Edisi 07 Januari 2010 | Balipost.com

Page 3

KOTA

Kamis Kliwon, 7 Januari 2010

Pasien ’’Suspect’’ Flu Burung Dirawat di RS Sanglah Denpasar (Bali Post) RS Sanglah kembali merawat pasien suspect flu burung yang berasal dari Banjarangkan Klungkung. Pasien wanita berusia 65 tahun dengan inisial RR tersebut datang ke RS Sanglah, Selasa (5/1) lalu yang merupakan pasien rujukan dari RS Klungkung. Sekretaris Tim Penanganan Flu Burung RS Sanglah, dr. Ken Wirasandhi, membenarkan RS Sanglah sekarang ini sedang merawat pasien suspect flu burung. Pasien datang dengan keluhan sesak napas dan di rumahnya sebagai peternak ayam di mana ayamnya mati beberapa hari lalu. ‘’Dari hasil pemeriksaan, ternyata ayamnya yang mati tersebut positif H5N1,’’ ujar Ken saat ditemui Rabu (6/1) kemarin. Dilanjutkan Ken, ayam itu mati Sabtu (2/1) lalu dan pasien kemudian mengalami sesak beberapa hari setelahnya. Menurut Ken, pasien sudah mengalami sakit sebelum unggasnya mati. Pasien ternyata juga menderita penyakit lain yang cenderung berdampak sesak jika kumat. Meski demikian, pasien tetap mendapatkan perawatan dan observasi di Ruang Nusa Indah sebagai pasien suspect flu burung dan kondisinya membaik. Berdasarkan pengalaman, jika flu burung, maka perjalanan penyakitnya progresif, tetapi untuk kasus pasien dari Klungkung ini kondisinya terus membaik bahkan bisa jalan-jalan. ‘’Mudah-mudahan bukan flu burung,’’ ujar Ken. Hingga kemarin pasien masih mendapatkan perawatan di ruang isolasi Nusa Indah dan sudah mendapatkan obat tamiflu. (kmb24)

Subsidi UAS, Badung Alokasikan Rp 2,3 M Denpasar (Bali Post) Tahun anggaran 2010 ini, Pemkab Badung mengalokasikan anggaran Rp 2,3 miliar untuk mensubsidi pelaksanaan ujian akhir sekolah (UAS). Subsidi miliaran rupiah itu didistribusikan kepada seluruh sekolah negeri dan swasta dari tingkat SD, SMP hingga SMA/SMK. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Badung Cokorda Raka Darmawan, S.H., M.Si. mengatakan hal itu kepada Bali Post, Rabu (6/1) kemarin. Menurut Darmawan, kebijakan Pemkab Badung mensubsidi biaya UAS ini jelas sangat meringankan beban orangtua siswa dalam menyelesaikan pendidikan anakanaknya. Dengan pemberian subsidi ini, diharapkan tidak ada lagi siswa yang tidak bisa mengikuti ujian akhir bahkan drop out lantaran tidak mampu membayar biaya ujian. ‘’Mudah-mudahan, subsidi ini mampu meringankan beban orangtua siswa di saat anak mereka mengikuti ujian akhir di mana biaya pendidikan biasanya meningkat,’’ ujarnya. Dia menambahkan, subsidi Rp 2,3 miliar itu paling banyak terkuras untuk membiayai UAS di jenjang pendidikan SMK. Dana yang dikucurkan Pemkab Badung untuk mensubsidi UAS SMA/SMK termasuk Ujian Kompetensi Keahlian mencapai Rp 1,36 miliar lebih. Rinciannya, UAS dan UKK SMK akan diikuti oleh 2.274 orang siswa di mana masing-masing siswa dijatahkan subsidi Rp 600 ribu. Sedangkan subsidi untuk ujian akhir di jenjang pendidikan SMA, Pemkab Badung mengalokasikan anggaran Rp 264,7 juta yang menyasar 2.647 orang siswa di mana masingmasing siswa dijatahkan subsidi Rp 100 ribu/orang. Dia menambahkan, dana yang cukup besar juga dijatahkan untuk mensubsidi penyelenggaraan UAS di tingkat pendidikan dasar. Untuk jenjang pendidikan SMP, jumlah peserta ujian tercatat 7.357 orang. Masing-masing siswa dijatahkan subsidi Rp 75 ribu sehingga total anggaran yang tersedot mencapai Rp 551,7 juta. Sedangkan UAS jenjang pendidikan SD yang diikuti 8.768 orang siswa, Pemkab Badung menggelontor dana Rp 131,52 juta di mana masing-masing siswa dijatahkan subsidi Rp 15 ribu. ‘’Kebijakan menggelontor subsidi UAS merupakan program lanjutan dari tahun anggaran-tahun anggaran sebelumnya. Rencananya, subsidi ini dilakukan secara berkelanjutan atau tetap diberikan pada tahun ajaran berikutnya,’’ katanya. Ia menambahkan, khusus untuk biaya penyelenggaraan ujian nasional (UN) sudah disubsidi oleh pemerintah pusat. (kmb13)

Taman Griya Tuntut Pemekaran Denpasar (Bali Post) Warga kompleks Perumahan Taman Griya, Jimbaran, menuntut pemekaran wilayah. Hal ini menyusul kurang efektifnya pelayanan administrasi kependudukan di wilayah berpenghuni 10 ribu jiwa ini. Selain itu, masalah fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos), juga menjadi pemicu tuntutan pemekaran. Tokoh masyarakat asal Jimbaran yang juga anggota DPRD Badung I Ketut Suda Arsa, Rabu (6/1) kemarin mengatakan, pihaknya banyak menerima aspirasi warga Taman Griya yang mengusulkan pemekaran. Warga mengeluhkan, tidak imbangnya jumlah penduduk 10 ribu jiwa, yang hanya dilayani oleh satu kepala lingkungan (kaling). Menurutnya, Perumahan Taman Griya tergolong perumahan padat penduduk. Permasalahannya juga tidak kalah kompleks, mulai dari administrasi kependudukan, keamanan, infrastruktur berupa jalan, sampai kurangnya lampu penerangan jalan. ‘’Masalah-masalah inilah yang menimbulkan kesan kumuh di Taman Griya,’’ ujarnya. Menurut Suda Arsa, lingkungan Taman Griya telah memenuhi syarat untuk dilakukan pemekaran. Idealnya, menjadi lima lingkungan. Melalui pemekaran, diharapkan berbagai masalah pelayanan kependudukan hingga fasumfasos dapat terselesaikan dengan baik. Sebagai informasi, kompleks Perumahan Taman Griya terdiri atas beberapa kompleks perumahan. Mirip dengan perumahan Dalung Permai yang juga menuntut pemekaran. Bedanya, Dalung Permai sudah dipecah menjadi beberapa lingkungan. Berbeda dengan penuturan Suda Arsa, Kaling Taman Griya Wayan Yusa justru membantah adanya tuntutan warganya untuk pemekaran wilayah. Kata dia, hingga saat ini belum ada masalah dengan administrasi kependudukan ataupun masalah fasilitas di perumahan tersebut. Yusa menjelaskan, Taman Griya dibagi menjadi tujuh tempekan yang membantu pelayanan administrasi kependudukan dan tugas kaling lainnya. Kalaupun akan dimekarkan, Yusa justru khawatir pemekaran akan terkendala masalah kesiapan fasum-fasos. Sementara itu, Lurah Jimbaran Made Tarip Widartha juga mengaku belum menerima usulan pemekaran dari warga setempat. Meski demikian, pihaknya akan mendukung rencana pemekaran, jika hal tersebut memang sangat dibutuhkan. (ded)

3

Soal Terbakarnya KM Linsar 12

Penyidik Kesulitan Olah TKP Denpasar (Bali Post) Penyebab terbakarnya Kapal Motor (KM) Linsar 12, hingga kini masih menjadi tanda tanya besar. Meski kasusnya masih diselidiki, namun penyidik Dit. Pol. Air Polda Bali terlihat kesulitan untuk mengungkap penyebab pastinya. Sebab, KM Linsar 12 yang diawaki sekitar 15 orang itu telah tenggelam. Kondisi seperti itu menyulitkan penyidik untuk melakukan olah TKP. Ketika sejumlah wartawan, Rabu (6/1) kemarin hendak meminta konfirmasi terkait perkembangan kasus kebakaran kapal yang mengakibatkan satu tewas dan tiga anak buah kapal (ABK) hilang itu, Dir. Pol. Air Polda Bali AKBP Oka Eswara Chandrana menolak untuk berkomentar. ‘’Silakan tanya ke Kasi Gakkum,’’ katanya. Namun, Kasi Gakkum AKP Rai Suwandi juga tidak ada di tempat karena izin. Penolakan AKBP Oka Eswara untuk berkomentar terkait kasus kebakaran KM Linsar 12 ini, mengundang tanda tanya, khususnya penyebab pasti kebakaran kapal tersebut. Padahal, insiden kebakaran kapal yang terjadi di Perairan Samudra Hindia pada posisi LS : 30,15,10 - BT : 90,10,05 ini, tergolong kasus serius. Apalagi, dalam insiden tersebut, satu awak tewas dan tiga ABK lainnya hilang. Meski tidak mau berkomentar, para wartawan berupaya menggali informasi yang ada. Diketahui, penyidik Dit. Pol. Air Polda Bali telah memeriksa tiga saksi yang merupakan ABK. Dari

hasil pemeriksaan, belum juga diketahui penyebab pastinya. ‘’Kami sudah periksa tiga saksi. Namun, pemilik kapal masih di luar daerah. Jadi belum bisa diperiksa,’’ ujar petugas Pol. Air Polda Bali yang tidak mau namanya dikorankan. Petugas tadi mengemukakan, untuk mengetahui penyebab pastinya masih membutuhkan waktu lama. Bahkan, sulit untuk diketahui, karena barang bukti (KM Linsar 12-red) tidak ada, tenggelam ke dasar laut. ‘’Bagaimana bisa melakukan olah TKP kalau kapalnya tenggelam. Namun, penyidik masih mendalami terus pemeriksaan saksi-saksi,’’ ucapnya. Seperti diberitakan, kasus terbakarnya KM Linsar 12 ini terjadi di Perairan Samudra Hindia pada 30 November 2009 pukul 23.00 wita. Satu awak tewas, tiga ABK hilang dan 11 awak lainnya selamat. Api diketahui muncul pertama kali dari mesin induk. Beberapa menit kemudian, api membesar lalu meludeskan semua kapal dan akhirnya tenggelam. (kmb21)

Bali Post/eka

BERAS - Beberapa kebutuhan pokok mulai mengalami kenaikan harga di awal tahun 2010, seperti halnya harga beras di pasaran mencapai Rp 7.000/kg. Nampak seorang buruh pasar memindahkan kantong beras di Pasar Sidakarya, Denpasar.

Embat Besi, Dua Karyawan Korban Pengeroyokan Mengadu ke Polda Bali Toko Bangunan Diringkus Kecewa terhadap Polsek Baturiti

Denpasar (Bali Post) I Wayan Sudiasa (36), korban pengeroyokan yang bekerja sebagai satpam di Restoran Labaga, Baturiti, Tabanan, datang ke Polda Bali untuk mengadu sekaligus melapor, Rabu (6/1) kemarin. Kedatangan Sudiasa ke Polda, menyusul kekecewaannya terhadap Polsek Baturiti yang menangani kasus dirinya. Sudiasa menjadi korban pengeroyokan oleh lima pelaku yakni Wayan Gede Kismaya alias Dean, I Wayan Wisuda, Ketut Suardana alias Kuik, Wayan Asrawan dan Made Kertayasa. Sudiasa dikeroyok para pelaku di Restoran Labaga, Baturiti, Tabanan, 31 Desember 2009 pukul 23.45 wita. Kepala korban bocor akibat dihantam dengan botol bir. Bahkan akibat benturan keras itu, darah segar muncrat dari lukanya. Kasus ini pun dilaporkan ke Polsek Baturiti untuk ditangani leb-

ih lanjut. Akan tetapi, hingga kini kasusnya tidak ada kejelasan. Korban menilai Polsek Baturiti tidak becus menangani kasusnya. Beberapa alasan yang dilontarkan korban atas ketidakbecusan Polsek Baturiti. Pertama, kendati pelaku yang memukul kepalanya, Gede Kismaya sempat ditangkap, namun berselang beberapa hari, ia dilepas lagi. Kedua, petugas Polsek Baturiti tidak menangkap empat pelaku lainnya. Ketiga, korban yang merasa tidak pernah disidik dalam berita acara pemeriksaan (BAP), diminta untuk menandatangani BAP. Yang terakhir, tentang pernyataan salah satu anggota Polsek Baturiti yang meminta korban untuk tinggal di Polsek Baturiti. Tidak puas dengan kinerja Polsek Baturiti, korban bersama keluarganya mendatangi Polda Bali. Bahkan, kedatangan korban bukan hanya mengadu ke Kapolda Bali Ir-

jen Pol. Drs. Sutisna, tetapi juga melaporkan kasus tersebut ke Dit. Reskrim Polda Bali. ‘’Saya sangat kecewa dengan kinerja Polsek Baturiti,’’ ucap korban saat ditemui di Mapolda Bali kemarin. Selain itu, korban meyakini bahwa kasus yang dialaminya bernuansa politik. Menurut korban, sejatinya permasalahan tersebut hanya sepele. Sebab, atas perintah bosnya, Piet Arja Saputra, korban sebelumnya memasang baliho bakal calon Bupati, Pak Wijaya. Karena itu, para pelaku mencari bosnya dan akhirnya terjadi aksi pengeroyokan. Atas dasar itu, korban meminta untuk mengambil alih kasusnya. Sebab, pihak Polsek Baturiti dinilai tidak becus menangani kasusnya. Bahkan, dia juga meminta perlindungan hukum dan menindak tegas petugas Polsek Baturiti karena diduga kasusnya sengaja dibiarkan. (kmb21)

Rumpon Ilegal Resahkan Nelayan

Denpasar (Bali Post) Perbuatan Andre Maki Paulung (30) asal Sumba Tengah dan Sugeng Prayetno (45) asal Semarang, tergolong keterlaluan. Betapa tidak, sudah dipekerjakan sebagai karyawan toko bangunan PT Harum Jaya Indah di Jalan Gatsu Barat, Dalung, Kuta Utara, Badung, mereka malah menguras isi gudangnya. Puluhan batang besi diembat tersangka dan berusaha dibawa kabur. Aksi jahat kedua tersangka berhasil digagalkan pasukan Buser Polres Badung. Mereka dibekuk dan langsung digelandang ke Mapolres Badung. ‘’Tersangka berikut barang buktinya sudah kami amankan. Kasusnya masih dikembangkan,’’ ujar Wakapolres Badung Kompol I Bagus Rai, Rabu (6/1) kemarin. Kompol Bagus Rai menjelaskan, penangkapan tersangka berlangsung tak jauh dari TKP (Jalan Gatsu Barat, Dalung, Kuta Utara, Badung-red) pukul

02.00 wita. Pasukan buser yang sedang patroli, melihat tersangka Andre mengendarai motor Suzuki Shogun DK 7434 AZ. Tersangka dilihat membawa puluhan besi yang dibungkus karung. Polisi pun mencurigai gelagat tersangka dan laju motornya langsung dicegat. Polisi pun melakukan peng-geledahan dan mananyakan asal barang tersebut. ‘’Setelah diinterogasi di TKP, tersangka Andre mengaku bahwa barang yang dibawanya itu baru dicurinya dari gudang toko,’’ jelas Kompol Bagus Rai didampingi Kabag Binamitra Polres Badung Kompol I Gusti Ayu Sasih. Tersangka pun diamankan, berikut barang buktinya berupa besi sebanyak 69 batang serta beberapa besi lainnya dengan panjang 160 cm. Tak hanya itu, tersangka Andre rupanya tidak beraksi sendirian. Ia mengaku menjalankan aksinya bersama tersangka Sugeng. ‘’Tersangka Sugeng kami tangkap di

gudang. Keduanya kemudian digiring ke Mapolres untuk diperiksa intensif,’’ ucapnya. Dikatakan, hasil pemeriksaan lanjutan, ternyata motor yang digunakan saat mencuri merupakan motor curian. Menurut pengakuan tersangka, motor milik temannya itu dicuri di gudang. ‘’Kebetulan kunci motor itu nyantol. Tersangka mengambilnya untuk membawa besi curian tersebut. Motor tersebut milik Martin Ngidang,’’ tambahnya. Pengakuan lainnya, tersangka rupanya sudah sejak tiga bulan lalu melakukan pencurian di tempat kerjanya. Barang-barang yang diembat itu adalah besi. Artinya, mereka mencuri secara mencicil. Namun, baru kali ini aksi jahat tersangka ketahuan. ‘’Pencurian yang terakhir ini, juga telah direncanakan sejak awal. Karena saat itu mendapat kesempatan, maka mereka beraksi saat itu juga,’’ imbuhnya. (kmb21)

Pengelola Tempat Hiburan Malam

Cegah Terjadi Bentrok, Belum Terapkan Pengamanan Maksimal AL-Pol. Air Disiagakan Denpasar (Bali Post) Keresahan menyelimuti para nelayan kecil yang mencari ikan di seputaran perairan Tanjung Benoa dan sekitarnya. Betapa tidak, di tempat tersebut disebar rumpon dalam atau rumah ikan ilegal. Bahkan, sempat mencuat isu akan adanya bentrok dan pembakaran kapal yang punya rumpon ilegal tersebut. Menyikapi isu itu, pihak Asosiasi Tuna Long Line Indonesia (ATLI) Bali melakukan koordinasi dengan pihak keamanan terkait untuk mencegah adanya hal-hal yang tidak diinginkan. Ketua ATLI Kasditaman ketika dimintai konfirmasinya, Rabu (6/1) kemarin membenarkan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pihak Pol. Air Polda Bali dan Angkatan Laut (AL). Sebab, beberapa tahun lalu, sempat ada ancaman pembakaran, misalnya dari nelayan Banyuwangi, Kedonganan dan terakhir dari Tanjung Benoa

sendiri. Isu itu pun mencuat karena adanya rumpon yang bertebaran di perairan Tanjung Benoa dan sekitarnya. Tercatat ada tujuh rumpon. ‘’Selain meresahkan nelayan kecil, juga mengganggu jalur kapal. Bahkan, pendapatan nelayan kecil jadi berkurang,’’ ucapnya. Dijelaskan, adanya rumpon-rumpon yang tak jelas itu, ikan-ikan yang berhasil ditangkap mencapai 80 ton. Bagaimana nelayan kecil tidak resah. Sementara ikanikannya ditangkap karena adanya rumpon-rumpon tersebut. Tindakan tegas pun dilakukan pihak ATLI. PT Gilontas yang investasi di Benoa dengan mengoperasikan kapalkapa purse seine atau pukat cincin dan rumpon di fishing ground, banyak terdapat rumpon liar yang tidak jelas kepemilikan dan izinnya. ‘’Kami telah melaporkan ke pihak terkait, dan juga memanggil PT

Gilontas,’’ ujarnya. Dalam pemanggilan itu, PT Gilontas yang mengoperasikan kapal Mickey dan Minnie, diminta untuk memasang rumpon-rumpon pada tempat yang diizinkan. Jika tidak, pihak ATLI akan putuskan rumpon tersebut karena tidak sesuai izin atau aturan yang berlaku. Pemanggilan itu tidak membuahkan hasil. Justru PT Gilontas mengadakan kerja sama dengan Koperasi Segaraning Harum yang anggotanya nelayan untuk memasang rumpon-rumpon di manamana. Bahkan, sempat terjadi ketegangan antara nelayan setempat (koperasi) dengan PT Gilontas. Namun, nelayan tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan demikian, pihak ATLI melakukan pembinaan setelah terjadi beberapa kasus. Namun, juga tidak membuahkan hasil. Akhirnya, pihak ATLI memutuskan untuk mengeluarkan kapal Mickey dan Minnie dari keanggotaan per 4 Januari 2010. (kmb21)

Denpasar (Bali Post) Terjadinya kasus penganiayaan sampai mengakibatkan kematian di sejumlah tempat hiburan, menunjukkan betapa lemahnya sistem pengamanan yang diberlakukan para pengelola. Pengelola sahsah saja mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, namun kenyamanan dan keamanan mesti tetap menjadi prioritas. Hal itu dikatakan pemerhati hukum pidana Gede Made Suardana, ketika ditanya kasus kematian pendekar silat Gede Heru Wibawa, Rabu (6/ 1) kemarin. Dosen FH Unud ini menyatakan pengelola mesti menerapkan aturan yang ketat kepada semua pengunjung yang berkeinginan mencari hiburan. Pemeriksaan mesti dilakukan secara seksama, sehingga tidak memungkinkan ada pengunjung sampai membawa senjata tajam masuk tempat hiburan. Hilangkan rasa ewuh pakewuh, meski para pengunjung sudah sering berkunjung dan dikenal sebelumnya. ‘’Persoalannya sekarang, jarang ada tempat hiburan malam melakukan pemeriksaan se-

cara ketat. Mereka sepertinya takut pelanggannya akan kabur,’’ kata Suardana. Suardana mengatakan kalau ada pengunjung sampai membawa senjata tajam di tempat hiburan, sesungguhnya bukan hiburan yang sebenarnya dicari. Mereka pantas diduga sedari awal sudah mencari sekaligus membuat masalah. Sesungguhnya mereka yang membawa senjata tajam itu kondisinya sangat lemah. Mentalitasnya berpotensi membawa akibat kurang bagus bagi pengunjung lainnya, paparnya. Yang membuat Suardana sedikit heran adalah sikap pengelola yang kurang sigap bertindak jika ada keributan pada tempat usahanya itu. Mereka sedapat mungkin mengatasinya terlebih dahulu, meski sesungguhnya kemampuannya sangat terbatas. Namun mereka terpaksa melakukan hal demikian, karena malu di tempat hiburannya terjadi masalah. Mestinya lanjut Suardana, pengelola langsung menghubungi pihak berwajib jika memang terjadi keributan. Jangan menunggu kasusnya

lebih parah lagi, baru melaporkan kejadiannya. Bagaimana cara mengatasi persoalan itu. Menurut Suardana, pengelola mesti menjalin koordinasi dengan pihak berwajib. Utamanya pihak berwajib harus mendata keseluruhan tempat hiburan yang ada di wilayahnya. Bila perlu data tempat-tempat hiburan yang sering terjadi masalah, sehingga bisa diambil langkah antisipasi secepatnya. Sebelum Heru Wibawa menjadi korban pembunuhan di Kafe Wirama, pada Kafe Matahari, Pantai Matahari Terbit sebelumnya sempat terjadi keributan yang mengakibatkan meninggalnya Kadek Kasna. Pelakunya Ade Prasetyo telah dijatuhi pidana 4 tahun penjara, karena dinyatakan terbukti melanggar pasal 351 ayat (3) KUHP. Berlanjut di Bounty Discotek yang akhirnya mengakibatkan wisatawan asal Selandia Baru, Sean Keith William Headifen, meninggal dunia. Tersangka Andreas Seran, Nani Aplonius Efson Tafui alias Doni, dan Nengah Mustika, akhirnya masingmasing dijatuhi pidana 6 bulan penjara. (015)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.