Buletin Sidogiri edisi 65

Page 56

Di tangan mereka, fikih menjadi sebuah teori, bukan ajaran. Juga, menjadi perangkat justifikasi terhadap tindakan penguasa, menjadi tangga untuk meraih jabatan-jabatan strategis di pemerintahan. Bahkan, fikih akhirnya menjadi nalar pembenaran terhadap hal-hal salah dan tuntutan nafsu.

Abdurrahman al-Majdzub menyatakan, “Orang-orang bilang aku penggemar bidah… bahwa jalanku harus ditebang… Akan tetapi, jika aku menjaga kemurnian bersama Tuhan… maka tak ada bahaya apapun dari manusia.” Di antara tanda ilmu yang bermanfaat, menurut ajaran sufi, adalah perasaan cukup (qanâ’ah) dengan penilaian Allah. Perasaan ini, kata Ibnu Ajibah al-Hasani, membuahkan sikap tak terlalu menghiraukan penilaian manusia, baik pujian atau cercaan. Dalam bahasa lain disebutkan: lâ yakhâfu fillâh laumata lâ’im, dalam menjalani kebenaran dia tidak takut dengan cercaan siapapun. Dalam sebuah nasehat sufi disebutkan, “Jika kau merasa sakit hati dengan cercaan orang, maka kembalilah kepada penilaian Allah. Jika kau masih belum merasa cukup dengan penilaian Allah, maka itu adalah musibah yang jauh lebih besar bagimu daripada cercaan orang tersebut.” Kritik Tasawuf terhadap Fikih Dalam Ihya’ Ulûmiddîn juga kitab-kitab tasawuf yang lain, tidak jarang dijumpai kritik yang ditujukan kepada ulama fikih. Tapi, yang menjadi sasaran kritik dalam kitab-kitab tersebut tentu

56

BULETIN SIDOGIRI.EDISI 65.MUHARRAM.1433

saja hanyalah fuqahâ’ tingkat bawah yang integritas keagamaan, kezuhudan, dan kewara’annya masih terbilang rendah. Di tangan mereka, fikih menjadi sebuah teori, bukan ajaran. Juga, menjadi perangkat justifikasi terhadap tindakan penguasa, menjadi tangga untuk meraih jabatanjabatan strategis di pemerintahan. Bahkan, fikih akhirnya menjadi nalar pembenaran terhadap halhal salah dan tuntutan nafsu. Fikih inilah yang mendapatkan kritikan keras dari tasawuf. Oleh karena itu, nyaris tidak ditemukan, kitab tasawuf yang mengkritik Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Sufyan ats-Tsauri, dan tokoh-tokoh teras yang lain dalam ilmu fikih. Sebaliknya, banyak sekali ucapan dan tindakan mereka yang dikutip dan dikisahkan sebagai teladan dalam tasawuf. Jadi, jika dirunut pada hakikat masing-masing, fikih dan tasawuf adalah dua saudara kembar. Berasal dari darah yang sama, lahir di waktu dan tempat yang sama. Adanya keberpihakan yang ekstrem kepada salah satunya, menunjukkan ada kedangkalan atau langkah pendangkalan. Fikih dan tasawuf pada dasarnya bersifat saling membangun dan saling melengkapi. Jika ternyata tetap terjadi konflik, maka kacamata paling jernih dalam mengamati hal itu adalah pesan yang disampaikan oleh Imam asy-Sya’rani di atas. Dengan sikap itu, sebuah benturan hanya akan menjatuhkan daun, tapi takkan sampai mencabut akar. Ahmad Dairobi/BS


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.