN Denpasar, Kamis (5/8) kemarin, secara tegas menyatakan melihat dengan kepala sendiri terdakwa Made Swastika menusuk korban dengan sebilah parang. Sementara peran terdakwa Wayan Darta tidak dilihat saksi. Kehadiran saksi yang mendapat pengawalan ketat petugas keamanan ini, mengundang perhatian pengunjung sidang. Masalahnya, saksi inilah yang dinilai sebagai saksi kunci pembuka tabir kematian mantan pesilat andalan Bali ini. Di depan sidang yang dipimpin majelis hakim yang diketuai Djumain, saksi menyatakan yang terlebih dahulu tiba di hall Kafe Mirama adalah korban Heru. Menyusul beberapa menit kemudian dirinya, yang kebetulan pada akhirnya duduk satu meja.

Saksi kemudian menjelaskan fakta yang diketahuinya. Tiba-tiba saja dilihatnya terjadi keributan antara pengunjung yang duduk di meja sebelahnya dengan Heru. Heru dilihatnya sedang berbicara dengan terdakwa Wayan Darta yang kebetulan sedang duduk di sofa. Sementara di belakangnya dilihatnya Swastika sedang memegang parang, seolah mengancan keselamatan Heru. Melihat kondisinya terancam, Heru kemudian lari ke luar ruangan yang selanjutnya dikejar terdakwa bersama teman-temannya. Saksi kemudian juga bergegas ke luar ruangan. Dilihatnya terdakwa Swastika membacokkan parang yang dibawanya. Ditanya kenapa tidak berusaha melerai, saksi beralasan tidak berani mengingat ada pihak yang membawa senjata tajam. Setelah keributan berhenti, pihaknya kemudian mendekati Heru yang berusaha lari ke pinggir jalan. Heru lalu diboncengnya, untuk selanjutnya menuju RS Sanglah. Di depan Balai Banjar Kaja Sesetan, saksi sempat minta pertolongan untuk membantu

membawa Heru. Namun tidak mendapat tanggapan serta akhirnya diputuskan dibawa ke RS Sanglah. Setibanya di RS Sanglah, saya kemudian pulang. ‘’Saat itu pula saya sampaikan kepada teman-teman bahwa Heru kena tebas,’’ ujar saksi Heriyanto, yang kemudian mengaku Heru telah meninggal beberapa saat kemudian. Kuasa hukum Zahir Rusyad, S.H., M.Hum. tampak berusaha mencecar pertanyaan menyudutkan kepada saksi. Namun upayanya gagal, karena saksi tetap bertahan pada keterangannya. Hakim Djumain sempat pula mengetukkan palu berulang kali, setelah terjadi perdebatan sengit antara JPU Eddy Arta Wijaya, Agung Kusumajaya dengan kuasa hukum Zahir Rusyad, S.H., M.Hum. Berikutnya jaksa menghadirkan saksi Made Ngawit, Sudiasa Atmaja dan Ni Komang Adi Sulistari. Namun keterangan saksi lebih banyak menyatakan tidak tahu perbuatan terdakwa, sampai menyebabkan korban meninggal dunia. (015)

aku sudah menjalani bisnis sejak tiga bulan terakhir. Kombes Mulyadi menyebutkan, tersangka sudah beberapa kali melakukan pengiriman ekstasi dari Bondowoso ke Bali lewat jalur darat. ‘’Pelaku membawa kendaraan sendiri, dan data terakhir dia membawa 1.000 butir ekstasi,’’ paparnya. Polda Bali kini mendalami bagaimana tersangka bisa lolos dari pemeriksaan di Pelabuhan Gilimanuk. Informasi terakhir, Artawan malah diduga sudah memasok ribuan butir ekstasi ke Bali. Dia membawa 1.000 butir ekstasi sekali jalan. Tersangka menyebutkan, pemilik ekstasi yang disita polisi adalah bandar asal Bondowoso berinisial AD. Bos narkoba itu sedang berada di Bondowoso dan dalam pengejaran petugas. Artawan malah mengaku hanya dua kali bertemu dengan bandar AD. Tersangka kenal AD saat konser musik di Jember. Lantas, Artawan ditawari pekerjaan untuk mengedarkan ekstasi ke Bali, bisik polisi. Artawan mengaku dapat upah Rp 5 ribu untuk satu butir pil setan. Dia dapat menjual antara 7 sampai puluhan butir per hari, dengan harga Rp 200 sampai Rp 300 ribu per butir. Selain menangkap kurir narkoba itu, Polda Bali juga meringkus dua orang pemakai narkoba masingmasing Wayan Suamba dan Munawir, Selasa (3/8). Suamba diciduk di depan KFC Sanur, Denpasar Selatan. (kmb10)

NARKOTIKA - Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol. Gde Sugianyar menggelar barang bukti narkotika beserta tersangkanya di Mapolda Bali, Kamis (5/8) kemarin. Bali Post/eka

Warga Belanda Tewas di Kamar Hotel Denpasar (Bali Post) Turis berkebangsaan Belanda, Johanes Hendrikus (60), ditemukan tewas tergantung di salah satu kamar Hotel Kuta Beach Club, di Jalan Bakungsari Kuta. Jenazah WNA yang sudah menetap di Singaraja ini ditemukan tergantung di plafon. Anehnya, pada kedua tangan dan kaki korban terikat lakban. Polisi belum bisa memastikan penyebab tewasnya Johanes. Informasi di lapangan

menyebutkan, korban pertama kali ditemukan oleh karyawan room boy, Rabu (4/ 8) sekitar pukul 17.30 wita. Leher pria kelahiran 11 Desember 1950 itu terikat dengan tali rafia warna hitam dan tergantung di plafon kamar. Cuma, kaki korban terlihat menyentuh tanah. Kedua tangan dan kaki Johanes juga terikat dengan lakban. Korban chek in pada 23 Juli 2010, dan berencana chek out, Rabu kemarin. Kini mayat korban yang

masih mengenakan kemeja warna putih ini dibawa ke Rumah Sakit Sanglah untuk dilakukan otopsi. Kapolsek Kuta AKP Wimboko saat dimintai konfirmasi mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil otopsi rumah sakit. ‘’Apakah korban meninggal karena dibunuh atau bunuh diri, belum bisa dipastikan,’’ paparnya seraya menyebutkan, secara kasat mata, tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan. Soal lakban yang

mengikat kaki dan tangan korban, polisi juga masih mendalami. Hanya saja dari dugaan awal, lakban itu sengaja diikatkan sendiri oleh korban. ‘’Lakbannya terlihat belum putus,’’ tambahnya. Dari hasil olah TKP, ditemukan nomor telepon atas nama Nigel, beberapa barang berharga juga masih terlihat utuh. Hingga pukul 20.30 wita kepolisian masih melakukan identifikasi. ‘’Kami masih dalami penyebabnya,’’ kata Kapolsek Wimboko. (jep)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.