Edisi 23 Mei 2010 | Balipost.com

Page 18

HIBURAN

18

Minggu Umanis, 23 Mei 2010

Soendari Soekotjo:

Christine Hakim:

Keroncong dan Jamu

Indonesia Kehilangan Akar Budaya

BICARA ihwal musik keroncong dan jamu, bagi seorang Dr. Soendari Soekotjo, M.M. (42), sama penting. Bahkan, Soendari Soekotjo begitu namanya ditulis dalam ejaan lama, acap menerangkan seputar jamu habis bersalin atau jamu awet muda sembari melantunkan sebuah lagu keroncong ‘’Sapu Lidi’’. Memang, dia berupaya mengangkat citra jamu dengan keroncong. Jamu dan musik keroncong adalah aset berharga dan penting bagi bangsa Indonesia. Ini merupakan pelestarian tradisi dan budaya. Jangan sampai jamu dan keroncong dicaplok dan diakui negara tetangga sebagai budaya mereka. ‘’Nah, generasi muda kita perlu mengetahui dan melestarikan jamu dan keroncong,’’ kata Soendari yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Kesetiaan Soendari pada jamu dari Nyonya Meneer yang bahan-bahannya diambil dari tumbuhan yang ada di Indonesia seperti akar, daun, buah, bunga maupun kulit kayu, serta kesetiaannya pada musik keroncong menjadikan salah satu alasan perusahaan jamu terbesar di Semarang ini memilih Soendari sebagai ambasador untuk produk jamu habis bersalin. ‘’Kata eyang saya, jika meracik jamu sendiri selalu mendengarkan musik keroncong. Demikian pula jika beliau merasa sedih, senang dan sakit, ingin diputarkan lagu India dan lagu keroncong. Saya pun ketika melahirkan anak, selalu minta didengarkan musik keroncong yang bisa menenangkan jiwa. Benar juga kata Pak Fanny Habibie yang saya kenal, tidak ada musik keroncong, tidak ada hidup,’’ terang Soendari yang bulan silam menghibur masyarakat Belanda di Den Haag dengan sederet lagu keroncong. Jelas, jamu dan keroncong di tangan Soendari bisa menyatu dan bersinergi luar biasa. Jadi, tugas Soendari, adalah menjamukan keroncong atau mengeroncongkan jamu? Ini terobosan baru dan unik. Setelah mbakyu Waljinah yang menyanyikan lagu keroncong langgam Jawa, Soendari Soekotjo adalah maestronya keroncong di Indonesia, kali ini yang bicara Charles Saerang, generasi ketiga Nyonya Meneer. (pik)

Minggu, 23 Mei 2010 05.52 05.54 05.56 06.00 06.05 06.35 07.05 07.35 08.05 09.00 10.00 10.30 11.30 12.00 12.30 13.00 13.15 13.30 14.30 15.00 15.30

Mars Indonesia Raya Mars Bali Jagadhita Lagu Ngastitiang Bali Puja Trisandya Dharma Wacana Kuningan Seputar Bali Pagi Sehat Bugar Klip Bali Anak Yoga Taman Sari TK Titi Dharma Boga Dewata Mutiara Hati Dunia Otomotif Dharma Wacana Pitra Yadnya Bag.3 Kilas Sijar Klip Bali Klinik Totok Perut Sijar Renungan Gede Prama Beragama Yang Indah Bag.3 Happy Holy Kids Nangun Yadnya

16.00 17.00 17.05 17.30 18.00 18.10 18.30 19.00 19.30 20.00 21.00 21.30 21.35 22.00 22.05 22.35 23.00 23.30

Karya Agung Mamungkah, TawurBalik Sumpah, Padudu san Agung di Pura Penata ran Banjar Lebah Desa Pakraman Semarapura Harmoni Bali Sekilas Berita Olahraga Dharma Wacana Pitra Yadnya Bag.4 Puja Trisandya Seputar Bali Klip Bali Telekuis Klip Bali Bisnis Bali Lila Cita Lintas Mancanegara Sekilas Berita Taksu Sekilas Berita Kris Lila Cita VOA Fearless Music SMS Chatting

BINTANG film senior Christine Hakim menilai Indonesia makin terasa kehilangan akar budayanya karena cenderung mudah tergerus oleh kebudayaan asing, dan mengakibatkan kehilangan jati diri sebagai satu bangsa. ‘’Memang berat untuk dikatakan, dan berat pula untuk diakui bahwa Indonesia kehilangan akar budaya. Namun, inilah hal yang makin terasakan,’’ ujar perempuan kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, pada 25 Desember 1956 itu dalam diskusi serial bulanan (Diserbu) “Afternoon Tea: Semangat Indonesia, Kebangkitan Kebudayaan Nasional” di Jakarta, Jumat petang. Dalam diskusi itu Christine Hakim mengemukakan, bila sejumlah bangsa lain di Asia Tenggara makin mengukuhkan kebudayaan nasionalnya, maka Indonesia justru terasa kian gamang. ‘’Kita bisa saksikan bila ada seorang perempuan berbalut kain sari, maka pastilah dia dari India. Namun, orang asing bisa menilai saya sebagai orang Eropa atau Amerika Latin sekalipun saya

menggunakan pakaian adat satu wilayah di Indonesia. Dalam hal ini beruntung ada batik yang agak dikenal masyarakat dunia sebagai khas Indonesia,’’ kata salah seorang tokoh pahlawan (hero) versi majalah Time 2002. Perempuan bernama lahir Herlina Christine Natalia Hakim itu mengemukakan, kebudayaan Indonesia ibarat ingin bangkit atau bangun, teta-

BPM/dok

Christine Hakim pi belum melek karena tingkat kesadaran bangsanya belum terbentuk secara tegas. ‘’Seperti lakon ‘Hantu Keramas’,’’ katanya sambil tersenyum. Pemeran utama dan peraih

Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) dalam film “Tjoet Nja’ Dhien” (1988) tersebut menyatakan, akar budaya Indonesia tidak kokoh sebagai wujud gagalnya sistem pendidikan Indonesia, selain belum terbentuknya kebijakan politik mengenai kebudayaan. ‘’Selama ini kebijakan politik baru sebatas politik itu sendiri. Sementara itu, kebijakan politik terhadap pendidikan dan kebudayaan masih rapuh,’’ katanya. Oleh karena itu, ia mengusulkan dibentuknya kebijakan pendidikan dan kebudayaan yang lebih melindungi kearifan masyarakat lokal Indonesia. ‘’Keberagaman budaya, dan daya tahan masyarakat lokal inilah yang di masa lalu memperlihatkan akar budaya dan jati diri bangsa kita,’’ demikian Christine Hakim. (ant)

Sera Bikin Video Perempuan Lebih Kuat UMUMNYA, video klip banyak band dan solois kita selalu menampilkan perempuan sebagai sosok lemah tak berdaya. Pria selalu tampak dominan dan tangguh. Namun, dalam video klip band Sera untuk lagu ‘’Cinta Harus Memilih’’, mengangkat tema berbeda. Meski lagunya tentang kisah sakit

hati karena cinta tak terbalaskan, tetapi kisah dalam klip jsutru menampilkan sebaliknya, di mana pria terlihat lemah dan tak berdaya menghadapi perempuan pujaan hatinya. ‘’Kami ingin menampilkan pesan bahwa perempuan enggak selalu lemah. Malah laki-laki yang tampak

BPM/pik

Band Sera

lemah dalam klip lagu kami. Yah, pokoknya kami ingin menegaskan jangan pernah melemahkan peran perempuan,’’ lontar Andi Akmal Sera Malewa, vokalis sebagai pimpinan band Sera dari Depok, dalam perbincangan dengan Bali Post, baru-baru ini. Selain ‘’Cinta Harus Memilih’’ ciptaan Andi Akmal yang kerap dipanggil Sera, lagu lain yang diandalkan untuk menjaring RBT (Ring Back Tone, produk musik masa kini), Sera juga menawarkan tiga lagu lainnya yaitu ‘’Saat Engkau Pergi’’, ‘’Masih Cinta’’ di mana lagu terakhir bakal jadi judul album. ‘’Semua lagu Sera temanya tentang cinta tapi dengan kasus cinta yang berbedabeda,’’ jelas Andi, mahasiswa semester akhir dari Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Jakarta. Artinya, biar temanya cinta, tetapi aransemennya tidak melankolis. ‘’Yang pasti, klip ‘Cinta

Harus Memilih’ cukup romantis,’’ terang Andi yang memilih base camp bandnya di Kampus Universitas Pancasila. Band ini dibangun tahun 2006 berkat persamaan hobi di antara empat personelnya. Mengusung pop romantik, yang jelas lagu-lagu dalam album Sera terkesan ringan tapi tidak mendayudayu. Selain pola aransemen yang berbeda, bobot lagu itu juga mencuat karena kekuatan karakter vokal Andi yang bernuansa rock. Peran Ridge Kevin, gitaris jeboleh Institut Musik Indonesia ini walau tak menampilkan sound distorsi yang berat, namun dalam interlude lagu, Kevin menyuguhkan scale yang beda dan tak biasa. Dua personel lain juga tak bisa disepelekan dalam memperkuat roh lagu dengan ramuan harmoni musik yang manis yaitu Enriko Wisak yang mencabik dawai bas dan Detrie Lesmana yang menggebuk drum. (pik)

Pameran ”Playing with The Ancestors” PAMERAN lukisan bertajuk “Playing with the Ancestors” karya pelukis Kamto Widjaya Lindu Prasekti akan digelar tanggal 6-31 Mei 2010 di Ganesha Gallery, Four Seasons Resort Bali di Jimbaran, Badung. Dalam karya-karya lukisannya, Lindu dengan gaya bergurau berusaha memberikan kritik membangun terhadap segala bentuk kriminal yang terjadi. Pameran akan dibuka, pukul 18.30 wita.

Pameran Lukis Sehati-hati PAMERAN lukis bertajuk “Sehati-hati” digelar oleh Komunitas Seni Rupa Lempuyang. Pembukaan acara pada Jumat (9/4) lalu. Pameran yang digelar di Griya Santrian Gallery, Jalan Danau Tamblingan 47 Denpasar ini akan berlangsung sampai 29 Mei 2010.

Pameran Lukisan Budhiana PAMERAN lukisan bertajuk “Melintas Cakrawala” karya Made Budhiana akan digelar di Maha Art Gallery (Sektor) Sanur, Denpasar, pada 26 Mei - 26 Juni 2010. Pameran tunggal yang disertai penerbitan buku biografi perjalanan seni pelukis Made Budhiana tersebut dibuka Rabu (26/5) pukul 18.30 wita, dengan acara pertunjukan tari kolaborasi oleh Mangku Batuan (penari topeng) dan Jasmine Okebu (penari kontemporer), juga pemutaran film Men Tanjung (seniman aneh dari Budakeling Karangasem) hasil rekaman Budhiana.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.