Buletin Sidogiri edisi 65

Page 23

sesuai dengan tradisi setempat. Kita kembali kepada tafsir-tafsir yang mu’tabar. Memang betul ada perbedaan pendapat di antara ulama. Tapi kalau soal menutup aurat itu tidak ada perbedaan pendapat. Perbedaan antara mereka cuma berkisar seputar masalah tadi; soal pergelangan tangan. Apakah boleh melihat sampai telapak tangan saja atau bagian belakangnya juga boleh. Itu saja. Tapi kalau paha, pusar, tidak ada perbedaan pendapat di antara ulama. Jangan perbedaan di bagian kecil tertentu terus mereka perluas seolah-olah perbedaan itu terjadi di semua bagian. Tidak. Perbeadaan ulama itu hanya di bagian-bagian tertentu, seperti perbedaaan mereka pada saat perempuan pingin di-khitbah. Bagian mana yang boleh dilihat. Apa mata kakinya saja? Apa sampai betis? Itu saja perbedaan yang terjadi di antara para ulama. Jadi, kalau bicara perbedaan ulama kita harus ambil yang mu’tabar. Qaul Munkar jangan dipakai. Makanya, ulama sepakat jangan sekali-sekali kita mengambil zillatul-âlim. Kalau mengambil zillatul-âlim kan repot. Kalau pendapat-pendapat yang terpeleset habis itu yang diambil kan repot. Bisa rusak syariat ini. Selama ini, bagaimana Habib melihat kesadaran wanita dalam memakai busana muslimah? Sebetulnya kita mesti mengakui dengan jujur, kesadaran perempuan-perempuan kita menggunakan pakaian muslimah makin hari makin bertambah.

Semakin menggembirakan. Dan ini tidak terlepas dari pengaruh pesantren-pesantren, madrasahmadrasah, dan dakwah-dakwah para dai. Cuma memang kita juga tidak menutup mata bahwa kebebasan yang ada di Indonesia saat inipun juga terlalu berlebihan. Kalau dulu orang kelihatan pahanya masih malu, sekarang sudah tidak malu lagi. Sebetulnya, yang menunjukkan paha kan dari dulu juga ada. Cuma bedanya, kalau dulu menunjukkan paha masih ada rasa malu. Sekarang, sudah tidak ada rasa malu sama sekali. Itu satu sisi yang perlu kita waspadai.

Yang mengatakan budaya muslimah ini tradisi Arab adalah pemikiran liberal. Pahampaham liberal ini sudah menjadi virus, menyebar kemana-mana.

Sebagian dari mereka enggan berjilbab karena berpandangan bahwa itu adalah budaya dan tradisi Arab, bukan syariat Islam. Yang mengatakan budaya muslimah ini tradisi Arab adalah pemikiran liberal. Paham-paham liberal ini sudah menjadi virus, menyebar kemana-mana. Sampai perempuan-perempuan kita yang sebetulnya tidak ngerti agama, abangan, tidak paham apa-apa, begitu mendapat dalil-dalil liberal semacam itu akhirnya menjadi justifikasi bagi mereka untuk mereka gunakan sebagai dalil untuk tidak berbusana muslimah. Bahkan yang kita sesalkan, pendapat-pendapat seperti itu justru datang dari orang-orang yang ditokohkan. Yang dianggap tokoh nasional. Yang dianggap orang yang ngerti soal agama. Mereka mengatakan jilbab itu tidak wajib. Ini kan jadi persoalan besar. Jadi sekali lagi, bahwa ada BULETIN SIDOGIRI.EDISI 65.MUHARRAM.1433

23


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.