Buletin Expedisi Edisi Khusus II OSPEK 2016 - Parade Ormawa Diwarnai Aksi Penolakan UKT

Page 1

EXPEDISI EDISI KHUSUS II OSPEK UNY 2016

MEMBANGUN

B U D AYA

KRITIS

UKT Penindas Mahasiswa. Salah satu tuntutan Ormawa FIS dalam Parade Ormawa di GOR UNY Senin(22/08). (Foto oleh Putri R | EXPEDISI)

SENTRA

Parade Ormawa Diwarnai Aksi Penolakan UKT

K

oordinator lapangan Aliansi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (AMF), Deby Hermawan, meyakinkan bahwa parade organisasi mahasiswa (Ormawa) Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang dilakukan ketika di GOR Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bertujuan menimbulkan gairah fakultas lain mengenai Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang tinggi. Salah satu spanduk yang mereka bawa bertuliskan tentang UKT yang menindas mahasiswa karena mengalami kenaikan. Mereka juga mengatakan bahwa parade Ormawa yang mereka lakukan adalah untuk memberikan pengenalan kepada mahasiswa baru (Maba) untuk lebih mengenal UKT. Prioritas yang dijalankan AMF dimaksud

agar semua fakultas tersadar bahwa UKT sangat mencekik mahasiswa, hal lainnya adalah mengajak seluruh Maba maupun ormawa fakultas lain untuk bergerak dalam menyikapi UKT yang tidak sesuai, begitulah yang dikatakan oleh Deby. “Semoga saja isu ini memantik semua teman-teman lain untuk mau bergerak supaya mengatasi masalahmasalah soal UKT,” ujar Deby Hermawan ketika ditemui usai melakukan perkenalan Ormawa terhadap Maba di GOR UNY , Senin (22/8). Menurut Adi Riski, Maba Pendidikan Geografi FIS, dalam menyaksikan parade Ormawa FIS yang mengangkat tentang permasalahan UKT, menganggap bahwa

yang dilakukan Ormawa FIS merupakan suara Ormawa FIS kepada mahasiswa lain agar tersadar dalam menyikapi permasalahan UKT. Ia juga menambahkan bahwa dalam penurunan UKT seharusnya ditujukan kepada mahasiswa kurang mampu. “Jika UKT bagi orang tidak mampu (terlalu tinggi, red), setidaknya perlu diturunkan,” ungkapnya. AMF menuntut dalam salah satu poin tuntutannya membuka lebar membuka wadah mahasiswa yang mengajukan keringanan UKT, di mana Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) nomor 39 tahun 2016 mengatur tentang Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan UKT pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di lingkungan


SENTRA Soal nanti, tergantung musyawarah yang dilakukan,” kata Sumaryanto. Sumaryanto juga mengungkapkan bahwa sebenarnya ia tidak mem­per­ma­salahkan mengenai pelibatan Maba dalam aksi Ormawa FIS tersebut. Iwan Dwi Fahrudin, Sukron, Wachid

Press release Ormawa FIS terkait aksi yang mereka lakukan di Gor UNY, Senin (22/08) (Foto oleh Yayan | EXPEDISI) (Menristekdikti). Tepatnya pada pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa UKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) terdiri atas beberapa kelompok yang ditentukan berdasarkan kemampuan ekonomi mahasiswa, orang tua mahasiswa, atau pihak lain yang membiayainya, yang dalam pembiayaan awal kuliah terlebih dahulu mendatangani

Ormawa tersebut merupakan aspirasi, hal serupa berkaitan dengan isu-isu yang nyata pada kehidupan mahasiswa. “Karena itu mengenai bagaimana kita menyampaikan sesuatu kepada orang lain agar semangat orang lain ikut tersadar,” jelas Adi lebih lanjut. Selaku Wakil Rektor (WR) III, Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes., berpendapat mengenai parade yang dilakukan Ormawa mahasiswa FIS merupakan perwujudan kebebasan berpendapat dan berekspresi. “Mereka mengekspresikan suara hati, yang terpenting tidak ada kekacauan, tidak memaksakan, bahkan saya menyaksikannya,” ungkapnya. Namun, ketika Ormawa FIS memasuki GOR UNY untuk melakukan parade Ormawa terlihat usaha pengambilan secara paksa tentang tulisan dalam spanduk yang mereka anggap bernada provokatif. “Walaupun sempat dihalang-halangi oleh oknum FIS, panitia Ospek, Penegak Kedisiplinan (PK) universitas, Resimen Mahasiswa (Menwa), satpam, birokrat kampus UNY, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) fakultas, tetapi teman-teman tetap bergerak dan melawan,” ujar Deby. Lain halnya yang diungkapkan Sumaryanto, ia menganggap yang dila­ku­kan Ormawa FIS sah-sah saja dalam penyampaiannya. “Tidak masalah karena mahasiswa mempunyai hak untuk berbicara, punya pikiran.

“Tidak masalah karena mahasiswa mempunyai hak untuk berbicara, punya pikiran. Soal nanti, tergantung musyawarah yang dilakukan,” surat bermeterai yang dibuat universitas. Fungsi surat tersebut yang akan mempersulit mahasiswa dalam penurunan UKT. Namun, mahasiswa diperkenankan untuk menurunkan UKT dengan peryaratan antara lain orang tua yang membiayai meninggal dunia, berhenti bekerja,sakit keras/menahun, atau kondisi yang menyebabkan tidak lagi mendapat penghasilan sebesar yang ditulis pada saat awal ketika menandatangani surat bermeterai. Tindakan represif Kordinator FIS, Beni Saputro, menjelaskan mengenai parade Ormawa yang berisi tuntutan penurunan UKT bahwa tuntutan yang diajukan AMF merupakan aspirasi mahasiswa di mana kebebasan berpendapat dan berekspresi tidak dibatasi, untuk itu perlu menyuarakannya (permasalahan UKT, red). “Iya, jelas berbau provokatif. Kita sebagai manusia seharusnya mempunyai perspektif,” ungkap Beni. Adi sendiri menganggap bahwa parade

2

editorial Usaha Penyanderaan Opini Mahasiswa Ospek universitas hari pertama yang di­se­leng­ga­ ra­kan di GOR UNY merupakan salah satu gelaran ospek yang ditunggu-tunggu oleh Ormawa di masing-masing fakultas. Salah satu fase yang yang ada di dalamnya adalah fase di mana Ormawa berorasi di depan Maba. Harapannya Maba mengerti lingkup dan kultur yang ada di dalam fakultas mereka masing-masing. Fase ini penting, sebab di sinilah pertama kalinya Maba berinteraksi secara langsung dengan kultur Ormawa di masing-masing fakultas. Parade Ormawa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) yang diadakan pada Senin (22/8) kemarin bertemakan UKT. Tujuan mereka adalah untuk mengangkat kembali isu UKT agar mahasiswa, baik yang baru maupun lama, memahami bahwa banyak ketidakadilan yang terjadi di dalam sistem UKT. Mereka berusaha mengadvokasi Maba agar lebih mengenal sistem pembayaran kuliah yang akan mereka jalani di UNY. Sayangnya, rencana awal yang sudah di­per­ si­ap­kan secara matang tidak dapat dilaksanakan secara maksimal di lapangan. Penyebabnya, pihak Ospek fakultas berusaha untuk meminimalisir a­da­nya aksi-aksi provokatif yang melibatkan Maba. Meski usaha tersebut tidak berhasil, tetapi hal ini menunjukkan adanya niatan untuk menyandera ekspresi mahasiswa. Padahal, kebebasan berekspresi sendiri telah diatur dalam Undang-undang Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 amandemen keempat yang semestinya harus dilindungi, bukan malah berusaha dihalangi. Hal ini tentunya penting karena mahasiswa sendiri adalah salah satu golongan masyarakat yang harus independen dan bebas untuk menyampaikan opininya kepada khalayak ramai. Redaksi

EDISI KHUSUS OSPEK II UNY 2016


PERSEPSI

Kekerasan Identitas dalam Ospek

K

ekerasan tidak melulu bersifat fisik, faktor nonfisik seperti mengusik identitas pun merupakan suatu bentuk kekerasan. Adanya ideologisasi pada setiap identitas merupakan hal yang sangat riskan untuk tindak kekerasan. Ini akan melahirkan pelabelan identitas pada setiap manusia yang akhirnya memandang orang lain yang tidak searah bukan bagian dari golongannya. Ospek sebagai wadah pendidikan dan pengenalan kampus masih saja mengisahkan kekerasan identitas pada setiap mahasiswa baru (Maba). Prosesi kekerasan identitas tersebut dibentuk akibat adanya persepsi tunggal yang disalurkan dalam seluruh rangkaian kegiatan Ospek. Misalnya saja, jargon Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dijuluki sebagai fakultas pergerakan, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dijuluki sebagai fakultas budaya, Fakultas Ilmu Pendidikan dijuluki sebagai fakultas pendidikan, dan lainnya. Jargon-jargon identitas ini, sering dikoarkan oleh panitia Ospek fakultas kepada Mabanya sehingga secara tak sadar terinternalisasi dalam benak pemikiran Maba. Adanya persepsi tunggal ini akan membentuk pola pemikiran serta identitas Maba dengan kultur mereka tempati. Dan, pilihan tersebut akan melahirkan inklusi dan ekslusi. Inklusi pada identitas yang sama dan ekslusi terhadap identitas yang berbeda. Akhirnya cenderung mengekang kebebasan Maba untuk menentukan pilhan mereka sendiri, yang secara tak sadar seolah-olah mereka tidak punya pilihan lain selain identitas

tersebut. Maba akan saling mengklaim satu sama lain dan berstigma terhadap berbagai macam fakultas, bahwa fakultas mereka lebih unggul terhadap yang lain. Ranah seni dan budaya hanya bisa ditempatkan dan dilakukan oleh orang-orang yang masuk dalam FBS, sebaliknya juga ranah pergerakan hanya bisa dilakoni oleh orang-orang berkecimpung di FIS, begitu pun di fakultas yang lain. Pembatasan ruang pemikiran pada setiap Maba inilah yang akan melahirkan manusia yang monodimensi yaitu manusia dengan pola pemikiran dan ruang geraknya pada satu wadah saja. Pada dasarnya, apa yang dikehendaki Maba hanyalah apa yang menjadi kehendak fakultas tersebut. Akibatnya menimbulkan keterasingan hubungan sosial di masing-masing seluruh mahasiswa baru yang ada di UNY. Sejatinya Ospek memberikan Maba untuk saling mengenal dan berhubungan baik serta memberikan harapan yang indah bahwa mereka adalah satu sebagai generasi penerus bangsa yang dilahirkan dari rahim UNY. Dengan adanya penanaman ideologis identitas fakultas tersebut pada saat Ospek, hubungan mereka akan saling renggang yang memandang fakultas lain bukan bagian dirinya. Akhirnya Ospek bukan ajang perkenalan kampus dan sesama mahasiswa, tetapi sudah menjadi tarung identitas antarfakultas. Ospek Humanis Amartya Sen dalam bukunya dengan judul Kekerasan dan Identitas, mengungkapkan

bahwa pada dasarnya manusia itu mahluk yang multidimensi. Dia tidak terikat pada satu identitas saja, tetapi beragam macam identitas dalam dirinya tergantung kultur masyarakat yang dia kehendaki. Dia punya kehendak tersendiri untuk membentuk identitasnya. Oleh karena itu, tidak bisa secara langsung mem­ben­tuk identitas seseorang harus sama identitasnya satu sama lain, hanya pada ke­ hen­dak dirinyalah identitas dibentuk. Ospek sebagai sarana pendidikan bagi Maba, idealnya proses ideologisasi identitas tidak seharusnya diterapkan di dalam ranah kegiatan Ospek. Ini pun agar mencegah pembatasan identitas di masing-masing fakultas. Dan, biarlah para Maba membentuk identitasnya yang diinginkan sesuai kultur yang ada di lingkungannya. Maka dari itu, perlunya satu framing yang sama dari seluruh fakultas, baik jargon-jargon yang sering dilontarkan oleh panitia Ospek maupun bendera identitas yang mereka kenakan agar tidak saling berpandangan fakultas mana yang terbaik dan yang terburuk. Disisi lain, akan tercipta harmonisasi hubungan emosional sesama Maba di UNY dan akan mewujudkan rasa kepercayaan diri tentang kesederajatan sesama Maba antarfakultas. Sehingga, Maba diberikan ruang dan kesempatan untuk mencari sendiri identitasnya sesuai yang dia kehendaki. Fahrudin

SUARA MABA Menurut saya kegiatan Orientasi Studi dan Pengenalan Ospek (Ospek) ini menyenangkan, tetapi masih ada beberapa kekurangan. Seperti saat sampai di GOR banyak yang merasa capai. Namun, kami tidak diperbolehkan untuk istirahat. Dan, tugas-tugas yang diberikan juga terasa berlebihan. Edo Torik Kurniawan Pendidikan Teknik Elektronika

Menurut saya, UKT memang kurang adil karena saya juga mendapat UKT yang

cukup tinggi. Padahal teman-teman saya yang memiliki pendapatan sama dengan saya tetapi UKT mereka rendah. Kurang mungkin, kan, dari atas kurang bisa melihat yang seperti itu (pendapatan sama, UKT berbeda, red). Firna Septatriana Ilmu Administrasi Negara

Seharusnya UKT dimurahkan saya supaya tidak terlalu membebani. Mengenai pembagian juga seharusnya rata (seimbang sesuai kemampuan ekonomi, red). Namun, jika orang itu kaya ya harus jujur. Terus tahun

Pimpinan Proyek Wachid As-siddiq | Sekretaris Hanum Tirtaningrum | Bendahara Maria Purbandari | Redaktur Pelaksana Nisa Maulan | Redaktur Fahrudin, Iwan Dwi | Reporter Fahrudin, Sukron, Wachid | Redaktur Foto Dwi Putri | Artistik Danang Suryo, Fahrudin, Gigih Nindia | Produksi Heni Wulandari | Iklan Maria Gracia, Meida Rahma, Moh Agung | Tim Polling Umi Zuhriyah, Iwan Dwi, Jimal Arrofiqie | Sirkulasi Erya Ananda| Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ­Ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

EDISI KHUSUS OSPEK II UNY 2016

ini jika UKT-nya tinggi juga tidak bias turun. Rehan Pendidikan Sosiologi

Tata tertib yang masih rancu, misal seperti peraturan tentang kaus kaki yang hanya disebutkan putih saja ternyata putih polos, dan informasi yang masih sering bergantiganti membuat bingung. Lalu tentang Technical Meeting (TM) yang dilakukan berkali-kali lebih baik dilakukan satu kali dan pengadaannya tingkat universitas bukan fakultas saja. Galang Sanraka Pendidikan Guru Sekolah Dasar

3


GALERI OSPEK

1

3

2

4

1. Senin (22/8), Mahasiswa baru membentuk pola saat mengikuti Ospek di GOR UNY. (Foto oleh Yayan | EXPEDISI) 2. Senin (22/8), Mahasiswa baru FMIPA meneriakkan yel-yel dengan antusias. (Foto oleh Yayan | EXPEDISI) 3. Senin (22/8), Persiapan parade ormawa FBS di luar GOR UNY. (Foto oleh Putri R | EXPEDISI) 4. Senin (22/8), Pendidikan Jangan Dijualbelikan. (Foto oleh Aziz | EXPEDISI)

Kebebasan Berekspresi: Hak dan Kewajiban!

4

EDISI KHUSUS OSPEK II UNY 2016


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.