Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi November-Desember 2021

Page 1

Media

Surat Kabar

Kasus Demam Berdarah Terus Meningkat: Apakah Kita Lalai?

Aesculapius

Kedokteran dan Kesehatan Nasional Terbit Sejak 1970

Waspada Gelombang Ketiga COVID-19 di Indonesia

Dilema PPKM Menjelang Natal dan Tahun Baru

06/LV

Nov-Des 2021 | ISSN 0126-4966


Daftar Isi

Headline Topik Utama

3

Dilema PPKM Menjelang Natal dan Tahun Baru

Topik Pendamping Vaksinasi, Perisai Perkasa Hadapi Potensi Gelombang Ketiga?

5

Asuhan Kesehatan Cegah Kematian Tata Laksana Strok Iskemik Akut

MA Info

Seremonia

8

Pentingnya Kesadaran terhadap Resistensi Antimikroba

Arbeb

Atasi Nyeri Punggung Bawah dengan Terapi Kropraktik

Kolom Umum

Potret Bunga Pancarona

Suara Mahasiswa

Konsultasi

Pendekatan Anemia dan Pansitopenia: Apakah Suatu Keganasan Darah?

Kesmas

Kasus Demam Berdarah Terus Meningkat: Apakah Kita Lalai?

Tips & Trik

6 7

Nokturia Tidak Hanya Sebatas LUTS!

Daftar Isi

Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Payudara

9

Waspada Gelombang Ketiga COVID-19 di Indonesia

Seremonia

Apresiasi Indonesia untuk Sang Pahlawan Kesehatan

11 12

Suka Duka

Pendiri SobatDiabet: Belajar, Berbagi, Berkarya

Kabar Almuni

Mencetak Dokter Berkualitas dengan Membangun Pendidikan Kedokteran

Seputar Kita

Kanker Serviks: Apa yang Penting Kita Ketahui?

Senggang

Memetik Gitar: Melepas Penatnya Belajar

Ilustrasi Sampul oleh Aisha Putri (MA)

1

MEDIA

AESCULAPIUS

13 14 15 16 17 19 20 21


Dari Kami Salam sejahtera bagi kita semua, Liburan panjang terakhir sebelum Natal tahun lalu, yakni Idul Fitri, disusul oleh gelombang kedua Covid-19 yang sangat mematikan hingga mengakibatkan krisis sistem kesehatan. Kali ini, liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) telah berlalu. Melihat kasus harian Covid-19 yang cenderung rendah, pemerintah pun memutuskan untuk melonggarkan kebijakan PPKM menjelang Nataru meski varian Omicron sudah mengintai. Sudah tepatkah kebijakan ini? Simak ulasan lengkapnya di rubrik Headline. Nokturia merupakan suatu keluhan yang kerap kali disepelekan. Namun, tidak jarang keluhan yang lebih banyak menghantui pria ini dapat mengganggu kualitas hidup. Bagaimanakah tata laksana nokturia yang tepat? Pelajari kembali pendekatannya pada artikel MA Info. Keluhan lemas dan pucat akibat anemia merupakan salah satu keluhan yang cukup umum ditemukan pada praktik sehari-hari. Jika hanya komponen eritrosit yang kadarnya rendah, umumnya etiologinya tidaklah ganas. Sebaliknya, jika ternyata ditemukan lebih dari satu komponen darah yang kadarnya rendah, bagaimanakah pendekatan klinisnya? Apa hal yang tidak boleh terlewatkan saat memikirkan diagnosis bandingnya? Cari jawabannya yang ditulis oleh konsultan hematologi-onkologi di artikel Konsultasi. Selama masa pandemi, berbagai kegiatan dilakukan secara daring sehingga masyarakat pun semakin banyak yang mengalami nyeri punggung bawah akibat duduk terlalu lama. Salah satu pilihan terapi yang semakin popular di masyarakat adalah terapi kiropraktik. Apakah terapi ini benar-benar dapat efektif mengatasi nyeri punggung bawah dan pada kasus apa saja terapi ini dapat diterapkan? Dapatkan jawabannya di artikel Arbeb! Bagi seorang dokter untuk bisa berkarya dan bermanfaat bagi dunia kesehatan, tidak harus menunggu untuk menjadi seorang guru besar. Setidaknya, itulah yang telah dibuktikan oleh dr. Rudy Kurniawan, Sp.PD. Ikuti kisah perjalanan karier sang pendiri komunitas SobatDiabet di artikel Suka Duka! Akhir kata, selamat tahun baru 2022 bagi para pembaca sekalian. Semoga tahun ini menjadi tahun yang lebih baik bagi kita, keluarga, masyarakat, dan negeri kita yang tercinta. Salam sehat!

Billy Pramatirta, S.Ked Pemimpin Redaksi

MEDIA AESCULAPIUS

Pelindung: Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, PhD (Rektor UI), Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP (Dekan FKUI) Penasihat: Dr. Tito Latif Indra, MSi (Direktur Kemahasiswaan UI), Dr. dr. Anggi Gayatri, SpFK (Koordinator Kemahasiswaan FKUI) Staf Ahli: Seluruh Kepala Bagian FKUI/RSUPNCM, Prof. Dr. Ma’rifin Husein (CHS), dr. Muki Reksoprodjo, dr. Boen Setiawan, dr. Sudarso, dr. E. Oswari, DPH, Prof. Dr. Arjatmo Tjokronegoro, PhD, dr. Hapsara, DPH (Kemenkes RI), dr. Fahmi Alatas, Prof. dr. Marwali Harahap, SpKK, Prof. Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH Pembantu Khusus: Seluruh Alumni Aesculapius dan Media Aesculapius

Pemimpin Umum: Regine Viennetta Budiman. POSDM: Gabrielle Adani, Jessica Audrey, Arfian Muzaki, Engelbert Julyan Gravianto. Pemimpin Produksi: Tania Meirianty. Wakil Pemimpin Produksi: Hasbiya Tiara Kamila. Tata Letak dan Cetak: Ayu Saraswati, Auvan Lutfi. Ilustrasi dan Fotografi: Ayu Saraswati, Ayleen Huang. Infografis: Siti Noor Aqilla M, Nabilla Luthfia S. Staf Produksi: Sandra Princessa, Fahriyah Raihan M, Aisha Putri C, Chastine Harlim, Stella Clarissa, Indira Saraswati S, Arfian Muzaki, Aurelia Maria PS, Gita Fajri G, Hannah Soetjoadi, Marthin Anggia S, Mega Yunita, Sakinah Rahma S, Vina Margaretha M, Anthonius Yongko, Devi Elora G, Kania Indriani RP. Pemimpin Redaksi: Billy Pramatirta. Wakil Pemimpin Redaksi: Ariestiana Ayu Ananda Latifa. Chief Editor: Jonathan Hartanto, Aughi Nurul Aqiila. Redaktur Senior: Nur Afiahuddin T, Yuli Maulidiya S, Farah Qurrota A, Nathalia Isabella M, Dina Fitriana S, Afiyatul Mardiyah, Elvan Wiyarta, Mariska Andrea S, Lidia Puspita Hasri, Prajnadiyan Catrawardhana. Redaktur Headline: Amanda Safira Aji. Redaktur Klinik: Kareen Tayuwijaya. Redaktur Ilmiah Populer: Izzati Diyanah. Redaktur Opini & Humaniora: Ariestiana Ayu AL. Redaktur Liputan: Gabrielle Adani. Redaktur Web: Alexander Rafael S, Albertus Raditya D. Reporter Senior: Rayhan Farandy, M Ilham Dhiya R, Wira Tirta DP, Jessica Audrey, Leonaldo Lukito N, Sheila F Safety. Reporter Junior: Alessandrina Janisha P, Rejoel Mangasa S, Benedictus Ansell S, Laurentia, Nada Irza S, Hendra Gusmawan, Kelvin Kohar, Rheina Tamara T, Raisa Amany, Ryan Andika. Pemimpin Direksi: Laureen Celcilia. Wakil Pemimpin Direksi: Engelbert Julyan Gravianto. Staf Direksi: Rafaella Shiene W, Aulia Nisrina Y, Caroline Griselda W, Medhavini Tanuardi, Stella Kristi T, Stephanie Amabella P, Hubert Andrew, Gerald Aldian W, Gilbert Lazarus, Kevin Tjoa, Mochammad Izzatullah, Nur Zakiah Syahsah, Sean Alexander, Vincent Kharisma W, Andi Gunawan K, Bunga Cecilia S, Iskandar Purba G, Jeremy Refael, Lowilius Wiyono, Syafira Nurlaila D. Alamat: Media Aesculapius BEM IKM FKUI. Gedung C lantai 4, Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. E-mail: medaesculapius@gmail.com, Rek. 157-00-04895661 Bank Mandiri Cabang UI Depok, website: beranisehat.com

MEDIA

AESCULAPIUS

2


Headline

Dilema PPKM Menjelang Natal dan Tahun Baru Libur natal dan tahun baru menanti masyarakat yang telah jenuh dengan pandemi. Tepatkah langkah pemerintah dalam melonggarkan pembatasan mobilisasi?

Chastine/MA

D

ibandingkan dengan beberapa bulan lalu, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia kini sudah jauh lebih terkendali. Selama bulan Desember 2021, tercatat jumlah kasus baru Covid-19 harian berkisar pada angka 100—300 kasus, sudah jauh lebih rendah dibanding puncak gelombang kedua pada Juli 2021 yang mencapai 50.000 kasus harian. Data tersebut menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia cukup terkendali jika dibandingkan dengan negara lain. Setelah sempat menyatakan akan menetapkan PPKM level 3 selama libur natal dan tahun baru, pemerintah akhirnya memutuskan untuk membatalkannya. Namun, apakah pelonggaran tepat dilaksanakan, atau justru berpotensi menjadi bumerang dalam usaha menanggulangi pandemi? Level PPKM Terus Menurun, Pandemi Telah Terkendali? Pelonggaran PPKM oleh pemerintah telah diputuskan dengan berbagai pertimbangan. “Kebijakan ini didasari oleh tiga alasan, yaitu kasus harian Covid-19 yang terkendali, adanya akselerasi vaksinasi, dan upaya

3

MEDIA

3T (tracing, tracking, and treatment) yang sudah lebih baik,” terang Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, Ketua Tim Advokasi Vaksinasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Tidak bisa dipungkiri bahwa Covid-19 memang masih ada di Indonesia, tetapi kondisinya lebih terkontrol sehingga pembatasan mobilisasi pun dapat mulai dikendurkan. “Saya mendukung adanya kebijakan pelonggaran PPKM karena dilihat dari kenaikan kasus yang cenderung terkendali di Indonesia, bahkan kita lihat di Jakarta terjadi zero death sejak tanggal 7 Oktober,” tandas dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D, epidemiolog Fakultas Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Pandu juga berpendapat bahwa kenaikan level PPKM selama libur natal dan tahun baru tidak perlu dilakukan. “Kita sudah berhasil mengendalikan pandemi sejak Agustus. Selain itu, kondisi tahun ini juga berbeda dengan tahun lalu, yang mana pada tahun lalu vaksinasi belum dilaksanakan dan belum ada aplikasi PeduliLindungi,” tambah Pandu.

AESCULAPIUS


Headline kita harapkan nantinya Covid-19 ini menjadi endemi di Indonesia,” tambah ahli alergi-imunologi tersebut. Adanya atau tidaknya gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. “Ada dua hal yang mendasari ada atau tidaknya gelombang ketiga, yaitu imunitas dan tidak adanya varian baru,” ujar Pandu. Salah satu cermin imunitas yang baik adalah tingkat vaksinasi suatu negara yang menggambarkan tingkat kekebalan komunitas. Adapun masuknya varian baru Covid-19 dapat menjadi ancaman untuk terjadinya gelombang ketiga. Meskipun demikian, diduga angka penyebaran dari strain virus Covid-19 AY.4.2 yang merupakan turunan dari varian Delta tergolong lebih rendah dari Delta sehingga diharapkan penyebarannya tidak terlalu signifikan.

Kebijakan ini didasari oleh tiga alasan, yaitu kasus harian Covid-19 yang terkendali, adanya akselerasi vaksinasi, dan upaya 3T (tracing, tracking, and treatment) yang sudah lebih baik Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI Angka Covid-19 yang terkendali di Indonesia ini juga didukung oleh percepatan cakupan vaksinasi yang terus digencarkan oleh pemerintah. “Pemerintah tahu kalau rakyat kita itu sulit untuk diajak vaksin. Oleh karena itu, untuk meningkatkan angka vaksinasi, pemerintah melakukannya dengan menjadikan vaksinasi sebagai syarat untuk dapat bepergian atau memasuki pusat perbelanjaan, tempat wisata, ataupun tempat yang kemungkinan besar akan menimbulkan kerumunan. Akibatnya, masyarakat akan segera melakukan vaksinasi agar mereka bisa bepergian dan berkumpul,” tutur Pandu. Peraturan tersebut dianggap memiliki peran besar dalam meningkatkan partisipasi vaksinasi masyarakat. Saat ini, tingkat vaksinasi di Indonesia sudah mencapai 70% untuk dosis pertama dan 50% untuk dosis kedua. Pemberian vaksin untuk lansia yang merupakan kelompok rentan pun juga terus digencarkan. Terbentuknya imunitas pada masyarakat setelah vaksinasi juga disinyalir berpengaruh dalam menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia. “Sebuah survei serologi menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kadar antibodi Covid-19 yang cukup tinggi,” ungkap Iris. Meskipun demikian, guru besar ilmu penyakit dalam FKUI itu juga mengatakan bahwa kualitas dari imunitas tidak dapat dinilai secara umum karena setiap individu memiliki respons imunitas yang berbeda dan tidak bisa disamaratakan. Paranoia Gelombang Ketiga: Waspada Boleh, Panik Jangan Indonesia sudah melewati lika-liku gelombang kedua Covid-19. Namun, masyarakat mulai khawatir mengenai kemungkinan terjadinya gelombang ketiga melihat negara-negara lain yang kini tengah menghadapinya. “Terkait gelombang ketiga, tidak ada yang dapat memastikan secara pasti kapan akan terjadi. Bisa saja di akhir Desember atau pun di awal tahun nanti,” ujar Iris. Selain itu, derajat keparahan dari gelombang ketiga ini juga belum bisa diprediksi. “Kita berharap gelombang ketiga tidak terjadi dan yang

MEDIA

Omicron, Ancaman Baru Setelah Delta? Saat ini, varian terbaru virus Covid-19, yakni Omicron diketahui telah memasuki beberapa negara, tak terkecuali Indonesia. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunawan Sadikin, mengumumkan adanya temuan kasus pertama Covid-19 varian Omicron pada 16 Desember 2021. Berdasarkan hasil pengamatan di Afrika Selatan, varian Omicron diketahui memberikan gejala yang ringan yang menyerupai selesma. “Akan tetapi, terlalu dini untuk mengatakan demikian. Belum bisa dipastikan perjalanan dari penyakit ini ke depannya serta bagaimana dan apakah vaksin yang ada saat ini efektif untuk melawan varian tersebut perlu dipelajari lebih lanjut,” tutur Iris. Mengingat varian ini baru diidentifikasi akhir November lalu di Afrika Selatan, tingkat keparahan penyakit yang ditimbukan dan dampaknya terhadap sistem kesehatan masih belum dapat dipastikan. Sebelum adanya varian Omicron, pemerintah telah menjalankan upaya untuk mencegah masuknya varian baru dari luar negeri, terutama di bandara yang menjadi pintu masuk varian dari negara asing. Contoh upaya tersebut ialah menerapkan kewajiban PCR minimal 3x24 jam dari negara asal untuk keberangkatan dari luar negeri dan karantina selama 10 hari setelah sampai di Indonesia. Selain itu, saat ini Indonesia juga melarang masuknya warga negara asing (WNA) dari 11 negara tempat teridentifikasinya varian Omicron. Pemerintah memang sudah memutuskan untuk melakukan pelonggaran PPKM selama masa liburan natal tahun 2021 dan tahun baru 2022. Akan tetapi, kebijakan tersebut bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai dengan kondisi nantinya. Masyarakat perlu diedukasi untuk tak perlu panik, tetapi sebisa mungkin tetap melakukan antisipasi dan tidak lengah untuk mencegah ancaman gelombang ketiga, terutama setelah libur natal dan tahun baru. Vaksinasi harus terus digencarkan, protokol kesehatan terus dijaga misalkan dengan penggunaan masker, serta menjaga gaya hidup yang sehat dan higienis. fadila

AESCULAPIUS

4


Headline

Vaksinasi, Perisai Perkasa Hadapi Potensi Gelombang Ketiga?

Cakupan sudah cukup tinggi, mampukah vaksin melindungi masyarakat dan mencegah gelombang ketiga setelah libur natal dan tahun baru?

B

eberapa bulan terakhir, penanganan Covid-19 di Indonesia mengalami progres yang sangat baik. Angka kematian harian kerap mengalami penurunan, bahkan DKI Jakarta dan beberapa provinsi lain sempat menyentuh angka kematian nol pada bulan Oktober 2021. Kasus nol kematian (zero death) Covid-19 tentunya tak muncul tiba-tiba. Salah satu kontributor utama dari pencapaian ini adalah tingkat vaksinasi yang terbilang sudah cukup tinggi di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Namun, apakah sebenarnya vaksinasi cukup untuk mencegah terjadinya gelombang ketiga setelah perayaan natal dan tahun baru (nataru) di Indonesia? Program vaksinasi dua dosis memang telah digalakkan pemerintah sebagai salah satu metode pengendalian Covid-19 sejak awal tahun. Berbagai kebijakan pemerintah juga secara tak langsung memaksa masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi, misalnya melalui aplikasi PeduliLindungi yang menjadi syarat utama untuk dapat berkunjung ke tempat-tempat umum. Vaksinasi pun telah membantu meningkatkan kekebalan komunitas. “Masyarakat memiliki kadar antibodi yang tinggi dari infeksi dan vaksinasi. Hal itulah yang menyebabkan penurunan kasus yang signifikan sejak bulan Juli dan tidak ada lonjakan kasus hingga

sekarang,” jelas Pandu. Meskipun memiliki peran penting dalam menurunkan kasus Covid-19, masyarakat perlu menyadari bahwa vaksinasi bukanlah tameng satusatunya untuk melindungi diri dari Covid-19. Pertahanan terhadap Covid-19 digambarkan oleh model keju Swiss: terdiri atas beberapa lapis, tetapi masing-masing lapisan memiliki lubang (kelemahan). “Memang betul bahwa vaksin yang paling kuat karena membentuk antibodi dalam tubuh kita, tetapi bukan segalanya,” tegas Iris. Menurutnya, terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan untuk mencegah Covid-19, yaitu vaksinasi, menjalankan protokol kesehatan, dan menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, tidur cukup, berolahraga, dan berdoa. “Ketiga hal tersebut harus diperhatikan dan tidak dapat berdiri sendiri,” Iris menambahkan. Tingginya cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia tentunya menimbulkan harapan bagi masyarakat agar tak lagi terjadi lonjakan kasus setelah perayaan nataru seperti tahun sebelumnya. Namun, perlu diingat bahwa vaksin tak dapat bekerja sendiri. Masyarakat tetap perlu mematuhi protokol kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat sebagai langkah proteksi diri dari infeksi Covid-19, terutama pascaliburan nataru. ilona

SKMA untuk Anda!

!

Mari bersama membuat SKMA menjadi lebih baik.

1. Apakah konten SKMA bermanfaat/relevan dengan kondisi kesehatan saat ini? 2. Apakah anda masih membutuhkan SKMA edisi selanjutnya? Jawab dengan format: Nama-Umur_Kota/Kabupaten_Unit Kerja_Jawaban 1_Jawaban 2 Contoh: Rudiyanto_43_Jakarta Pusat_RSCM_Ya_Ya

Kirim melalui WhatsApp/SMS ke 0858-7055-5783 atau mengisi formulir pada http://bit.ly/EvaluasiSKMA21 Lima orang pengisi survei yang beruntung akan mendapatkan cenderamata dari Media Aesculapius

5

MEDIA

AESCULAPIUS


Asuhan Kesehatan

Cegah Kematian Tata Laksana Strok Iskemik Akut Sigap dan cekatan dalam tata laksana kegawatdaruratan pasien strok iskemik akut agar pasien selamat

S

trok iskemik merupakan sebuah kegawatdaruratan sejak pasien mengalami strok. Bila memungkinkan, medis yang disebabkan kurangnya perfusi darah trombektomi mekanik sebaiknya dilakukan dalam ke otak. Kondisi ini dapat terjadi akibat sumbatan rentang waktu 6 – 16 jam setelah pasien mengalami pada pembuluh darah menuju otak. Berdasarkan data strok agar memberikan efek terbaik. dari World Health Organization (WHO), penderita Tata laksana pada pasien dengan strok iskemik akut strok di seluruh dunia bertambah lebih dari 13 juta kasus dilanjutkan dengan pengendalian tekanan darah, kadar dengan angka kematian sekitar 5,5 juta setiap tahun. glukosa, tekanan intrakranial, dan suhu tubuh pasien. Tata laksana strok iskemik akut secara tepat menjadi Tekanan darah pasien setelah revaskularisasi harus faktor utama dalam mencegah kematian pasien. dijaga di bawah 180/105 mmHg dalam 24 jam pertama. Langkah pertama dalam menangani pasien dengan Bila pasien memiliki komorbid seperti gagal jantung, strok akut adalah memastikan kondisi pasien stabil target pengendalian tekanan darah yaitu sebesar 15% berdasarkan penilaian airway, breathing, dan circulation dari tekanan darah awal. Pilihan obat antihipertensi (ABC). Kemudian, lakukan yang dapat diberikan berupa pemeriksaan CT scan pada labetalol IV 10–20 mg atau pasien untuk menentukan tipe nikardipin IV 5 mg/jam dengan strok iskemik atau hemoragik. peningkatan dosis 2,5 mg/jam Setelah kondisi pasien stabil dan setiap 5–15 menit. tipe strok dapat ditentukan, Kadar glukosa pasien tindakan revaskularisasi harus dijaga dalam rentang harus dilakukan untuk 140–180 mg/dl dalam membatasi kerusakan 24 jam pertama. Pasien jaringan otak yang hiperglikemik dapat mengalami penurunan diberikan regimen perfusi. insulin un-tuk Tindakan remenurunkan ka-dar vaskularisasi berupa glukosa hingga rentang trombolitik intravena 140–180 mg/dl. Bila (IV) dilakukan papasien mengalami da pasien dengan peningkatan tekanan onset strok iskemik intrakranial akibat akut kurang dari 4,5 edema serebral, jam. Salah satu pilihan konsultasi dengan dokter trombolitik adalah alteplase spesialis bedah saraf harus yang diberikan secara bolus dilakukan secepatnya agar lambat dengan dosis 0,9 mg/ dapat dilakukan tindakan kgBB. Dosis maksimum untuk bedah untuk dekompresi. pemberian alteplase adalah 90 Apabila suhu tubuh mg. Pada satu menit pertama, pasien > 38oC, segera tata Auvan/MA diberikan alteplase sebanyak 10% dosis keseluruhan laksana dengan parasetamol dosis tinggi (6 g/hari). dan 90% sisanya diberikan dalam rentang waktu 60 Keterlambatan dalam penanganan strok iskemik menit. Kontraindikasi pemberian trombolisis IV yaitu akut dapat berkontribusi pada risiko kematian yang pada pasien strok dengan cedera kepala, perdarahan tinggi. Oleh sebab itu, tata laksana terhadap strok intrakranial, riwayat operasi intrakranial, hipertensi iskemik akut harus dilakukan dengan tepat dan cepat. tidak terkontrol, dan riwayat strok sebelumnya. Segera rujuk pasien jika sarana dan fasilitas kesehatan Bila pasien tidak dapat diberikan trombolitik, tidak memadai untuk tata laksana strok secara tindakan revaskularisasi yang dapat dilakukan adalah menyeluruh. ryan terapi endovaskular berupa trombektomi mekanik. Trombektomi mekanik dapat dilakukan hingga 24 jam

MEDIA

AESCULAPIUS

6


MA Info

Nokturia Tidak Hanya Sebatas LUTS!

I

Kerap dianggap sebagai masalah sepele, tetapi dapat menurunkan kualitas hidup jika dibiarkan.

nternational Continence Society (ICS) mendefinisikan nokturia sebagai terbangunnya seseorang selama periode tidur untuk berkemih yang diikuti oleh keinginan untuk tidur Kembali. Observasi pada 1.555 individu di tujuh kota di Indonesia menunjukkan prevalensi nokturia sebesar 61,54% dengan 61,4% ditemukan pada pasien pria dan 38,6% pada perempuan yang didominasi oleh kelompok usia 55—65 tahun. Nokturia telah lama dianggap sebagai salah satu gejala lower urinary tract symptoms (LUTS). Meski demikian, nocturia tidak selalu dicetuskan oleh gangguan urologis, tetapi juga oleh produksi urine berlebih (poliuria nokturnal) yang dapat disebabkan oleh edema perifer selama siang hari, produksi atrial natriuretic peptide (ANP) berlebih akibat apnea tidur atau gagal jantung, gangguan pada arginin vasopressin, dna faktor eksternal seperti konsumsi diuretik atau konsumsi cairan pada malam hari. Tata laksana nokturia dapat dimulai dengan intervensi perubahan gaya hidup dan terapi fisik. Pendekatan ini menyasar pada etiologi yang mendasari gejala. Latihan kandung kemih dan otot dasar panggul dilakukan pada pasien disfungsi kandung kemih dan prostat. Sementara itu, pasien obesitas dan diabetes perlu diedukasi untuk membatasi asupan garam, protein dan kalori sebagai bentuk pencegahan. Bentuk

pencegahan lainnya yang dapat dilakukan yaitu membatasi asupan cairan, khususnya yang mengandung alkohol atau kafein, pada sore dan malam hari terutama pada waktu makan malam dan waktu tidur. Pada pasien yang membutuhkan pengobatan diuretik, nokturia dapat dihindari dengan konsumsi obat kerja cepat pada siang hari. Jika pasien mengalami edema perifer, dapat disarankan untuk meninggikan kaki setelah makan malam sampai saat sebelum tidur atau menggunakan kaus kaki kompresi. Bersama dengan terapi penyakit yang mendasarinya, pola diet dengan kalori seimbang juga perlu dilakukan untuk membantu menangani nokturia. Jika perubahan gaya hidup tidak ampuh menangani nokturia, agen farmakologi dapat menjadi pilihan berikutnya. Desmopresin, sebuah analog sintetik arginin vasopresin, bekerja dengan meningkatkan reabsorpsi air di duktus kolektivus. Secara umum, obat ini bekerja dengan menurunkan volume urine dan meningkatkan osmolalitas urine. Obat ini diindikasikan untuk pengobatan enuresis nokturnal, nokturia, dan diabetes insipidus. Pemberian desmopresin dilakukan berdasarkan pertimbangan usia, jenis kelamin, fungsi ginjal, fungsi jantung, kelemahan tubuh, edema, kadar natrium, kebiasaan minum, dan pengobatan lainnya. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah hiponatremia hipervolemia yang lebih rentan terjadi pada perempuan dan individu dengan peningkatan cairan. Desmopresin oral dengan dosis 0,1 mg dan 0,2 mg dapat diberikan pada pasien usia <65 tahun, laki-laki tanpa komorbid, kadar natrium >135 mmol/l dan tidak mengkonsumsi obat lain yang menyebabkan hiponatremia. Desmopresin tidak boleh diberikan pada pasien usia lanjut dalam kondisi renta, kadar natrium <130 mmol/l, eGFR <50 ml/ menit/m2, konsumsi obat yang berpengaruh pada hiponatremia, edema tungkai berat, gagal

Aqilla/MA

7

MEDIA

AESCULAPIUS


Seremonia jantung (> NYHA kelas II), diabetes dan hipertensi yang tidak terkontrol, serta polidipsia psikogenik (>3 liter dalam 24 jam). Selama terapi dengan desmopresin, restriksi cairan harus dilakukan pada semua pasien dan hanya minum jika merasa haus. Bila respons terapi tidak cukup pada dosis yang rendah, dosis dapat ditingkatkan dengan titrasi perlahan sambil mempertimbangkan kondisi pasien dan hasil pemeriksaan kadar natrium sebelum titrasi.

Melihat prevalensi kasus yang relatif besar serta etiologi yang multifaktorial, nokturia merupakan gejala yang tidak dapat dianggap remeh serta membutuhkan penanganan yang spesifik dengan pengawasan yang ketat. Penyakit yang mendasari nokturia perlu diperhatikan untuk menentukan pilihan tata laksana yang dapat dilakukan. Jangan mengabaikan nokturia karena dapat menurunkan kualitas hidup pasien. rejoel

Seremonia Pentingnya Kesadaran terhadap Resistensi Antimikroba

R

Sumber: Youtube WHO

esistensi antimikroba merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi tenaga kesehatan dalam melawan mikroba penyebab penyakit. Untuk meningkatkan kesadaran terhadap hal tersebut, World Health Organization (WHO) merayakan Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia 2021 pada tanggal 18 – 24 November 2021 dengan tema “Spread Awareness, Stop Resistance”. Pada tanggal 19 November 2021, WHO mengadakan sesi tanya jawab secara live melalui kanal Youtube WHO sebagai sarana penyebaran informasi mengenai antimikroba dan permasalahannya yang sedang dihadapi oleh tenaga kesehatan di seluruh dunia. . ryan

Media Aesculapius menyediakan jasa pembuatan Symposium

JASA PEMBUATAN SYMPOSIUM HIGHLIGHT

Highlight. Symposium highlight adalah peliputan sebuah seminar atau simposium, yang kemudian hasilnya akan dicetak dalam sebuah buletin, untuk dibagikan pada peserta seminar. Simposium yang telah kami kerjakan antara lain PIT POGI 2010, ASMIHA 2011, ASMIHA 2016, ASMIHA 2017, JiFESS 2016, JiFESS 2017, ASMIHA 2018, AFCC-ASMIHA 2019, dan lain-lain. Hubungi Hotline MA: 0858-7055-5783 (SMS/Whatsapp)

MEDIA

AESCULAPIUS

8


Konsultasi

Pendekatan Anemia dan Pansitopenia: Apakah Suatu Keganasan Darah? Dapat menjadi pertanda keganasan, bagaimana cara mengidentifikasi penyebab anemia dan pansitopenia?

Pertanyaan “Pada pasien yang datang dengan anemia berat dan ditemukan pansitopenia, bagaimanakah pendekatan klinis selanjutnya untuk membedakan antara penyebab keganasan hematologi atau penyebab lainnya?” – dr. A, NTT

Jawaban

A

nemia merupakan kondisi di mana kadar hemoglobin (Hb) di bawah batasan untuk usia dan jenis kelamin tertentu. Berdasarkan kriteria dari World Health Organization (WHO), diagnosis anemia ditegakkan apabila kadar Hb kurang dari 13 g/dl pada laki-laki, kurang dari 12 g/dl pada wanita, dan kurang dari 11 g/dl (trimester 1 & 3) atau 10,5 g/dl (trimester 2) pada ibu hamil. Anemia berat sendiri oleh WHO didefinisikan sebagai kadar Hb kurang dari 8 g/dl pada laki-laki dan wanita yang tidak hamil, atau kurang dari 7 g/dl pada ibu hamil. Sementara itu, istilah pansitopenia mengacu pada rendahnya kadar ketiga komponen darah. Dalam kondisi ini, kadar Hb, leukosit, dan trombosit mengalami penurunan. Penyebab dari pansitopenia sangat beragam sehingga diperlukan pendekatan klinis yang baik untuk dapat sampai pada diagnosis. Secara umum, kondisi pansitopenia dapat disebabkan oleh gangguan produksi (nutrisional atau non-nutrisional), gangguan konsumsi, dan destruksi sel yang berlebihan. Penyebab pansitopenia yang sering ditemukan antara lain infeksi (misalnya virus HIV, hepatitis B, hepatitis C), kelainan darah (hipersplenisme pada talasemia), hingga keganasan hematologi. Maka dari itu, diperlukan algoritma khusus untuk menemukan etiologi pansitopenia, mulai dari yang sederhana hingga pemeriksaan tingkat molekuler.

9

MEDIA

Salah satu kunci mendiagnosis pansitopenia ialah dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sistematis. Dalam anamnesis, tanyakan tentang riwayat konsumsi obat-obatan atau pajanan toksin yang dapat menyebabkan sitopenia. Contoh obat yang dapat menimbulkan efek ini adalah kloramfenikol, yang sering diberikan untuk demam tifoid. Obat ini memiliki efek supresi sumsum tulang sehingga dapat menyebabkan pansitopenia. Pada pemeriksaan fisis, dapat ditemukan konjungtiva pucat yang terkait rendahnya kadar Hb, sklera ikterik akibat proses hemolisis, petekie pada ekstremitas yang menandakan rendahnya kadar trombosit, dan sebagainya. Pembesaran limpa juga sering ditemukan pada pasien pansitopenia yang terjadi akibat adanya peningkatan destruksi sel darah. Selain itu, diperlukan pula beberapa pemeriksaan penunjang untuk membantu penegakkan diagnosis pansitopenia. Pemeriksaan penunjang sederhana yang sangat penting dalam kasus ini adalah pemeriksaan apusan darah tepi untuk mengevaluasi sitomorfologi. Morfologi eritrosit yang mikrositik hipokrom dapat ditemukan pada anemia defisiensi besi dan

AESCULAPIUS

MA

lla/

Ste


Konsultasi Kirimkan pertanyaan Anda seputar medis ke Instagram @mediaaesculapius

talasemia. Jika ditemukan morfologi sel blas, kecurigaan kita akan mengarah pada keganasan darah. Pada leukemia akut, didapatkan jumlah leukosit yang meningkat disertai sel blas yang banyak. Pada leukemia kronik misalnya leukemia granulositik kronik, dapat ditemukan berbagai jenis sel darah muda. Pada myeloma multipel, dapat ditemukan plasmosit pada darah tepi, tetapi aspirasi sumsum tulang tetap diperlukan karena seringkali plasmosit tidak tampak pada darah tepi. Pada pemeriksaan morfologi trombosit, dapat dilakukan hitung trombosit manual dan deteksi adanya clumping yang bisa menyebabkan munculnya hasil trombosit rendah palsu. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di daerah perifer dengan menggunakan mikroskop sederhana. Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan retikulosit, status besi, penanda inflamasi (CRP dan LED), penanda hepatitis, HIV, dan ultrasonografi abdomen. Jika dalam pemeriksaan sitomorfologi didapatkan adanya sel blas, segera lakukan evaluasi lanjutan ke arah keganasan hematologi. Lakukan tindakan aspirasi dan biopsi sumsum tulang untuk membantu penegakan diagnosis. Jika tidak ada fasilitas ataupun dokter spesialis untuk melakukan tindakan tersebut, sebaiknya rujuk pasien ke RS rujukan terdekat. Dari spesimen yang diambil, dilakukan pemeriksaan sitomorfologi sumsum tulang, immunophenotyping, sitogenetika, serta histopatologi sumsum tulang. Selanjutnya, bila terbukti terdapat keganasan hematologi, barulah pasien dirujuk ke konsultan hematologi onkologi medik untuk ditatalaksana lebih lanjut. Nada

Foto: dokumen pribadi

Narasumber Dr. dr. Tubagus Djumhana Atmakusuma, Sp.PD-KHOM -Staf Divisi Hematologi Onkologi Medik KSM Penyakit Dalam RSCM/FKUI -Ketua Umum PP PERHOMPEDIN dan PHTDI E-mail: hom_fkui@yahoo.com

JASA TERJEMAHAN DAN PEMBUATAN BUKU Kabar Gembira! Media Aesculapius menyediakan jasa terjemahan Indonesia-Inggris dan Inggris-Indonesia dengan waktu pengerjaan singkat (3 x 24 jam) serta hasil terjamin. Kami juga menyediakan jasa penyusunan buku yang sangat fleksibel baik dalam hal desain cover dan isi, ukuran dan tebal buku, maupun gaya penulisan termasuk menyunting tulisan anda. Tak terbatas hingga penyusunan saja, kami siap melayani distribusi buku anda. Adapun buku yang pernah kami buat: buku biografi tokoh, buku pemeriksaan fisik berbagai departemen, buku jurnal, dan Kapita Selekta Kedokteran.

MEDIA

AESCULAPIUS

10


Kesmas

Kasus Demam Berdarah Terus Meningkat: Apakah Kita Lalai?

D

emam berdarah dengue (DBD) adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Secara global, penyakit ini merenggut nyawa lebih dari seratus juta jiwa per tahun. Meskipun dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, risiko infeksi tertinggi ditemukan di negara-negara Asia. Menurut WHO, telah terjadi peningkatan kasus yang cukup signifikan di tahun 2020. Saat ini pun, virus tersebut senantiasa menimbulkan kasus baru di daerah Brazil, Colombia, Fiji, Kenya, Paraguay, dan Peru. Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia memiliki dua musim, yakni musim hujan dan kemarau, sementara masa peralihan di antara kedua musim tersebut disebut sebagai musim pancaroba. Adanya musim-musim tersebut menempatkan Indonesia pada posisi yang berisiko terhadap penyakit DBD mengingat temperatur merupakan salah satu faktor utama distribusi geografis nyamuk Aedes aegypti. Pada musim h u j a n , insidensi penyakit DBD meningkat karena adanya peningkatan kelembapan udara. Sementara musim pancaroba menjadi faktor utama perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti karena adanya perubahan cuaca yang cukup ekstrem. Oleh karena itu, tidak heran apabila DBD menjadi salah satu penyumbang masalah kesehatan utama di Indonesia dan tidak hentihentinya meresahkan masyarakat. Sejak bulan Januari hingga Oktober 2021, dilaporkan terdapat 2.170 kasus DBD di daerah Jawa Tengah sendiri, dan karena berkomplikasi menjadi kematian, 56 di antaranya tidak terselamatkan. Hal ini mencerminkan belum adanya perbaikan pencegahan DBD di Indonesia. Padahal, Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi se-Asia Tenggara. Mirisnya, wabah DBD seakan diabaikan akibat penanganan pandemi Covid-19 yang membutuhkan perhatian yang lebih banyak. Pandemi ini memang memberikan beban yang cukup besar pada sistem manajemen kesehatan di seluruh dunia. Direktur Pusat Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, Riris Andono, menyebutkan bahwa layanan kasus DBD terpaksa dikurangi demi mengamati lonjakan kasus COVID.

11

MEDIA

Tidak hanya itu, karena kemiripan gejala DBD dan Covid-19 seperti peningkatan suhu tubuh, diagnosis DBD sering kali menjadi semakin sulit. Peningkatan angka DBD harus diwaspadai dengan benar dan tanggap. Pertama-tama, kita harus mengenal tanda dan gejala DBD yang diawali demam yang mencapai suhu 40°C selama 2–7 hari. Kondisi ini akan diikuti oleh sakit kepala, mual dan muntah, tenggorokan kering, mialgia, dan atralgia. Apabila seseorang mencurigai dirinya terkena penyakit demam berdarah, ia dapat segera datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan segera. Meskipun DBD dapat dikenali dan diobati, perlu diingat bahwa upaya pencegahan tetap lebih baik daripada mengobati penyakit. Indonesia adalah negara beriklim tropis sehingga dibutuhkan upaya lebih untuk mengatasi distribusi nyamuk dan risiko infeksi. Untuk itu, masyarakat disarankan agar mengikuti upaya pencegahan DBD dengan gerakan 3M Plus yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia. Gerakan tersebut terdiri atas 3 langkah mudah untuk mencegah infeksi demam berdarah. Langkah pertama adalah menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, kendi, atau drum. Tindakan ini dilakukan untuk menghentikan siklus hidup nyamuk demam berdarah Hani/MA yang dapat bertahan hidup di genangan air selama 6 bulan. Langkah selanjutnya adalah menutup rapat tempat penampungan air, dan langkah terakhir adalah kembali memanfaatkan barang bekas agar tidak menjadi tempat perkembangan nyamuk. Adapun ‘plus’ merujuk kepada upaya pencegahan DBD tambahan, seperti pemakaian obat antinyamuk, perbaikan saluran air yang tidak lancar, penempatan pakaian bekas pakai pada wadah yang tertutup, pemeliharaan ventilasi ruangan yang baik, dan lain-lain. Sebagai penutup, pencegahan, kontrol, dan manajemen DBD membutuhkan dukungan setiap lapisan masyarakat. Dengan menerapkan prosedur 3M Plus, perkembangbiakan nyamuk demam berdarah dapat dihambat dan risiko peningkatan kasus dapat dicegah. rheina

AESCULAPIUS


Tips & Trik

Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Payudara Melalui pemeriksaan fisik payudara secara holistik, kanker payudara dapat dideteksi sedini mungkin Mengapa perlu pemeriksaan payudara ? Pemeriksaan payudara merupakan prosedur yang dilakukan untuk mencari kelainan seperti benjolan atau tanda-tanda lain pada payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) atau oleh dokter melalui Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS). Kemenkes menganjurkan para perempuan untuk melakukan SADARI dan SADANIS setiap bulan, terutama pada hari ke-7 hingga -10 setelah hari pertama haid. SADARI dan SADANIS yang dilakukan secara berkala dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya kanker payudara stadium dini. Alhasil, angka harapan hidup penderita kanker payudara dapat ditingkatkan berkat terhindarnya pasien dari pembedahan besar dan terbukanya peluang untuk sembuh. SADANIS : Pemeriksaan Payudara Klinis Langkah pertama sebelum pemeriksaan payudara adalah memberikan penjelasan dan informed consent kepada pasien. Setelah pasien bersedia dan melepaskan pakaian, maka pemeriksaan dimulai dengan inspeksi. Inspeksi dilakukan pada 4 posisi. Pada posisi pertama,

kedua tangan pasien di samping tubuh. Hal yang perlu diamati saat inspeksi adalah asimetri ukuran dan kontur payudara, adanya massa/benjolan, perubahan warna kulit, ulkus, retraksi payudara dan puting, skin dimpling, pengeluaran sekret dari puting, gambaran peau d’orange (kulit menebal dengan pori-pori melebar), dan penyakit paget pada puting. Pada posisi kedua, pasien mengangkat kedua tangan sehingga payudara bagian inferior dan regio aksilla lebih jelas. Adapun posisi ketiga, kedua tangan pasien menekan SIAS dan membusungkan dada sehingga tumor yang terletak lebih dalam akan terlihat lebih jelas. Lalu, posisi terakhir adalah pasien membungkuk sehingga payudara menggantung dan kita bisa melihat kesimetrisan payudara dengan lebih jelas. Setelah inspeksi, pemeriksaan payudara dilanjutkan dengan palpasi menggunakan ruas phalang medial dan distal jari 2,3, dan 4 kedua tangan. Palpasi dimulai dari bagian superior payudara secara sirkular searah jarum jam, dari luar ke dalam. Pada saat palpasi, perhatikan konsistensi jaringan, adanya nyeri tekan, dan nodulus. Jika ditemukan nodulus, deskripsikan lokasinya (kuadran atau pukul berapa dan jarak dari puting susu), ukuran (sentimeter), konsistensi (lunak, kenyal, keras), delimitasi (berbatas tegas atau tidak), nyeri tekan, dan mobilitas. Mobilitas massa/ nodul dapat diperiksa dengan cara menggerakkan massa ke arah superior, inferior, lateral, dan medial. Pemeriksaan mobilitas pertama dilakukan pada fase relaksasi (kedua tangan relaks di belakang kepala). Jika didapatkan massa yang mobile, nilai mobilitas pada fase awal kontraksi (kedua tangan memegang bagian atas bed namun relaks). Massa yang terfiksasi pada awal kontraksi menandakan infiltrasi pada dinding dada. Namun jika masih didapatkan massa yang mobile, nilai mobilitas pada fase kontraksi (kedua tangan memegang bagian atas bed dan berkontraksi). Massa yang terfiksasi pada fase ini menandakan infiltrasi pada fasia pektoralis. Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak terjadi pada perempuan. Meskipun demikian, pemeriksaan fisik payudara secara holistik dapat membantu deteksi kanker ini sedini mungkin. Oleh karena itu, penting bagi perempuan usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan payudara secara rutin baik dengan SADARI atau SADANIS. stefanny,hendra

Ayleen/MA

MEDIA

AESCULAPIUS

12


Arbeb

Atasi Nyeri Punggung Bawah dengan Terapi Kiropraktik

P

Dapatkah kiropraktik menjadi solusi keluhan nyeri punggung bawah di masa pandemi?

andemi Covid-19 telah mengubah perilaku hidup menjadi lebih sedenter dan terpaku dalam posisi duduk yang berlangsung lama. Tidak jarang, sebagian besar orang mengalami keluhan nyeri pada daerah punggung bawah usai seharian duduk saat belajar ataupun bekerja secara daring. Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan keluhan otot dan tulang yang umum terjadi pada orang dewasa. Gejala NPB dapat berasal dari beberapa sumber, seperti akar saraf, otot, tulang, sendi, atau bantalan otot tulang belakang. Pasien yang mengalami keluhan NPB disarankan untuk tetap aktif bergerak dan menghindari tirah baring dengan maksud meningkatkan fungsi dan mencegah keparahan keluhan. Pada kasus nyeri punggung bawah yang bersifat menahun, terapi fisik yang dapat menjadi pilihan berupa latihan fisik, yoga, relaksasi, pijat, serta terapi manual. Namun, belum ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa salah satu di antara terapi fisik tersebut lebih efektif dibandingkan terapi yang lain. Metode pengobatan yang relatif pasif seperti istirahat dan konsumsi obat-obatan tidak direkomendasikan dan cenderung memperparah gejala. Dengan demikian, salah satu penanganan yang dapat diambil untuk memulihkan keluhan nyeri ini adalah terapi kiropraktik. Terapi kiropraktik merupakan metode manipulasi tulang belakang sebagai bentuk penanganan umum dari keluhan nyeri pada area punggung bawah. Terapi yang dilakukan oleh kiropraktor bertujuan untuk mengurangi gangguan posisi tulang belakang atau gangguan tulang belakang yang memiliki pola gerakan abnormal. Selain itu, terapi ini juga bermanfaat untuk meningkatkan jangkauan gerak, mengurangi iritabilitas saraf, serta meningkatkan fungsi gerak. Sebuah bukti ilmiah yaitu studi oleh Goertz, dkk. pada tahun 2018 dalam JAMA Network Open melaporkan bahwa terapi kiropraktik yang dikombinasikan dengan perawatan medis umum telah terbukti efektif secara klinis meningkatkan perbaikan tingkat keparahan dan keterbatasan yang disebabkan oleh nyeri punggung. Umumnya, pasien yang memerlukan kiropraktik mengeluhkan rasa nyeri pada daerah punggung bawah, leher, dan sakit kepala. Terapi ini juga tidak lepas dari risiko terjadinya perburukan penyakit, seperti pada penderita penonjolan bantalan tulang belakang akibat penekanan saraf ataupun kejadian jenis stroke tertentu

13

MEDIA

akibat prosedur medis pada leher. Sebaliknya, terapi kiropraktik tidak direkomendasikan pada beberapa kondisi, yaitu osteoporosis berat, kanker tulang belakang, kelainan pada leher bagian atas, kelainan sistem persarafan, serta kehilangan kekuatan otot lengan dan kaki. Pada awal kunjungan terapi, kiropraktor selaku terapis akan menanyakan riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik pada tulang belakang pasien. Kiropraktor juga menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan radiografi atau rontgen untuk memastikan permasalahan tulang yang dialami pasien. Pasien yang dinilai layak untuk diberi terapi akan ditempatkan pada posisi berbaring telungkup pada alas atau meja kiropraktik. Kemudian, kiropraktor akan menggunakan tangannya untuk memberikan tekanan atau dorongan yang terkontrol dan tiba-tiba pada sendi. Dorongan yang diberikan dapat melampaui rentang gerak sendi biasanya sehingga terdengar suara seperti letupan atau retakan. Setelah terapi, umumnya pasien akan merasakan beberapa efek samping ringan seperti kelelahan, sakit kepala, dan nyeri pada bagian tubuh yang diterapi. Beberapa teknik yang digunakan dalam terapi kiropraktik, meliputi teknik long-lever, short-lever, high-velocity, dan low-amplitude. Umumnya, kiropraktor menggunakan Indira/MA teknik high-velocity dan low-amplitude untuk mengembalikan rentang pergerakan pada sendi. Dorongan atau tekanan yang terlalu kuat saat terapi kiropraktik dapat berisiko robeknya pembuluh darah karotis dan vertebra. Tidak hanya itu, kejadian tidak diinginkan yang lainnya juga berpotensi terjadi dan biasanya tergantung kondisi medis yang sebelumnya dialami pasien. Pada dasarnya, terapi ini aman dan efektif untuk mengatasi permasalahan tulang belakang apabila dilakukan oleh tenaga ahli yang kompeten dan dilakukan sesuai kebutuhan ataupun keluhan medis. Penting untuk memperhatikan indikasi, kontraindikasi, serta keabsahan lisensi terapis sebelum merencanakan perawatan. Dengan demikian, manfaat terapi ini dapat dirasakan secara optimal serta risiko efek samping dapat diminimalisir. dwi, rejoel

AESCULAPIUS


Kolom Umum

Potret Bunga Pancarona Akan ada waktu yang tepat bagi kuncup untuk mekar dan memamerkan warnanya

L

angit kelabu menyelimuti hamparan laut luas di pinggiran Jakarta. Tak terasa, sudah hampir tiba waktu bagi mentari untuk terbenam. Namun, alih-alih menunjukkan cahayanya yang bertajuk oranyekeemasan, wujudnya justru tak mengintip sedikit pun di balik awan kelabu yang tebal. Bermodal pesanan air kelapa, Asti telah menghabiskan waktu selama satu jam di warung pinggir pantai sembari memandangi langit dan terlarut dalam pikirannya yang kalut. Selang waktu berlalu, di tengah pantai itu muncul seseorang dengan kamera yang terkalung di lehernya, berderap menuju warung tempat Asti termenung. Hadirlah Tio, sosok familiar yang tak pernah Asti temui lagi sejak duduk di bangku SMA. Ia adalah seorang pemuda yang gemar menggeluti fotografi. Hobinya tersebut membawanya ke pantai ini untuk memandang matahari terbenam. Sayangnya, ia tertipu prediksi cuaca di hari itu. Kehadiran Tio di warung itu tidak mendorong Asti untuk berbasa-basi, mereka berdua hanya terdiam diiringi debur ombak. Namun, hati Tio perlahan miris mendengar beribu helaan napas Asti sejak duduk di sampingnya,. Beberapa menit kemudian, ia memecah keheningan dan menawarkan Asti untuk mencurahkan kegundahannya. Mengingat kedua insan tersebut memiliki jalan hidup yang amat berbeda, Asti berpikir bahwa ia tidak akan lagi berpeluang untuk bersinggungan dengan Tio. Maka hari itu, dibanding hanya berusaha berkomunikasi dengan langit dan debur ombak, Asti memutuskan untuk menceritakan segalanya kepada Tio. Di tengah usahanya dalam meniti karir, Asti merasa terjebak dalam perjalanan waktu yang berlalu begitu cepat. Semua orang seakan sedang berlari, saling mendahului, dan berkembang pesat. Rasanya seakan Asti adalah satu-satunya orang yang tidak dapat melakukan apapun dan hanya berjalan di tempat. Maksud hati, Asti ingin sekali mendobrak dinding yang menjadi sekat antara ketidakmampuan dan impiannya. Namun realitanya, ia terus terbentur dan terbentur, hingga tersadar betapa bodoh dan tidak mampunya ia dalam meraih apa yang ia cita-citakan. Senja di pantai itu hanyalah secuplik memori bagi Asti. Esoknya, ia kembali terlarut dalam rutinitasnya yang jemu. Suatu hari, datang sebuah surat untuk Asti dari Tio, berisikan foto-foto bunga dalam beragam warna—sebagian berada dalam kondisi mekar dan

MEDIA

Foto: dokumen pribadi

Rahmi Salsabila Mahasiswi Fakultas Kedokteran Tingkat II Universitas Indonesia sebagian masih berwujud kuncup. Di balik foto setangkai kuncup bunga di tengah kebun yang luas, tampak tulisan tangan Tio. Aku ingin menunjukkanmu potret pancarona dari bunga-bunga yang pernah kutemui. Meskipun mereka tampak berani menunjukkan warnanya, aku juga ingin menunjukkanmu potret mereka saat masih berupa kuncup yang tak tahu pasti akan mekar atau tidak. Melalui potret ini, aku ingin menyampaikan; Ketika Tuhan memutuskan bahwa saat itu adalah waktu bagi mereka untuk mekar dan menunjukkan ragam warna kelopaknya kepada dunia, maka saat itulah waktu yang tepat bagi mereka. Begitupun bagimu. Akan ada waktu yang tepat bagimu untuk memenuhi segala ambisi dan harapanmu. Akan ada waktu yang tepat bagimu untuk percaya pada dirimu sendiri dan menunjukkan kepada dunia segala hal yang mampu kamu lakukan. Akan datang waktu yang tepat bagimu untuk menyadari bahwa kamu telah bekerja keras dan merasakan kenikmatan hasilnya. Aku pun tak sabar melihatmu mekar dan menampilkan warna yang kau punya. Aku siap untuk mengatakan pada semua orang yang melihatmu bahwa kau sudah berkembang sejauh itu. Namun, aku akan merasa sedih jika kamu memutuskan untuk menyerah, sebab aku tahu kamu bisa, Tuhan pun tahu kamu bisa, dan kamu pun juga harus tahu bahwa kamu bisa melewati segala rintangan ini. Akan ada jalan panjang penuh warna dan senyuman yang menantimu setelah melalui semua ini. Mata Asti berkaca-kaca melihat potret tersebut. Bunga itu mengingatkannya bahwa masih banyak hal indah dalam hidup ini. Tulisan Tio seolah berkata padanya bahwa masih ada seseorang di luar sana yang mendukungmu, sama-sama bertahan hidup, dan selalu siap menunggumu hingga waktu yang tepat datang menghampirimu. ansell,rahmi

AESCULAPIUS

14


Suara Mahasiswa

Waspada Gelombang Ketiga COVID-19 di Indonesia Indonesia baru saja melewati masa-masa sulit, akankah hal tersebut terulang kembali?

Foto: dokumen MA

Kelvin Kohar Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tingkat III

G

elombang kedua Covid-19 di Indonesia yang memuncak pada bulan Juli 2021 lalu telah menelan banyak korban jiwa. Pada masa tersebut, Indonesia bahkan masuk ke dalam fase darurat Covid-19 dengan tercapainya 40.000 angka kasus baru dan lebih dari 1.000 kematian per harinya. Namun, seiring berjalannya waktu, penanganan kasus Covid-19 perlahan menjadi lebih terkontrol. Pada bulan September 2021, angka kejadian Covid-19 di Indonesia telah mengalami penurunan sebesar 92% dibandingkan titik puncak kedaruratan. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga sudah mulai dilonggarkan mengikuti tren penurunan angka kasus baru. Berbagai tempat-

15

MEDIA

tempat umum, seperti mal, tempat ibadah, dan restoran, sudah mulai dibuka dan kembali beroperasi demi upaya memulihkan roda perekonomian yang sempat terhenti. Tak hanya itu, kegiatan pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi juga mulai kembali dilaksanakan secara tatap muka meskipun sempat menimbulkan kontroversi. Dalam mempercepat proses ini, pemerintah juga berupaya mengakselerasi pemberian vaksinasi pada guru, dosen, dan tenaga kependidikan. Secara global, penanganan Covid-19 di Indonesia dinilai cukup sukses. Indonesia bahkan sempat mendapatkan apresiasi dari dunia karena berhasil menekan angka kasus Covid-19 hingga -58% dalam kurun waktu dua minggu. Berbagai kabar baik terus muncul lantaran melandainya grafik angka kejadian Covid-19 di Indonesia. Salah satunya ialah sebanyak lima belas provinsi di Indonesia melaporkan nol kematian akibat Covid-19. Hal ini menghadirkan persepsi pada masyarakat bahwa pandemi sudah akan berakhir. Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang pernah menyandang status ini. Sebut saja, salah satu negara lain yang sempat berada dalam kondisi yang sama adalah negara tetangga, yaitu Singapura. Negeri Singa tersebut sempat mengalami pelonjakan kasus dan berhasil menanganinya hingga tuntas pada bulan Juli lalu. Bahkan, negara tersebut sudah memberikan kelonggaran warganya untuk hidup dengan adaptasi kebiasaan baru bersama Covid-19. Hal ini ditunjang dengan angka vaksinasi yang sangat tinggi, yakni telah mencapai lebih dari 80%. Akan tetapi, kondisi tersebut hanya bertahan selama satu hingga dua bulan. Tercatat pada awal bulan Oktober 2021, Singapura kembali dilaporkan mengalami lonjakan kasus hingga menembus angka lebih dari lima ribu kasus per harinya. Kondisi seperti ini tentunya berpotensi dialami oleh seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia, terutama mengingat adanya kemungkinan hadirnya mutasi virus SARSCov-19 varian delta plus. Sejatinya, Indonesia sendiri sudah diprediksikan berkemungkinan mengalami

AESCULAPIUS


Seremonia gelombang ketiga bertepatan dengan periode libur Natal dan Tahun Baru 2022. Sudah sepatutnya Indonesia belajar dari kondisi yang telah terjadi di Singapura. Percepatan vaksinasi adalah satu hal yang penting dilakukan demi menurunkan risiko penyebaran virus dan membantu mencegah perburukan pada pasien dengan infeksi Covid-19. Meski pemerintah telah melakukan upaya yang bersangkutan, namun kenyataannya data menunjukkan bahwa program pemberian vaksin di Indonesia masih tergolong sangat minim, hanya mencakup sekitar 40% penduduk negeri. Melihat cakupan vaksinasi nasional yang masih setengah dari Singapura, kita seharusnya sadar bahwa peluang datangnya pelonjakan kasus sudah ada di depan mata. Dengan demikian, diperlukan berbagai upaya dari seluruh pihak untuk mencegah datangnya gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia. Penerapan PPKM yang dilaksanakan pada berbagai tingkatan merupakan salah satu upaya prima untuk mengontrol pandemi. Pelaksanaan 3T (testing, tracing, dan tracking)— termasuk melalui aplikasi Peduli Lindungi—juga

merupakan langkah baik yang dilakukan oleh pemerintah, walaupun pelaksanaannya masih dapat ditingkatkan. Bagaimanapun juga, masyarakat masih memegang peranan sentral dalam penanganan pandemi. Pelaksanaan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) harus diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat di setiap tempat dan setiap saat. Akhir kata, pemberantasan pandemi membutuhkan peran dan dukungan dari segala pihak, sekecil apapun bentuknya. Saat ini, Indonesia memang masih baru melewati masa-masa sulit dan kritis pada gelombang kedua. Akan tetapi, jika kita tidak waspada, gelombang ketiga dapat hadir kembali dan memberikan dampak jauh lebih besar dibandingkan kejadian sebelumnya. Oleh karena itu, marilah kita semua selalu melaksanakan 5M, melengkapi vaksinasi bagi yang belum, dan menaati protokol kesehatan yang berlaku demi pengendalian pandemi yang lebih baik di Indonesia. Sekecil apapun peran yang Anda berikan, hal tersebut dapat memberikan dampak yang baik bagi orang lain. kelvin

Apresiasi Indonesia untuk Sang Pahlawan Kesehatan

Seremonia

K

Foto: Youtube Kemenkes RI

ementerian Kesehatan Republik Indonesia mengadakan peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-57 dengan mengusung tema “Sehat Negeriku Tumbuh Indonesiaku” pada tanggal 12 November 2021. Sebagai apresiasi, dalam acara ini diberikan pula penghargaan kepada para tenaga kesehatan atas dedikasinya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan Indonesia. Pada awal acara, Budi Gunadi Sadikin selaku menteri kesehatan Republik Indonesia, turut menyampaikan pesan terkait penanganan pandemi Covid-19. Beliau juga mengingatkan bahwa pemerintah harus tetap memperhatikan program prioritas kesehatan nasional yang lainnya. Dengan demikian, momen pandemi bisa juga menjadi ajang untuk memperbaiki sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. nada

MEDIA

AESCULAPIUS

16


Suka Duka

Pendiri SobatDiabet: Belajar, Berbagi, Berkarya

S

Menjadi seorang klinisi tidak menghalanginya untuk berkontribusi bagi kesehatan masyarakat

eorang dokter tidak perlu menunggu hingga menyandang gelar doktor ataupun profesor untuk dapat memberikan manfaat di dunia kesehatan bagi masyarakat luas. Setidaknya, itulah pelajaran yang dapat dipetik dari kisah dr. Rudy Kurniawan, Sp.PD. Pria yang akrab disapa Rudy ini membuktikan bahwa usia muda bukanlah penghambat untuk berkarya bagi seorang tenaga kesehatan. Segudang pencapaian telah ia raih dan salah satunya adalah mendirikan sebuah komunitas muda peduli diabetes yang bertajuk SobatDiabet.

termasuk diantaranya adalah aspek sosial,” ungkap Rudy. Kecintaannya terhadap ilmu penyakit dalam juga dipicu kegemarannya dalam berdiskusi dan berinteraksi dengan pasien, misalnya saat mengedukasi obat-obat yang perlu dikonsumsi. Kepedulian dan kegemarannya dalam aspek sosial inilah yang membawanya untuk mendirikan komunitas yang dikenal sebagai SobatDiabet.

Komunitas SobatDiabet “Awalnya iseng saja dengan teman-teman coBermula dari Minat terhadap Ilmu Penyakit Dalam founder, karena saat itu kami merasa tidak terlibat dalam Rudy mengawali pendidikan kedokterannya di organisasi apapun,” ucap Rudy. Kepala Klinik Artha Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Graha Peduli ini berpendapat bahwa tingkat kesadaran pada tahun 2007. Tiga tahun setelah lulus masyarakat akan bahaya penyakit diabetes sebagai dokter umum, yakni masih kurang, padahal data pada tahun 2015, dokter yang menunjukkan bahwa setiap memiliki hobi travelling delapan detik, terdapat satu ini memutuskan untuk pasien diabetes meninggal melanjutkan pendidikan di seluruh dunia. dengan mengambil Didasari oleh program Spesialis hal ini, Rudy dan Ilmu Penyakit rekannya mendirikan Dalam FKUI. SobatDiabet, Alasannya ingin yakni sebuah menjadi seorang wadah bagi anak internis cukup muda yang peduli sederhana, yakni karena akan penyakit metabolik ia menyukai ilmunya. untuk turut serta menyebarluaskan pengetahuan “Kita belajar seperti detektif, dimulai mengenai diabetes kepada masyarakat umum. dari mengumpulkan banyak gejala hingga SobatDiabet resmi didirikan pada tahun menegakkan diagnosis dan memberikan 2014 dan telah mengadakan lebih dari tata laksana,” ujar Rudy. Sesuai yang 40 program inovatif dalam upaya diharapkannya, ilmu penyakit dalam mencapai visi dan misi mereka. tidak memerlukan tindakan-tindakan Saat ini, SobatDiabet Nabilla/MA mayor. Rudy juga menilai bahwa ia dapat memberikan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dilaksanakan sumbangsih yang besar dalam menolong orang-orang baik secara daring maupun luring. Salah satu bentuk sakit di negara ini karena 70% penyakit merupakan promosi kesehatan yang dilakukan secara daring adalah ranah ilmu penyakit dalam. talkshow SODIALOGUE (Seberapa Peduli Dia, Lo, Ketika menyorot balik kariernya sebagai Gue akan Kesehatan). Selain itu, komunitas ini juga seorang internis, Rudy menyatakan bahwa sering mengadakan webinar edukasi kesehatan seputar mengimplementasikan teori yang dipelajari ke dalam diabetes yang berafiliasi dengan perusahaan swasta atau praktik sesungguhnya merupakan pengalaman yang organisasi kedokteran mahasiswa, seperti CIMSA dan paling mengesankan. “Ilmu kedokteran itu tidak AMSA. Melalui akun Instagram @sobatdiabet, para hanya plek plek teori. Ada banyak hal yang harus aktivis komunitas ini terus berupaya menggugah hati dipertimbangkan dalam menjalani praktik klinik, masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan,

17

MEDIA

AESCULAPIUS


Suka Duka

Janganlah keluar dari zona nyaman, tetapi perluaslah zona nyaman itu. Rudy Kurniawan khususnya dalam mencegah terjadinya diabetes. Komunitas yang sudah berjalan selama 7 tahun ini juga pernah mengadakan kegiatan promosi kesehatan secara luring, yakni dengan diadakannya kegiatan Amazing Race dalam acara Jakarta Diabetes Walk 2019. Kini, SobatDiabet telah cukup dikenal oleh masyarakat luas. Menurut Rudy sebagai pendiri, komunitas ini telah menghadapi banyak tantangan hingga bisa menjadi seperti sekarang. Saat awal dirintis, tidak banyak kaum muda yang berminat untuk ikut serta dalam gerakan ini. Namun, seiring dengan dilaksanakannya berbagai program, semakin banyak orang yang tertarik untuk menjadi bagian dari komunitas ini. Berkat kerja keras dan ketekunan Rudy serta kawan-kawannya, kini sudah ada sekitar 500 relawan yang tergabung dalam SobatDiabet. Terus Belajar dan Berkarya Banyaknya pencapaian dan prestasi yang telah Rudy raih tidak menghalanginya untuk terus belajar. Saat ini, Rudy sedang melanjutkan studi program S2 Administrasi Rumah Sakit Universitas Pelita Harapan dan Diploma of Travel Health Liverpool School of Tropical Medicine. “Dari awal kita sudah dilatih menjadi lifelong learner, apalagi dunia medis terus berubah dan berkembang seiring berjalannya waktu,” tutur pria kelahiran 1990 tersebut. “Ibarat mobil yang dipanaskan, api (untuk terus belajar) harus terus dikobarkan,” lanjut Rudy. Menurutnya, semua hal yang sudah ia raih hingga saat ini perlu disyukuri, tetapi pencapaian tersebut tidak boleh menjadi penghalang untuk menelusuri dan mempelajari hal-hal baru. Sebaliknya, Rudy beranggapan bahwa kita harus terus berkarya dari ilmu yang sudah didapat. Bagi Rudy, di tengah segala kewajibannya, tenaga kesehatan tidak boleh sekadar hanyut dalam padatnya kesibukan, tetapi harus jeli melihat potensi dan kesempatan agar dapat memberikan kontribusi yang lebih bagi kesehatan masyarakat. Sepanjang perjalanan hidupnya, Rudy berpegang teguh dengan prinsip hidup yang ia yakini: “Janganlah keluar dari zona nyaman, tetapi perluaslah zona nyaman itu.” Dengan demikian, niscaya kita akan dapat terus berkarya di tengah kesempatan yang lebih besar. sandrina

MEDIA

Foto: dokumen pribadi

Rudy Kurniawan Tempat, Tanggal Lahir: Pati, 12 Mei 1990 Riwayat Pendidikan: - S1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2007-2012) - Spesialis Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2015-2019) - Diploma of Education, Travel Health, Liverpool School of Tropical Medicine (2021) - Magister Administrasi Rumah Sakit Universitas Pelita Harapan (2021) Riwayat Pekerjaan: - Spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Eka (2020-sekarang) - Kepala klinik Arta Graha Peduli (2020-sekarang) - Spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Siloam (2020-sekarang)

AESCULAPIUS

18


Kabar Alumni

Mencetak Dokter Berkualitas dengan Membangun Pendidikan Kedokteran Meningkatkan taraf pendidikan kedokteran adalah kunci pembangunan kesehatan Indonesia

19

MEDIA

Foto: dokumen pribadi

P

endidikan kedokteran adalah bidang yang masih terus berkembang di Indonesia hingga saat ini. Bidang ini memiliki peranan penting dalam mencetak tenaga-tenaga medis masa depan. Dokter Dewi Anggraeni Kusumoningrum, lulusan FKUI tahun 2020, memiliki ketertarikan kuat di bidang ini. Selepas lulus sebagai dokter umum, Dewi memilih mengisi waktunya dengan magang di Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI. Motivasi Dewi untuk terjun di bidang pendidikan kedokteran tidak lepas dari pengalamannya sebagai dokter internship setahun silam di RSUD Kota Bogor. Tak hanya bertugas di RSUD Kota Bogor, Dewi juga sempat menjalani rotasi ke Puskesmas Bogor Utara dan Puskesmas Bogor Timur. Dewi banyak belajar tentang aspek humanisme dalam praktik kedokteran. Dewi masih ingat dilema yang ia hadapi saat menangani kasus seorang anak dengan osteosarkoma pada kaki. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan nyawa anak tersebut adalah mengamputasi kakinya yang telah digerogoti tumor ganas tersebut. Sayangnya, pasien beserta keluarganya menolak tindakan amputasi. Orangtua pasien merasa bahwa amputasi hanya akan memperburuk hidup anak mereka. Pengalaman ini semakin menyadarkan Dewi bahwa menangani pasien bukan hanya sekadar mengatasi penyakitnya. Lebih dari itu, pasien adalah manusia dengan kehidupan yang unik dan bagian dari keluarga serta lingkungan sosial di sekitarnya. Pengalaman berkesan semasa internship tidak hanya didapatkan Dewi dari interaksinya dengan pasien. Dewi juga memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan dengan salah satu dokter pengujinya semasa internship. Saat itu, Dewi sebagai dokter internship diminta untuk memaparkan presentasi kasus. Usai mempresentasikan kasus, Dewi malah mendapatkan omelan dari sang dokter penguji. Sayangnya, menurut Dewi, umpan balik yang ia terima tersebut bersifat kurang konstruktif. Kejadian dengan dokter penguji tadi memotivasi Dewi untuk berkarya di bidang pendidikan kedokteran. Dewi bersyukur mendapatkan guru-guru yang sangat mengedepankan umpan balik konstruktif semasa pendidikannya di FKUI. Namun, Dewi tidak bisa membayangkan jika para mahasiswa kedokteran Indonesia lainnya merasakan pengalaman belajar seperti yang ia rasakan saat memaparkan presentasi

dr. Dewi Anggraeni Kusumoningrum Dokter umum, intern Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI E-mail: dewi.anggraeni. kusumoningrum@gmail.com kasus. Menurutnya, hal seperti ini menjadi suatu masalah yang harus diselesaikan demi mencetak dokterdokter yang lebih baik lagi di masa depan. Setelah menjalani masa internship, Dewi semakin menyadari betapa pentingnya aspek humanisme dan empati dalam profesi kedokteran. Oleh karena itu, ia ingin terus mengembangkan pendidikan kedokteran yang mengajarkan aspek-aspek tersebut kepada mahasiswa. Selain itu, Dewi juga tertarik dengan penggunaan teknologi dalam pendidikan. Menurutnya, pandemi Covid-19 telah membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi sangatlah penting. Banyak sekali aspek pendidikan yang dapat dioptimalisasi dengan bantuan teknologi. Untuk mewujudkan visinya, Dewi berencana untuk melanjutkan studi di bidang pendidikan kedokteran. Setelah itu, ia ingin kembali mengabdi sebagai staf di Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI. Dengan demikian, Dewi berharap bisa mewujudkan cita-citanya untuk memajukan pendidikan kedokteran di FKUI dan Indonesia. taris

AESCULAPIUS


Seputar Kita

Kanker Serviks: Apa yang Penting Kita Ketahui? Foto: dokumen penyelenggara

K

Mengenal lebih dalam kanker penyebab kematian terbanyak perempuan di dunia

anker serviks adalah salah satu jenis keganasan yang terjadi akibat adanya metaplasia epitel di daerah peralihan antara mukosa kanalis servikalis dan mukosa vagina. Kanker ini masih menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak pada perempuan di seluruh dunia. Hal ini menjadi perhatian dari mahasiswa kedokteran yang tergabung dalam Standing Committee on Sexual & Reproductive Health and Rights including HIV & AIDS (SCORA) dari organisasi Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA). SCORA CIMSA berfokus kepada peningkatan taraf kesehatan seksual dan reproduksi di Indonesia, termasuk pemberian edukasi seksual yang komprehensif. Mereka mengadakan National Peer Education Training dengan tema “Kanker Serviks dan Vaksin HPV di Indonesia”. Pelatihan ini diadakan pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021 dan dimoderatori oleh Amelia Mathilda, peer educator trainer SCORA CIMSA. Acara ini menghadirkan Dr. dr. Teuku Mirza Iskandar, Sp.OG(K), perwakilan dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), sebagai narasumber. Teuku memulai presentasinya dengan memaparkan jumlah kasus terkini dari kanker serviks, baik kondisi global maupun nasional. “Kanker serviks adalah penyebab kematian paling tinggi (pada kaum perempuan). Menurut penelitian di Asia Tenggara, kasus barunya sekitar 570.000 pada tahun 2018,” tutur Teuku. Dokter yang menjalankan praktik di RSUP Dr. Kariadi Semarang ini juga menjelaskan target yang dikemukakan oleh organisasi kesehatan dunia WHO untuk tahun 2030. “Tahun 2030, diharapkan 90% perempuan berusia 15 tahun sudah divaksinasi (HPV), 70% perempuan berusia 35-45 tahun sudah melakukan

MEDIA

skrining, dan 90% perempuan sudah melakukan terapi khususnya bagi yang mengidap kanker serviks,” jelas Teuku. Selanjutnya, Teuku juga menjelaskan penyebab dan factor risiko kanker serviks. Penyebab utama dari kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Terdapat banyak tipe HPV, tetapi yang paling sering ditemukan sebagai penyebab dari kasus kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18. HPV tipe 16 sering menyebabkan squamous cell carcinoma, sedangkan HPV tipe 18 umumnya menjadi penyebab adenocarcinoma. Infeksi virus HPV akan lebih rentan terjadi pada orangorang dengan faktor risiko. “Penularan virus tidak hanya disebabkan kontak seksual semata, tetapi juga sistem pertahanan tubuh yang terganggu,” kata Teuku. Di samping itu, kebiasaan merokok, penggunaan alat aksesori seks yang dapat merusak serviks, memiliki lebih dari 1 pasangan, serta paritas multipara juga berperan sebagai faktor risiko kanker serviks. Pencegahan HPV terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. “Pencegahan primer salah satunya dilakukan dengan vaksin HPV pada perempuan berusia 9-14 tahun. Selain itu juga dengan menjaga kebersihan organ seksual,” tegas Teuku. Teuku menekankan bahwa ada 3 jenis vaksin HPV yang beredar, yakni jenis bivalen, kuadrivalen, dan nanovalen. Jarak pemberian dosis vaksin HPV tidak boleh kurang dari 6 bulan. Tidak hanya itu, pemberian vaksin HPV bisa dibarengi dengan vaksin lainnya seperti Covid-19, dengan memberikan jarak waktu sekitar 1 minggu. “Untuk pencegahan sekunder, dapat dilakukan dengan melakukan pap smear, IVA, dan tes HPV DNA. Sementara untuk pencegahan tersier, dapat dilakukan dengan operasi, kemoterapi, dan radioterapi,” lanjut Teuku. sandrina

AESCULAPIUS

20


Senggang

Memetik Gitar : Melepas Penatnya Belajar Menikmati setiap detik perjalanan hidup diiringi lantunan musik dengan para sejawat

D

i tengah segala kesibukannya, baik ketika menjalani pendidikan dokter maupun pasca kelulusan, dr. Frisky Maulida, BMedSc(Hons) tetap menggeluti hobinya dalam bermusik. Mulai dari mendengarkan lagu berbagai genre, berlatih menyanyi secara otodidak, bermain instrumen musik, menjadi vokalis band, mengikuti berbagai kompetisi hingga menekuni audio engineering telah dilalui dokter alumni FKUI ini. Kecintaan Frisky pada musik dimulai sejak tahun 1998 ketika mendengar lagu-lagu Piala Dunia saat itu. Setelahnya, ia mulai mengeksplorasi berbagai genre musik dan terjun ke dunia vokal dengan latihan mandiri. Sewaktu kuliah, Frisky mendapat kesempatan tampil di panggung Dekan Cup bersama teman-teman seangkatannya. Selasar, itulah nama band kebanggaan dokter satu ini yang terinspirasi dari tempat latihan rutin keenam anggotanya, selasar RIK gedung C. Band Selasar berhasil tampil di berbagai kompetisi dan acara internal FKUI. Perjalanan menekuni hobi tentu tidak luput dari berbagai suka dan duka. “Kita menjalani hobi sebagai sesuatu yang memang kita sukai,” ujar Frisky. Ia merasa senang bisa bertemu dan diakui oleh para tokoh yang telah ahli dalam bidangnya, yaitu ketika Selasar mendapat pujian dari seorang juri terkenal menyabet gelar juara di ajang Liga Medika. Di sisi lain, duka yang dialaminya yakni kesulitan mencari waktu berlatih di sela kesibukan yang melanda. Mahasiswa kedokteran memang identik dengan jadwal yang sibuk dan padat. Namun, bagi vokalis Selasar ini, setiap orang pasti memiliki waktu pribadi. “Sibuk itu pilihan,” katanya. Ia tetap mampu menjalankan hobinya dalam bermusik walaupun sempat kesulitan dalam menggabungkan waktu 6 orang untuk latihan bersama. Terkadang, mereka hanya bisa melakukan latihan bersama sekali sampai dua kali dan lebih sering belajar secara mandiri terlebih dahulu. “Musik itu adalah cara berekspresi yang kadang tidak bisa kita ekspresikan dengan kata-kata ataupun tindakan lainnya,” ujarnya. Menurut Frisky, musik dapat menjadi alat untuk mengekspresikan diri dan

21

MEDIA

Foto: dokumen pribadi

mencari jati dirinya, terutama di masa-masa ia menulis musik. Awalnya, ia juga merasa dirinya adalah seseorang yang introvert. Namun, dari hobi ini ia dapat mengasah kerja sama dalam kelompok. Selain itu, berbagai konflik yang muncul membuatnya dapat belajar untuk saling mengenal dan menyatukan visi satu sama lain. Secara pribadi, ia sengaja memilih hobinya sebagai sesuatu yang jauh dari kariernya supaya tidak bosan melakukannya. “Hobi yang kita jalankan itu tidak harus dijalankan untuk bisa berkarier,” katanya. Menurut Frisky, orang Indonesia kurang menganggap hobi sebagai sesuatu yang serius. Banyak orang tua yang tidak menganggap hobi sebagai suatu investasi sehingga banyak orang yang kesusahan untuk mencari dukungan. Padahal, bagi Frisky, hobi merupakan investasi yang penting apalagi ketika hobinya dapat berkembang. Hidup hanya berkarier tidaklah sehat dan seimbang, harus ada keseruan supaya tidak burnout. Pesan terakhir dari Frisky adalah hal-hal seperti hobi perlu dibaca atau didengarkan semua orang. Hidup itu bukan hanya bertujuan untuk dapat penghargaan tertentu. “Senggang kita juga harus dieksplor,” tutupnya. sofia, sherlyn, kelvin

dr. Adji Widjaja E-mail: adjiwijaya91@yahoo.com Alamat: Jl. Tomang Asli No. 27, Jakarta Barat 11430

AESCULAPIUS


Segar

Serba-Serbi Diabetes Mellitus (DM): Memperingati Hari Diabetes Sedunia – 14 November 2021

Mendatar

Menurun

2. Urinasi berlebih pada pasien dengan DM yang tidak terkontrol 5. Salah satu faktor risiko DM tipe 2 8. Abnormalitas sistem imun yang mendasari terjadinya DM tipe 1 9. Salah satu obat DM yang bekerja dengan cara menghambat kotransporter natrium-glukosa di ginjal 11. Golongan obat DM yang meningkatkan produksi insulin oleh pankreas, namun memiliki efek samping berupa peningkatan berat badan 12. Komplikasi DM tipe 2 yang dapat menyebabkan perubahan status mental (singkatan) 13. Hormon yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah 14. Obat DM yang dapat menyebabkan asidosis laktat pada pasien dengan gagal jantung berat

1. Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada pasien DM, ditandai gejala hemiparesis. 2. Kondisi yang ditandai dengan kadar glukosa darah puasa (GDP) 100-125 mg/dL atau glukosa darah dua jam postprandial (G2PP) 140-199 mg/dL 3. Pola pernafasan dalam dan cepat yang dapat ditemukan pada pasien dengan komplikasi DM tipe 1 4. Salah satu proses yang menyebabkan penurunan berat badan pada pasien DM 6. Salah satu komplikasi serius DM tipe 1 yang ditandai dengan peningkatan keasaman darah (singkatan) 7. Kegawatdaruratan yang dapat terjadi sebagai efek samping konsumsi obat antidiabetes oral atau terapi insulin 10. Rasa haus berlebihan pada pasien DM yang tidak terkontrol 15. Pemeriksaan glukosa darah dengan interval waktu untuk mengetahui kemampuan sel tubuh dalam mengambil glukosa dari darah

MEDIA

AESCULAPIUS

22


Media Aesculapius

@mediaaesculapius | beranisehat.com | 0858-7055-5783 Temukan informasi selengkapnya pada akun Instagram dan website kami Anti-hoaks | Ensiklopedia penyakit | Guideline diagnosis dan penanganan penyakit | Berita dan artikel kesehatan terkini


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.