Buletin Expedisi Edisi Khusus Ulang Tahun EKSPRESI 2017 - Isu Lokal dalam Teropong Persma

Page 1

EXPEDISI E D I S I K H U S U S U L A N G TA H U N E K S P R E S I K E - 2 8 | A P R I L 2 0 1 7

MEMBANGUN

B U D AYA

KRITIS

Nossis | Expedisi

Isu Lokal dalam Teropong Persma

Isu lokal menjadi lahan persma untuk digarap lantaran kurang mendapatkan ruang di media arus utama. Warga yang berada di penambangan itu tiba-tiba datang. Mereka mengambil kamera dan meminta gambar yang tersimpan dihapus. Kala itu Abdus Somad bersama temannya sedang liputan mencari informasi tentang aktivitas penambangan karst yang dilakukan oleh warga di Gunung Kidul. Abdus Somad atau yang akrab dengan panggilan Somad mengaku kecewa dengan perampasan kameranya. Menurutnya, di balik perilaku warga yang tidak ramah itu terdapat oknum-oknum yang mengintervensinya lantaran tidak suka apabila ada orang lain ikut campur. Cerita tersebut merupakan pengalaman Somad ketika masih menjadi reporter di suatu lembaga pers mahasiswa. Kini ia menjadi reporter selamatkanbumi.com. Terlepas dari hal tersebut, tindakan yang dilakukan Somad sejalan dengan pendapat Presiden Alumni Aktivis Perkumpulan Perhimpunan Pers Mahasiswa, Agung Sedayu, di sebuah diskusi pada 2 Desember 2016 di Kaliurang. Agung

menyatakan pers mahasiswa (persma) perlu mengarahkan pemberitaannya ke isu-isu lokal, tidak hanya mengandalkan kekritisan saja. “Pers mahasiswa perlu mengarahkan pemberitaannya ke isu-isu lokal, karena kalau modal kritis saja pers umum sudah lebih kritis,” paparnya, dilansir dari persmaporos.com. Rohmat Ali, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PPMI Dewan Kota Yogyakarta periode 2017-2018 ketika ditemui di sebuah acara peluncuran majalah mahasiswa pada Senin (10/4), mendefinisikan isu lokal sebagai masalah yang terjadi dalam lingkup tempat tertentu dan dampaknya bersifat kedaerahan. Sementara menurut Somad, isu lokal tidak sebatas persoalan yang muncul di permukaan. “Selama ini yang dipikirkan oleh teman-teman persma, isu lokal terspesifikasi pada persoalan yang sangat besar pengaruhnya pada masyarakat,” kata Somad saat ditemui di Student Center, UNY pada Selasa (18/4). Dia

menambahkan, definisi itu bisa dipertegas dengan tindakan-tindakan represif dari instansi pemerintahan kepada kelompokkelompok yang mempertahankan ruang hidupnya atau mencari ruang hidup di daerah. “Isu lokal yang terpikirkan oleh teman-teman persma di Yogyakarta adalah pembangunan bandara di Kulon Progo,” kata Somad. Padahal bukan hanya itu saja, isu lokal dapat pariwisata, transportasi, limbah, dan lainnya. “Jadi agak bias jika persma memandang isu lokal itu konflik yang muncul di permukaan,” tegasnya. Dengan demikian isu lokal merupakan permasalahan yang dampaknya jelas, dan tidak pernah atau jarang disampaikan oleh media arus utama. “Hal-hal seperti itulah yang menjadi arah persma meliput isu-isu lokal,” kata Somad. Rohmat Ali mengatakan bahwa saat ini persma terjebak dalam isu sehingga pengawalan terhadap isu tersebut hanya mengikuti tren. Ia mencontohkan dengan ramainya isu pembangunan pabrik semen


di Pegunungan Kendeng, di saat itu pula isu pembangunan bandara di Kulon Progo sepi pemberitaan. Padahal kasus tersebut belum ditemukan titik terangnya. Ini seakan isu dibuat untuk menghilangkan isu lainnya. Menurut Rohmat Ali, yang seperti ini bukanlah mengawal. “Mengawal isu lokal itu, bagaimana mengelola isu dari awal hingga tuntas,” tegas Rohmat. Ia memisalkan dengan isu pembangunan bandara di Kulon Progo. “Tindak lanjut apabila kita secara masif mengangkat isu bandara itu, kalau tidak menggagalkan, setidaknya dapat memperlambat pembangunan,” jelas Rohmat. Meliput dan Mengadvokasi Rohmat menjelaskan, persma sebagai media alternatif memiliki tugas untuk menyampaikan informasi dan aspirasi. Hal itu merupakan kewajiban bagi sebuah media. Namun, sekarang persma juga dituntut untuk mengadvokasi secara langsung, tidak cukup sekadar liputan. Persma kini mengemban misi sosial untuk mengawal setiap kasus yang berdampak pada warga dan lingkungan. “Peran persma yaitu sebagai media yang melawan media arus utama yang mempunyai banyak kepentingan politis,” kata Muhayyan selaku Pimpinan Umum (PU) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Poros. Dengan serius, ia mengajak agar persma berperan sebagai media alternatif untuk mengangkat isu-isu kerakyatan yang sepi pemberitaan agar tahu penderitaan rakyat sesungguhnya. Menurut Muhayyan, persma juga sebagai media advokasi warga. Advokasi berperan sebagai jalan perlawanan atas pihak yang anti demokrasi. Melawan ketidakadilan. Menguatkan pendapat Muhayyan, Yusuf Harfi selaku Pemimpin Redaksi LPM Nuansa mengatakan, persma harus diarahkan ke advokasi. Sebagai media alternatif, persma dapat memberikan pembelaan bagi orang-orang yang tidak mendapat tempat di media arus utama. Somad menyetujui pendapat ini, sebaiknya menyampaikan informasi yang bersumber

dari warga, bukan kelompok elit instansi pemerintah. Kesadaran pada Isu Lokal Menurut Muhayyan, sebagian besar persma masih jauh dengan isu lokal. Hal ini karena persma lebih aktif berkutat dalam lingkup internal kampus. Pendapat senada disampaikan oleh Kamalia Firdausi, PU LPM Nuansa. “Di kampus saja masih mengalami kesulitan, apalagi fokus dengan isu di luar,” ungkap Kamalia pada Sabtu (15/4). Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Bulaksumur UGM mulai menyadari pentingnya isu lokal. Hal ini diungkapkan oleh PU SKM Bulaksumur, Dandy Idwal Muad. Ia membandingkan Bulaksumur dengan LPM Arena dan Poros. Berbeda Nossis | Expedisi

INTI

EDISI KHUSUS ULANG TAHUN KE-28 20 APRIL 2017

dengan kedua persma tersebut yang sudah lebih dulu konsentrasi dengan isu lokal, Bulaksumur “baru kenal” dengan isu lokal pada awal tahun ini. Sementara itu ada juga LPM yang sudah lebih dulu mengawal isu lokal di Yogyakarta dan sekitarnya. Salah satu contohnya LPM Arena UIN Sunan Kalijaga. “Sejak 2015 Arena berusaha menjadi persma yang tidak hanya mengawal isu di dalam

kampus,” kata Doel Rohim selaku PU LPM Arena. LPM Arena mencoba mengikuti isu di luar lantaran, diakui oleh Doel, porsi pemberitaan sebelumnya melulu soal kampus. Di tahun 2015 dan seterusnya, mereka mencoba membagi porsi pemberitaan yang seimbang antara kampus dengan luar kampus. Pendekatan Pemberitaan Rohmat mengungkapkan bahwa persma dapat menggunakan latar belakang keilmuan yang mereka pelajari sebagai pendekatan dalam pemberitaannya. Ia mengambil contoh LPM Fenomena dari Fakultas Teknik UNY. Dalam Majalah Pro Tech Edisi IX, LPM Fenomena mengulas tentang sistem transportasi di Kota Yogyakarta dengan pendekatan keteknikan. Lain lagi LPM Poros UAD Yogyakarta. Muhayyan mengatakan, LPM Poros memiliki sikap membela kaum tertindas. Dalam beberapa berita yang dimuat dalam persmaporos.com, salah satunya yang berjudul PPLP-KP: Menanam Untuk Melawan, terlihat jelas sikap mendukung warga. Berita lainnya berjudul Pembangunan Bandara Kulon Progo Bermasalah, menyebutkan pelanggaran terkait tata ruang, pelaksanaan AMDAL, dan pengeluaran IPL oleh Gubernur DIY dan Menteri Perhubungan yang tidak sesuai dengan aturan hukum.

Yonky Rizki Munandhar Khansa, Haris, Ali

Pimpinan Proyek Khansa Nabilah | Sekretaris Bagas Nugroho Pangestu | Bendahara Maulidya Alhidayah | Redaktur Pelaksana Ahmad Yasin | Redaktur Inti Yongki Rizki Munandar | Reporter Ali, Haris, Khansa, Yongki | Pj. Persepsi Haris Dwi Saputra | Pj. Kado 28 Ramadhoni Satria Gunawan | Artistik Gilang Ramadhan, Mar'atu Husnia Alfi, Nossis Noer Dimas Hertanto, Sunardi | Produksi Rofi Ali Majid | Iklan Haris Dwi Saputra, Khairuddin Ahmad, M. Noor Alfian Choir, Roni Kurniawan | Sirkulasi Ramadhoni Satria Gunawan | Alamat Gedung Student Center Lt 2 Karangmalang, Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

2


Idealisme Persma Atas Nama Kebutuhan

S

aya mungkin paling wareg menyandang status sebagai orang pers mahasiswa (persma). Setelah menempuh studi di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ekspresi selama 20112015, berikutnya saya diamanahi menjadi Sekjen Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Dewan Kota (DK) Yogyakarta selama setahun lebih, yang artinya, petualangan berpersma saya menjadi lebih luas nan mendalam. Dari situlah, saya memperoleh banyak kesempatan untuk memahami karakter persma-persma sekaligus membenturkan isi kepala antar kader persma. Dialektika pun kerap terjadi hingga saya dan temanteman sering mempertanyakan: apakah idealisme warisan para pendahulu persma merupakan hal-hal yang perlu dilanjutkan pelaksanaannya? Pertanyaan seperti di atas begitu wajar mengingat apa yang dilakukan oleh generasi pendahulu bisa menjadi beban bagi generasi penerusnya. Misalnya, ihwal idealisme persma bahwa orangorang persma harus begini-begitu; seperti gemar berbuku, diskursif, pandai menulis, kritikus kekuasaan, hingga selalu membela yang mustadh’afin. Kenapa harus begitu? Apa perlunya? Sejauh pergaulan saya dengan orangorang persma, saya sadari idealisme persma yang saya misalkan pada paragraf kedua di atas akan menjadi permasalahan pokok yang tak mungkin

tuntas diatasi. Setiap persma selalu memiliki permasalahan idealisme yang selalu dicurhatkan dalam forum-forum. Begitulah yang saya alami sebagai konsultan kepersmaan ketika menjadi pejabat PPMI setingkat DK. Dari mereka, ada yang menyatakan bahwa organisasinya kesulitan membikin kader-kadernya berdaya intelektual mumpuni. Ada pula, mereka yang memiliki kader-kader berdaya intelektual bagus namun sulit mengajaknya menapaki jalan perjuangan atau menegaskan keberpihakan. Nah, dari situlah, saya sering membuka pertanyaan: apa yang ditawarkan persma kepada kaderkadernya? Jika yang ditawarkan hanyalah citra identitas, tentunya semua yang diajarkan menjadi mentah belaka. Ajaran yang menempatkan idealisme sebagai citra identitas hanya akan membikin kader-kader persma sibuk mengejar penghargaan semu. Pada akhirnya, akan sangat sulit menemukan banyak kader persma dengan keilmuan mendalam dan peka nuraninya terhadap situasi sekitar. Jika persmapersma semakin menghayati kebutuhan sejatinya, mereka akan menghindari ajaran idealisme yang cenderung menggairahkan kader-kadernya pada pencitraan semu. Sejatinya, kebutuhan persma adalah apresiasi atas kerja keras berkaryanya. Apresiasi itu tidak datang dengan

sendirinya. Kinerja jurnalistik persma yang dianggap bagus berasal dari proses keilmuan dan laku perjuangan yang militan. Kalau persma membutuhkan apresiasi bagus, maka pakem berilmu dan berjuang harus sungguh-sungguh dilaksanakan. Akhir-akhir ini, mulai banyak aktivis persma yang produktif mengawal kasus-kasus agraria di Yogyakarta dan mengangkat narasi kritik terhadap Rezim Keistimewaan. Dengan begitu, mereka akan semakin giat bergerak, belajar, dan menerbitkan konten. Apresiasi bagus terhadap media-media persma pun berdatangan dari mereka yang membacanya dan merasa diadvokasi aspirasinya. Beginilah kiranya pakem idealisme persma. Selain aspirasi dari basis pembaca teradvokasi, persmapersma pun semakin mendapat apresiasi. Sederhananya, idealisme adalah pembacaan atas nama kebutuhan. Seperti kata Mike, vokalis Marjinal, kepada saya. “Melakukan budaya tanding bukan semata-mata untuk menandingi (kemapanan). Melainkan, memenuhi kebutuhan kita sendiri,� ujarnya sembari kami berbagi arak.

Taufik Nurhidayat Pemimpin Divisi Jaringan Kerja LPM Ekspresi 20142015 dan Sekjen PPMI DK Yogyakarta 2015-2016

EDITORIAL

Bergerak untuk Mengawal IDEALISME dan mahasiswa. Kedua hal itu melekat kuat pada tubuh pers mahasiswa (persma). Tidak ada konstruksi pakem terhadap idealisme dan mahasiswa yang berkaitan dengan persma. Namun, persma dalam gerakannya tetap teguh pada idealisme mereka sebagai lembaga pers. Berkarya sebagai jurnalis amatiran di dalam media alternatif tanpa dibayar untuk menginformasikan fakta dan mengkritik lewat tulisan. Ada beberapa kasus persma yang dibredel secara halus atau pun keras oleh pihak yang “berkuasa� dikarenakan alasan subjektif: tidak suka dengan pemberitaanya. Hal ini membuktikan pihak tersebut bertelinga

tebal. Tak jarang juga stigma negatif terhadap persma dilemparkan oleh sesama mahasiswa. Selain berfokus pada kampus, persma juga perlu dengan bergerak keluar. Gerakan persma dalam mengawal isu lokal adalah sebagian kecil dari kepekaan nurani mahasiswa yang dikata sebagai agent of change. Persma tidak sekedar mengkritisi isu kampus atau pun menanggapi isu nasional yang marak diberitakan oleh media arus utama. Lewat produk, kita harus berusaha mengawal isu lokal, baik konflik agraria atau pun isu-isu lokal lain yang tidak terangkat. Alasannya sangat simpel, isu nasional sudah sering diangkat di media

PERSESPI

EDISI KHUSUS ULANG TAHUN KE-28 20 APRIL 2017

arus utama. Mengawal di sini tidak hanya sekedar menjaga, melainkan memberitakan agar isu tersebut terangkat dan mengadvokasi golongan yang termarginalkan. Persma diharapkan dapat mengawal isu lokal yang terus tergerus oleh isu nasional yang semakin deras arusnya. Mungkin saja orang-orang di samping kanan atau kiri kita belum tentu tahu isu yang muncul di daerah mereka. Sebagai persma kita harus berusaha untuk mengawal isu lokal. Baik yang kecil atau pun besar.

Redaksi

3


KADO 28

EDISI KHUSUS ULANG TAHUN KE-28 20 APRIL 2017 “Selamat ulang tahun, sukses untuk Ekspresi baik untuk organisasinya maupun anggotanya. Saya sangat mengapresiasi. Apalagi terakhir kemarin Ekspresi mendapatkan penghargaan. Semangat bekerja untuk kemajuan lembaga Ekspresi dan adik-adik sekalian.” Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes. Wakil Rektor III

“Ekspresi adalah semangat perubahan dan pencerahan bagi UNY; berani mengatakan kebenaran, jujur dan lugas dalam pemberitaan. Selamat ulang tahun, semakin dewasa, tetap kritis tanpa tendensi.”

“Selamat hari jadi LPM EKSPRESI yang ke-28. Semoga semakin jaya, tetap kritis, inovatif, inspiratif, dan tentunya solutif.” Willy Kusardhi Pendidikan Kewarganegaraan 2015

“Selamat ulang tahun Ekspresi. Semakin pro mahasiswa dan rakyat, semakin banyak mengungkap kebenaran yang tetutup tabir. Terus menjadi media yang kokoh memperjuangkan kebenaran dalam arus media yang penuh drama dan hoax. Satu tulisan, berjuta perubahan.“ Thifli Habibi N.S.N Ketua BEM KM UNY 2017

Grendi Hendrastomo, M.M., M.A. Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

“Selamat ultah untuk Ekspresi. Semoga di umur ke-28 ini makin menjadikan wahana berpikir yang makin dewasa, tetap kritis, arif, dan terpercaya.” Nurhidayah, M.Hum. Staf Pengajar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY.

“Sugeng tanggap warsa kagem Ekspresi ingkang kaping 28. Mugi tansah pinaringan kasuksesan ugi kalanggengan.” Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtyas, S.S., M.A. Dosen Jurusan Ilmu Sejarah FIS UNY

“Ekspresi adalah sebenar-benarnya padepokan. Sejujurjujurnya sekolah. Sekonkret-konkretnya belajar. Selamat ulang tahun, rumah kedua. Jangan pernah letih mengajarkan. Jangan pernah berhenti mendidik seorang terpelajar untuk adil sedari pikiran.” Eddward S. Kennedy Redaktur Kumparan

“Selamat ulang tahun Ekspresi. Semoga selalu menjadi lembaga pers yang kritis dan responsif dalam menyajikan informasi aktual di UNY. Menjadi pers yang selalu mengedepankan sikap pro terhadap kebenaran dan melakukan klarifikasi terhadap isu dan masalah yang ada.” “

Wahyudi Ketua BEM FBS 201

"Semakin besar dan tua sebuah LPM semakin besar dan banyak pula tantangan yang dihadapi. Selamat ulang tahun yang ke-28 buat LPM Ekspresi. Semoga besarnya tantangan yang dihadapi tidak menyurutkan semangat untuk berkarya sampai titik tinta penghabisan." Rohmat Ali Sekertaris Jenderal PPMI DK Yogyakarta 2017

“Happy milad ke-28 buat Ekspresi. Semoga semakin jaya dan menyuguhkan tulisan-tulisan berkualitas ala anak UNY.”

"Sugeng tanggap warsa LPM Ekspresi. Sukses selalu, tetap mengudara bebas dan tentunya tetap jaga nyala api perlawanan."

Yuono Imam Pangestu Ketua DPM KM UNY 2017

Edwin Sukandung Anggota UKM Penelitian UNY

IKLAN

"Selamat ulang tahun Ekspresi yang ke-28. Semoga menjadi UKM jurnalistik yang lebih profesional dalam memberitakan isu di kampus, lebih kreatif dan inovatif dalam mengemas berita baik tentang kegiatan ormawa ataupun kritikan yang tidak sesuai dengan keinginan mahasiswa."

4

Frida Huda Kurnia Pendidikan Sosiologi 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.