Buletin Expedisi Edisi Khusus I PKKMB UNY 2017 - PKKMB Berbeda dari Tahun Lalu

Page 1

EXPEDISI EDISI KHUSUS I PKKMB UNY | AGUSTUS 2017

MEMBANGUN

SENTRA

n Penampilan Citra Derap Bahana dalam display Unit Kegiatan Mahasiswa pada hari pertama PKKMB, Senin (21/8).

B U D AYA

KRITIS

Bagas | Expedisi

PKKMB Berbeda dari Tahun Lalu Perubahan nama timbulkan masalah.

U

niversitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengubah nama kegiatan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) menjadi Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Perubahan nama tersebut dilatarbelakangi karena adanya surat edaran dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Nomor: 468/B/SE/2017 tertanggal 26 Juli 2017. Hal tersebut diamini oleh Wisnu Prawijaya, ketua PKKMB UNY 2017, bahwa perubahan nama tersebut dikarenakan perintah dari Kemenristekdikti. “Saya mendapat infonya itu belum terlalu lama, yang jelas pada saat koordinasi dengan WR III,” kata Wisnu pada Senin (14/8). Wisnu menuturkan pada saat koordinasi dengan WR III di sesi akhir, nama Ospek lalu diputuskan diganti menjadi PKKMB. Wisnu menambahkan, tidak ada perbedaan mendasar antara Ospek dan

PKKMB, hanya perubahan nama saja. Hal itu dibenarkan oleh Wakil Rektor III, Sumaryanto, jika Ospek dengan PKKMB tidak ada perbedaan secara substansial. Ia juga mengungkapkan alasan PKKMB kali ini hanya dilaksanakan selama empat hari lantaran sesuai dengan arahan Kemenristekdikti. “Hal tersebut sesuai arahan dari Kemenristekdikti yang mengatur waktu pelaksanaannya minimal empat hari. UNY merupakan bagian dari pembelajaran dan kemahasiswaan, ya kita melaksanakan,” kata Sumaryanto pada Minggu (20/8). Pada 2016, acara yang dulu masih bernama Ospek itu berlangsung selama lima hari dengan rincian dua hari Ospek universitas, dua hari Ospek fakultas, dan satu hari Ospek jurusan. Tahun ini, PKKMB berlangsung selama empat hari, namun keberadaan PKKMB di jurusan tergantung kebijakan fakultas masingmasing. Selain itu, terjadi pertukaran susunan acara pada hari pertama dan kedua.

Dari yang semula pembukaan PKKMB dilakukan pada hari Senin, diundur pada hari Selasa. Menurut Sumaryanto, Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY, tengah mengikuti suatu acara di Merauke sehingga tidak dapat hadir pada hari Senin. Dampak Perubahan Nama Menurut Wisnu, dari pergantian nama tersebut berimbas pada beberapa atribut harus diganti seperti cap PKKMB yang ada di beberapa fakultas. “Saat berganti nama menjadi PKKMB itu atribut yang mereka kenakan tidak sesuai dengan item. Item-nya kan PKKMB,” Kata Wisnu. Selain masalah beberapa atribut, Wisnu menyatakan bahwa dari pihak sponsorship, perubahan nama Ospek menjadi PKKMB menimbulkan kekhawatiran apabila harus merevisi proposal lagi. Keluhan tersebut datang dari beberapa panitia PKKMB fakultas. Seperti yang terjadi di Fakultas Ilmu Sosial (FIS), dengan perubahan nama Ospek menjadi


SENTRA

EDISI KHUSUS I PKKMB UNY AGUSTUS 2017 PKKMB terdapat beberapa perlengkapan yang harus diganti. Contohnya, cap yang harus diganti mendadak oleh panitia. “Ada beberapa yang harus diganti seperti cap dari FIS. Awalnya Ospek kita ganti menjadi PKKMB,” kata Maya Eka Septiana, koordinator PKKMB FIS pada Kamis (17/8). Sama halnya yang terjadi di FIS, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang sudah terlanjur membuat cap, logo, dan suratsurat akhirnya harus merevisi lagi. “Kita hanya cap dan persuratan yang sudah digunakan sama logo,” kata Alman Kresna Aji, koordinator FMIPA pada Rabu (16/8). Alman menambahkan bahwa yang tidak diganti hanya beberapa surat yang sudah keluar. Perubahan nama yang dilakukan UNY ini isi terkesan mendadak bagi ed xp |E is n para panitia PKKMB, Ya terutama di tingkat fakultas.

EDITORIAL

n Sumaryanto, wakil rektor III, saat memberi keterangan perubahan Ospek menjadi PKKMB

Seperti yang diutarakan Maya, yang menganggap perubahan nama tersebut terasa mendadak. “Sejak perubahan itu, bagi kami terasa mendadak karena harus mengganti laporan pertanggungjawaban dan proposal dari Ospek menjadi PKKMB,” ujarnya. Maya menambahkan, jika kerugian yang diakibatkan dari pergantian nama tersebut akan ditanggung oleh FIS. “Kami kemarin menggantinya dulu karena biar cepat selesai merevisi proposal dan suratsurat menjadi PKKMB,” katanya. Sama seperti Maya, Alman menyatakan, jika Ospek dengan PKKMB tidak ada perbedaan, secara konsepnya masih sama. “Mungkin yang berubah itu cuma nama-nama yang ada di banner,” kata Alman. Menanggapi apabila terdapat kerugian dari perubahan nama itu, Sumaryanto mengatakan, pihaknya akan menggantinya apabila telah terlanjur mencetak atribut atau perlengkapan dengan nama Ospek. Sejak perubahan nama, sistem kepanitian di PKKMB ini melibatkan tiga komponen, yaitu tenaga pendidik, dosen, dan mahasiswa. Dengan sistem kepanitiaan tersebut menyebabkan beberapa koordinasi kurang maksimal. Wisnu mengungkapkan, ia merasa koordinasi antara satuan pengamanan terganggu karena sudah bergerak tanpa komando panitia mahasiswa.

merupakan tanggung jawab pimpinan perguruan tinggi, yang didukung oleh dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Dengan demikian kepanitiaan PKKMB dipegang oleh tiga komponen dalam melaksanakan kegiatan

“Kalau dari teman-teman, keynote speaker itu kan harapannya dari panitia, itu kembali lagi ke idealisme mahasiswa.” -Wisnu. PKKMB tersebut. Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan Sumaryanto. Ia mengatakan jika susunan kepanitiaan sama seperti tahun lalu. “Sekarang kepanitiaan harus ada dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Sejak dulu seperti itu,” kata Sumaryanto. Menurut Wisnu, peran mahasiswa UNY yang dilibatkan proporsinya lebih banyak dari komponen kepanitiaan lainnya, tetapi secara konsep dipegang oleh bidang kemahasiswaan. “Menurut saya ini perlu menjadi evaluasi tahun depan,” katanya. Wisnu juga menyatakan untuk PKKMB ke depan, seperti penentuan pembicara harusnya ada kordinasi yang baik antar panitia. “Kalau dari teman-teman, keynote speaker itu kan harapannya dari panitia, itu kembali lagi ke idealisme mahasiswa,” pungkasnya. Sunardi Haris, Yasin

Sistem Kepanitiaan PKKMB Berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan Kemenristekdikti, PKKMB

Persiapan PKKMB UNY Tidak Matang SITUASI PKKMB UNY kali ini seperti jargon tukang tahu bulat: serba dadakan. Tidak hanya dana PKKMB yang dialokasikan dadakan, kali ini pergantian nama dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) ke Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) juga dadakan. Pergantian nama mengacu pada surat keputusan (SK) Direktorat Jenderal Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Nomor 468/B/ SE/2017 tertanggal 26 Juli 2017. Padahal panitia sudah mempersiapkan dengan nama Ospek. Akibatnya, panitia PKKMB harus mengganti beberapa atribut, seperti cap, banner, surat-surat, dan barangbarang yang tidak bisa diganti lagi.

2

Ospek maupun PKKMB tidak memiliki pemaknaan yang berbeda. Intinya tetap sama, membantu mahasiswa baru beradaptasi dengan kehidupan kampus. SK tersebut turut mengatur kepanitiaan PKKMB. Disebutkan kepanitiaan terdiri dari tiga komponen yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan. Dilansir beritasatu. com, Menristekdikti, Mohamad Natsir, mengatakan ketua panitia PKKMB dibawahi langsung dari dosen. Diberlakukannya aturan tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya kecenderungan panitia dalam melakukan perpeloncoan. Beberapa praktik penyimpangan terjadi di beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.

Mempersoalkan kekhawatiran mengenai tindak kekerasan memang diperlukan. Namun melibatkan beberapa komponen di atas juga dikhawatirkan rawan adanya intervensi. Kerancuan pembagian tugas dirasakan oleh beberapa panitia dari mahasiswa. Padahal koordinasi mahasiswa dan birokrat merupakan keniscayaan untuk mengawasi dan membimbing. Birokrat UNY seharusnya paham akan posisi panitia PKKMB. Dengan dana terbatas mereka masih harus mengganti atribut agar sesuai dengan nama “PKKMB”. Pergantian nama secara mendadak pun menandakan kuranganya antisipasi dari birokrat sehingga ada pihak-pihak yang dirugikan. Redaksi


EDISI KHUSUS I PKKMB UNY AGUSTUS 2017

PERSEPSI

Politik Lewat Penyeragaman Pakaian

P

akaian yang dipakai seseorang bukanlah sekadar sepotong kain untuk menutupi bagian tubuh tertentu. Pakaian biasanya mencerminkan karakter pemakaianya dan pesan yang ingin disampaikan. Hal itulah yang ditulis Aulia Adam dalam tulisan di Tirto.ID berjudul “Diplomasi Politik Lewat Pakaian”. Hal serupa juga dijelaskan Yusran Dermawan melalui esainya berjudul “Pakaian, Identitas, dan Pandangan Dunia”. Melalui pakaian terlihat refleksi mengenai cara berpikir, kepribadian, serta pernyataan politik seseorang. Hal itu tergambar lewat sosok Tjipto Mangoenkoesomo yang kesehariannya menggunakan baju adat Jawa ala rakyat biasa sebagai simbol pergerakan melawan penguasa tradisional, yakni pihak keraton yang dianggapnya sebagai boneka pemerintah kolonial. Akan tetapi, bagimana jika pakaian diseragamkan dan diwajibkan? Tentunya pakaian tersebut tak mampu lagi merefleksikan dirinya. Ada sebuah tuntutan atau kewajiban yang diemban pemakainya, selain usaha mendisiplinkan oleh subjek yang memiliki kuasa di balik penyeragaman itu. Penyeragaman juga terjadi dalam Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Maba biasanya diwajibkan memakai pakaian seragam ‘hitam-putih’ selama PKKMB berlangsung. Penyeragaman tersebut pada awalnya untuk meleburkan perbedaan dalam persatuan. Berangkat dari pemahaman tentang persatuan, warna hitam-putih dipilih untuk pakaian PKKMB. Namun, hal itu justru menekan ekspresi dari karakter masing-masing pemakainya. Penyeragaman pakaian ini menjadi langkah awal dalam melakukan penyeragaman secara luas, baik dalam berpikir maupun bertindak. Akibat dari penyeragaman ini

Nossis | Expedisi

dapat dilihat dari penggunaan peraturan pakaian yang sama setiap tahunnya. Panitia menjadi berpikir struktural tanpa sebuah pembaharuan karena penyeragamanpenyeragaman yang terjadi di masa PKKMB. Men­jalan­ kan PKKMB seperti budak Event Organizer yang me­ngikuti tradisitradisi se­belum­nya. A ka n ­k a h p e n ­­ yeraga­­man itu ­mam­pu men­cerminkan diri pe­makainya atau justru men­­cerminkan ku­a sa yang ada di ba­l iknya? Pen­ yeragaman ter­sebut bak upaya pa­­ni­tia dan kuasanya untuk men­di­siplin­kan maba. Mereka mengu­pa­ya­kan kedisiplinan melalui hal-hal terkecil. Mendidik maba supaya mengikuti peraturan yang ada. Apabila ada kekeliruan maka sudah ada sanksi yang menunggunya. Sebenarnya panitia bukanlah pemilik peran tunggal dalam masalah ini. Ada kuasa di balik layar yang ikut berpolitik dalam hal ini. Mereka mengatur untuk mendisiplinkan mahasiswa terhadap segala hal. Pada akhirnya tumbuh kedisiplinan terhadap peraturan yang dikeluarkan dan budaya ketakutan untuk melanggarnya. Imbasnya, daya kritis pun menumpul. Hal itulah yang penulis sebut sebagai kuasa upaya struktural, membuat maba seperti mahasiswa kakak tingkatnya yang tak begitu peduli terhadap sesuatu yang berbeda. Mereka terbiasa akan

sesuatu yang seragam di lingkungannya karena sengaja diciptakan oleh situasi yang seragam sebelumnya. Va n Dijk, dalam karyanya berjudul Outward A p p e re a n c e s y a n g diterjemahkan oleh M. Imam Azis menjelaskan, bagaimana pakaian mampu dijadi­k an sebagai kontrol VOC pada pribumi. Misalnya saja melalui pe­r atu­r an pem­ erintah tahun 1658, di mana VOC me­ ngatur orang Jawa di Batavia me­makai kostum mereka sendiri sebagai upaya untuk mem­permudah pengawa­san. Selain itu, larangan untuk berbaur dengan bangsa lain juga se­makin menajamkan perbedaan antara suku, etnis, dan kelas sosial waktu itu. Untuk itu, politik lewat pakaian tentunya perlu diperhatikan, bagaimana pakaian sendiri mampu menjadi kontrol sosial untuk kepentingan politik; menciptakan budaya struktural yang saklek terhadap aturan; serta menganggap yang tidak sesuai aturan adalah pemberontak. Oleh karena itu, perlu dilakukan kritik terhadap suatu peraturan. Tujuannya, untuk mempertimbangkan, apakah suatu peraturan memang patut dijalankan, atau malah sebaliknya, cuma digunakan sebagai dalih politisasi dari beberapa pihak untuk menciptakan iklim politik yang mendukung. Mu’arifah

Pimpinan Proyek Khansa Nabilah | Sekretaris Bagas Nugroho Pangestu | Bendahara Maulidya Alhidayah | Redaktur Pelaksana Ahmad Yasin | Redaktur Khansa Nabilah, Rofi Ali Majid | Reporter Ali, Bagas, Haris | Redaktur Foto Yonky Rizki Munandhar | Artistik Gilang Ramadhan, Mar'atu Husnia Alfi, Nossis Noer Dimas Hertanto, Sunardi | Produksi Rofi Ali Majid | Iklan Haris Dwi Saputra, Khairuddin Ahmad, M. Noor Alfian Choir, Roni Kurniawan | Sirkulasi Ramadhoni Satria Gunawan | Alamat Gedung Student Center Lt 2 Karangmalang, Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

3


GALERI

EDISI KHUSUS I PKKMB UNY AGUSTUS 2017

n Orasi kebangsaan pada TM 2 Fakultas Ekonomi, Sabtu (19/8). Foto oleh Ali.

n Pembawa bendera dari perwakilan masing-masing Unit Kegiatan Mahasiswa UNY sedang melakukan gladi kotor, Jumat (18/8) di GOR. Foto oleh Yonky.

n Mahasiswa baru mengambil wudhu dari botol air minum, Senin (21/8) di halaman GOR. Foto oleh Bagas.

IKLAN

n Gladi bersih delegasi Unit Kegiatan Mahasiswa untuk display, Minggu (20/8). Foto oleh Yasin.

4


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.