Edisi 11 Mei 2011 | Balipost.com

Page 4

DAERAH

4

Rabu Wage, 11 Mei 2011

upati a i ota ompak ak adiri

ang i

Bangli (Bali Post) Suasana perayaan puncak HUT ke-807 Bangli di Lapangan Kapten Mudita, Selasa (10/5) kemarin, terasa lain dari tahun sebelumnya. Bupati/wali kota se-Bali kompak tidak hadir, begitu juga dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

Bali Post/eka

NGABEN - Sejumlah warga dan kerabat melakukan prosesi upacara pengabenan Ketua DPRD Badung Made Sumer di Kuta, Selasa (10/5) kemarin.

ekanik er ati Dimakamkan SALAH satu korban kecelakaan pesawat Merpati di Perairan Kaimana, Papua Barat, Joko Santoso (41), Selasa (10/5) kemarin dimakamkan di Kuburan Bugis di Jalan Pendidikan, Suwung, Denpasar. Joko merupakan salah satu petugas mekanik PT Merpati Nusantara Airlines. Proses pemakaman korban diiringi isak tangis keluarga besarnya. Tak hanya itu, kerabat dan rekan kerjanya juga tak bisa menyembunyikan kesedihan. Almarhum Joko sudah bekerja sebagai mekanik di PT Merpati Nusantara Airlines sejak 21 tahun lalu. Korban yang berasal dari Blitar dan menetap di Mataram ini mempunyai seorang istri dan dua anak. ‘’Pemakaman korban dilakukan di Bali karena banyak kerabatnya yang kini menetap di Bali,’’ ujar Priharyono selaku General Manager Enginering Merpati Airlines Cabang Surabaya saat ditemui saat proses pemakaman korban, kemarin. (jay)

Akibatnya, sambutan Gubernur Bali dibacakan langsung oleh Bupati Bangli Made Gianyar yang juga bertindak sebagai inspektur upacara. Sementara jajaran kursi pejabat penting Bali kosong, hanya diisi pejabat/ utusan masing-masing bupati/wali kota. Bupati Bangli I Made Gianyar saat dikonfirmasi soal tidak adanya kehadiran bupati/wali kota se-Bali mengatakan, pihaknya bisa memaklumi hal itu karena kemungkinan ada kesibukan di daerah masing-masing. Apalagi, bupati dan wali kota telah mengirim perwakilannya. Tanda ketidakhadiran para pejabat tersebut telah ada konfirmasi sebelumnya, sehingga ketidakhadiran mereka adalah sesuatu yang wajar. Dalam HUT Bangli itu juga dihiasai dengan parade kesenian. Berbagai pementasan dilakukan melibatkan pemuda-pemudi di Bangli.

Mulai dari payas agung khas Kabupaten Bangli hingga pementasan pragmentari berjudul ‘’Pengelukatan Danuh Kerti’’. Sementara sehari sebelum puncak perayaan HUT, dilaksanakan pementasan wayang Cenk Blonk di sebelah utara Lapangan Kapten Mudita. Namun, pementasan ini menuai kekecewaan penonton. Pasalnya, lokasi pementasan wayang berdekatan dengan panggung terbuka yang juga menggelar lagu pop Bali, sehingga sound system wayang dikalahkan oleh musik. Beberapakali dalang Wayan Nardayana menyindir soal kejadian ini melalui dagelan lakon wayang. Namun, malam yang makin larut, justru suara musik makin diperbesar. Akibatnya, pementasan wayang Cenk Blonk langsung diakhiri hingga membuat ribuan masyarakat yang ingin menyaksikan pementasan wayang terkenal itu menjadi kecewa. (kmb17)

Bali Post/ am

PIODALAN - Hingga empat hari setelah Tumpek Landep, di Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya dilaksanakan piodalan.

Pu a Mute ing agat alem Sidaka a

empat

unas i ta Pama isud a

Pura utering agat alem Sidakarya sesungguhnya merupakan pura yang sakral dan sangat penting keberadaannya sebagai bagian dari prosesi upakara umat indu khususnya. etapi banyak umat belum tahu persis asal-usul pura ini. iasanya, jika hendak melaksanakan karya, baik di merajan, pura, termasuk di Pura esakih, tidak lengkap atau sempurna jika belum menggunakan air suci dari pura ini sebagai tirta pamarisudha. agaimana sebetulnya keberadaan pura yang berada di alan Palapa, enpasar Selatan, dan di-sungsung umat dari esa Adat Sidakarya ini SETIAP enam bulan sekali, di Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya dilangsungkan piodalan yang puncaknya jatuh pada Tumpek Landep. Ida Batara nyejer selama tiga hari dan kemudian masineb Selasa (10/ 5) kemarin. Meski yang ngempon — bertanggung jawab — secara langsung adalah 560 KK dari Desa Adat Sidakarya, namun banyak umat dari seluruh Bali, bahkan dari berbagai daerah di Tanah Air ngaturang puja bhakti ke pura yang berdiri tegak di atas lahan 20 are ini. Bendesa Adat Sidakarya Nyoman Kantun menyatakan umat dari seluruh Indonesia pedek tangkil ke pura yang kini sudah termasuk salah satu Pura Sad Kahyangan Jagat ini. Umat yang datang ke pura ini bukan saja bertepatan dengan piodalan di sini, akan tetapi setiap saat. ‘’Biasanya yang datang

ke mari nunas tirta pamarisudha karya, misalnya ngenteg linggih di merajan, pura dan sad kahyangan,’’ ujar Nyoman Kantun. Para bakta yang datang tidak saja diberikan tirta sidakarya — air suci — tetapi juga jatu atau panca taru yakni kayu dapdap, danyuh, kloping, janur dan semat. Di samping itu, juga catur bija yang terdiri atas — beras, ketan, injin dan beras merah. Untuk menuntaskan karya di Bali, termasuk upacara nangluk merana, kata Nyoman Kantun, pakemnya harus menggunakan unsur-unsur tersebut di atas termasuk prosesi yang lainnnya yakni Topeng Sidakarya (wali/terian), tipat Sidakarya (boga/ makanan), dan peras Sidakarya (banten/upakara). Dalam bahasa Sanskerta, siddha artinya siddhi atau sakti. ‘’Jika belum menggunakan semua unsur sidhakarya dalam pelaksanaan upakara itu, karya tersebut belum dianggap sempurna,’’ tambahnya. Karena itu, banyak umat datang ke pura ini untuk mendapatkan semua perlengkapan upacara dengan harapan upacara yang dilakukan diyakini berjalan baik. Disinggung figur atau tokoh spiritual di pura tersebut, dikenal dengan nama Ida Dalem Brahmana Keling. Konon, kata Nyoman Kantun, sebelumnya beliau sempat bertapa di Gunung Bromo, sempat juga ke Madura, Jawa Timur. Kedatangannya ke Bali tepat pada saat pemerintahan Dalem Waturenggong. Ketika itu ada upacara besar di Pura Besakih, semacam Eka Dasa Rudra sekitar tahun

1516. Karena pakaiannya compang- camping seperti orang gila, pihak purohito — pendeta — Dalem tidak menerima keberadaan Dalem Brahmana Keling, apalagi menganggap masih ada relasi kekerabatan trah Dalem. Namun apa yang terjadi, upakara tidak bisa berlangsung dengan baik. Justru muncul bencana di mana-mana, gering, gerubuk, muntaber, dll. Ketika ditanyakan secara niskala oleh pendeta kerajaan, didapat jawaban bahwa ada kesalahan Dalem Waturenggong tidak menerima Dalem Brahmana Keling. Singkat cerita, akhirnya Brahmana Keling yang sebelumnya ngungsi ke wilayah Danda Negara — sekarang Badung — tempat hutan bakau di Sidakarya akhirnya diterima dengan penuh penghormatan. Brahmana Keling menunjukkan kesaktiannya. Bencana yang tadinya menimpa Bali seketika reda. Kayu yang tadinya kering hijau kembali. Buah kelapa meranggas kembali berbuah lebat. Gering, gerubuk, mutaber tidak ada lagi. Bali gemah ripah loh jinawi. Sejak peristiwa itu, Dalem Waturrenggong mengeluarkan bhisama, bahwa kapan ada piodalan di Bali, agar umat menggunakan tirta, wali, boga, bebanten, panca taru dan catur bija dari Pura Mutering Dalem Sidakarya. ‘’Jika belum, piodalan itu masih kurang sempurna. Demikian bhisama Ida Dalem Waturenggong. Banyak yang percaya dengan bhisama tersebut,’’ pungkas Nyoman Kantun. (ram)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.