Media Indonesia

Page 22

H UMANIORA

22

JUMAT, 30 DESEMBER 2011

Iptek Nuklir Bangkitkan Harapan Petani Indonesia

ANTARA/SAHRUL MANDA TIKUPADANG

PANEN PADI: Sejumlah buruh potong memanen padi di persawahan Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu. Buruh potong yang bekerja secara berkelompok memperoleh upah sebesar Rp35 ribu per hari.

Varietas padi inpari sidenuk yang dikembangkan Batan terbukti meningkatkan hasil produksi padi petani Klemunan. ANTON KUSTEDJA

R

ABU (14/12) siang, suasana Desa Cepoko, Kelurahan Klemunan, Wlingi, Blitar, Jawa Timur, mendadak ramai. Desa yang biasanya sepi, pada hari itu, kedatangan warga dari luar desa. Mereka datang dari Tulungagung, Trenggalek, Nganjuk, Ngawi, Madiun, dan beberapa daerah lain sekitarnya. Tampak pula umbul-umbul dan baliho di kiri-kanan jalan utama masuk desa. Hal itu makin mempertegas kesan bahwa di Klemunan, yang berjarak 25 km timur Kota Blitar, sedang ada gawe besar. ‘Nuclear for welfare, nuklir untuk kesejahteraan’, demikian tulisan yang terpampang di baliho dan umbul-umbul di kiri-kanan jalan. Ya, hari itu merupakan saat bersejarah bagi warga Klemunan yang mayoritas petani karena mereka akan menyaksikan langsung panen perdana bibit bestari, salah satu varietas bibit padi unggulan hasil penelitian dan pengembangan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), yang mereka tanam tiga bulan lalu tepatnya 21 September. Itu menjadi istimewa karena untuk pertama kalinya, bibit unggul bestari ditanam di Desa Klemunan di atas lahan 50 ha oleh kurang lebih 52 petani

yang tergabung dalam paguyuban tani Gapoktan Among Tani Klemunan. Gapoktan Among Tani merupakan kelompok binaan Koperasi Satria Jaya, Blitar, yang selama ini menjadi mitra Batan setiap kali ada hasil temuan baru varietas unggul untuk tanaman pertanian. Tak kurang istimewa pada hari itu, selain ratusan petani yang berkumpul, Wakil Bupati Blitar Rijanto, Kepala Dinas Pertanian Blitar, Nganjuk, Ngawi, dan Madiun, Profesor Riset Batan Mugiono, serta Deputi Kepala Batan bidang Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa (PTDBR) Djarot Sulistio Wisnubroto pun hadir pada acara panen perdana itu. Ketua Koperasi Satria Jaya H Sonny Ali, sekaligus Ketua Panitia Pelaksana, menyatakan panen perdana bestari merupakan langkah awal untuk meningkatkan produktivitas pertanian untuk warga Klemunan. Menurut dia, varietas bestari sudah pernah dipanen di lokasi lain di daerah Blitar beberapa waktu lalu. Setelah dilakukan pengubinan 2,5 m x 2,5 m dengan jumlah pengubinan 80 rumpun, dihasilkan 7,1 kg atau setara dengan 11,36 ton/ha. Itu berarti lebih banyak daripada hasil benih padi lain yang rata-rata menghasilkan 10 ton per ha.

Untuk panen perdana di Klemunan ini, lanjut dia, varietas bestari bakal mengulang kesuksesan bestari di tempat-tempat lain. Setelah diamati, dalam satu rumpunnya terdapat 26 batang yang produktif dan satu malainya menghasilkan 175185 butir. Karena itu, hasilnya diyakini akan sangat luar biasa. “Bestari memang membawa berkah untuk petani dan bukan musibah,” ujar Sonny.

Masyarakat perlu diberi motivasi dan kesempatan untuk mengembangkan diri.” Mugiono Periset Pertanian Batan Tak berlebihan bila Sonny menyebut bestari membawa berkah bagi para petani. Benih hasil penelitian, pengembangan, dan rekayasa (litbangyasa) Batan yang merupakan pengembangan baru dari varietas padi inpari sidenuk itu terbukti meningkatkan hasil produksi padi petani. Sejak resmi dikeluarkan Kementerian Pertanian pada 20 Juli 2008, bestari sudah diuji di beberapa tempat, yakni pertama kali pada Agustus 2008, di Desa Pusaka Jaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat, juga di daerah Mataram, Nusa Tenggara Barat. Hasilnya memuaskan. Menurut Mugiono, varietas padi bestari merupakan salah satu hasil penerapan ilmu teknologi nuklir dalam dunia pertanian yang selama ini

menjadi perhatian Batan. Di hadapan para petani Klemunan ia menjelaskan, sebagai pengembangan baru, bestari mencoba mengatasi kekurangan benih-benih padi yang telah ada sebelumnya. “Prinsip litbangyasa Batan ialah bagaimana menemukan bibit padi unggulan. Kalau dalam konteks pertanian, misalnya, bagaimana benih tersebut mampu tahan hama, hasilnya banyak, mudah ditanam, batangnya pendek supaya tahan terhadap angin, umurnya pendek, dan berasnya kalau dimasak enak (pulen). Dan itu semua ada dalam benih padi bestari ini,” ujar Mugiono. Pemda setempat pun dengan antusias menyambutnya. Wakil Bupati Blitar mengapresiasi Koperasi Satria Jaya yang telah menjalin kemitraan dengan Batan. “Mudah-mudahan hal ini akan diikuti oleh institusi maupun lembaga ekonomi yang lain untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat,” kata Rijanto. Pemahaman nuklir Ia juga menegaskan bahwa dengan panen perdana padi bestari di Kabupaten Blitar, akan ada gambaran secara utuh tentang pemahaman nuklir bagi masyarakat Kabupaten Blitar sehingga nuklir tidak hanya dipahami sebagai bahan pembuat bom. “Toh kita saksikan sendiri, tidak demikian kenyataannya, ilmu teknologi nuklir dalam bidang pertanian justru dapat dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat, yaitu

penciptaan benih padi unggul,” lanjutnya. Bidang pertanian, kata dia, harus diprioritaskan karena merupakan kegiatan ekonomi utama di Blitar dengan luas lahan pertanian padi 31.738 ha. “Masyarakat perlu diberi motivasi, masyarakat perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan diri. Tanpa kita sadari bersama, ternyata masyarakat telah memanfaatkan hasil-hasil litbangyasa dari Batan, baik di bidang pertanian, perikanan, sumber daya alam, maupun yang lainnya.” Untuk itu, Wakil Bupati berharap kerja sama antara Batan dan Pemkab Blitar untuk tahun-tahun mendatang perlu ditingkatkan lagi. Bagi Batan, pengembangan bibit unggul untuk para petani merupakan misi dalam memberikan harapan bagi petani di dalam negeri. Di tengah kondisi perubahan iklim global dan krisis pangan dunia, Batan ingin menghadirkan angin segar bahwa petani masih mampu meningkatkan produktivitas pertanian mereka, bahkan di tengah kondisi lahan dan iklim yang tidak menentu. “Peran serta kita menurut saya memberi petani harapan akan pencapaian yang lebih baik dari segala usaha mereka. Di tengah kesulitan yang dialami petani, baik itu produksi yang menurun maupun krisis pangan dunia, Batan memberikan tawaran hasil risetnya tentang benih pertanian unggul,” ujar Kepala Bagian Humas Batan Heru Santoso. (*/S-5)

Keyakinan Berbuah Manis SUKANTO, 54, warga Desa Klemunan, Kecamatan Wlingi, Blitar, Jawa Timur, seperti tak sabar lagi menunggu saat panen tiba. Saat itu, ia dan kawan-kawannya mengikuti panen perdana bibit padi bestari, sebuah varietas padi unggulan hasil inovasi iptek nuklir yang dilakukan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Acara tersebut sekaligus menandai awal panen padi di lokasi persawahan kampungnya seluas 50 hektare. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, rasa penasaran dia kala itu, tidak lain dan tidak bukan, tertuju pada hasil benih padi yang ia tanam kurang lebih tiga bulan lalu, tepatnya 21 September. Di tengah musim yang kian tidak menentu, curah hujan yang tinggi, Sukanto diselimuti rasa waswas. Akankah hasil panenan dia tahun ini meningkat? Atau malah berkurang? Atau malah tak menghasilkan apa-apa? Rasa penasaran Sukanto, dan mungkin juga rekan-rekan tani Klemunan lainnya, sangat beralasan. Faktanya, Klemunan, desa yang terletak 25 kilometer dari arah Blitar dengan mayoritas penduduk petani, selama tiga bulan terakhir terus-menerus diguyur hujan. Ditambah lagi, bencana hama penggerek batang padi yang melanda persawahan. Belum selesai di situ, Sukanto hanya tahu satu hal bahwa padi yang ia tanam merupakan varietas padi unggulan hasil penelitian Batan yang untuk pertama kalinya ditanam di Klemunan. Dengan kata lain, belum ada bukti seberapa kualitas bestari di kampungnya, walaupun benih padi itu sudah resmi diluncurkan ke masyarakat melalui serti kasi Kementerian Pertanian pada Juli 2008. Informasi yang ia dapat ketika akan menanam ialah varietas unggulan ini dijamin akan meningkatkan hasil produksi, umurnya pendek, tahan terhadap serangan hama, batangnya pendek, dan nasinya enak dimakan (pulen). “Bilangnya begitu, Pak. Ini padi unggul, cuma kita petani kan tidak begitu saja percaya sebelum tahu sendiri hasilnya,” ujarnya saat ditemui, dua pekan lalu. Awalnya Sukanto tidak langsung percaya. Ia menuturkan, saat ditawari bibit padi unggulan itu, ia dan rekan petani lainnya masih ragu. Ketika staf Koperasi Satria Jaya, mitra Batan di daerah yang bertugas menyebarluaskan bibit unggulan tersebut, mendatangi dia dan petani lain di kampungnya, bermacam pertanyaan dilontarkan. Terlebih, mereka tahu bibit baru tersebut ialah hasil inovasi energi nuklir. Sesuatu yang ia dan teman-temannya pahami ialah nuklir itu berbahaya. Hal itu makin menambah keraguan dia. “Namanya barang baru bagi kami. Apalagi ada nuklirnuklirnya. Kami juga takut. Kalau ternyata gagal kan rugi,” ujar ayah empat anak itu dengan polos. Namun, keraguan Sukanto dan teman-temannya mulai berkurang setelah mendengar penjelasan dari periset Batan Mugiono. “Saat Pak Mugi datang, kita jadi lebih yakin. Ia jelaskan semua prosesnya. Ia ceritakan juga pengalaman di tempattempat lain yang berhasil. Kami jadi paham dan sejak saat itu kami akhirnya baru berani menanam,” ujar Sukanto lugas. Menjelang musim panen, pada padi yang ia tanami dilakukan uji pengubinan di atas lahan berukuran 2,5 m x 2,5 m dengan jumlah ubinan 80 rumpun. Hasilnya menggembirakan. Dari 80 rumpun padi dihasilkan 7,1 kg atau setara dengan 11,36 ton/ha. Dari hasil uji pengubinan tersebut, pada satu rumpunnya didapati 26 batang yang produktif dan satu malainya menghasilkan 175-185 butir sehingga hasilnya diyakini akan sangat luar biasa. Sejenak Sukanto semringah saat menceritakan hasil pengubinan tersebut. “Biasanya 1 ha di sini paling banyak 9 atau 10 ton, tapi ini bisa sampai 11, 36 ton tentu memuaskan sekali.” (Thomas Harming Suwarta/H-1)

anton@mediaindonesia.com

WAWANCARA

Butuh Sosialisasi untuk Mengubah Persepsi

Djarot Sulistio Wisnubroto Deputi Kepala Batan Bidang PTDBR

KESAN energi nuklir berbahaya masih sangat kuat di tengah masyarakat kita. Bom di H i ro s h i m a d a n Nagasaki, Jepang, masih meninggalkan kesan kuat betapa berbahayanya energi itu sampai masyarakat lupa bahwa nuklir tak hanya punya cerita menakutkan, tetapi juga punya cerita menyenangkan. Berbagai perkemb a n g a n teknologi bidang kesehatan, misalnya, banyak DOK. PRIBADI menggunakan nuklir. Tak hanya

itu, pertanian dan peternakan juga merupakan bentuk inovasi iptek nuklir melalui pengembangan benih pertanian unggulan seperti yang dilakukan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Seperti apa persis kiprah Batan mengembangkan pertanian? Berikut petikan wawancara Media Indonesia dengan Deputi Kepala Batan Bidang Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa (PTDBR) Djarot Sulistio Wisnubroto, baru-baru ini. Apa yang menjadi pusat perhatian dalam setiap kajian litbang Batan selama ini? Pada prinsipnya, Batan merupakan lembaga negara di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi yang memiliki misi meningkatkan energi nuklir, isotop dan radiasi, dan pemanfaatan/pendayagu-

naanya oleh masyarakat dalam mendukung program pembangunan nasional. Itu bisa melalui pengembangan bibit unggul tanaman pangan, tersedianya insfrastruktur dasar pembangunan PLTN, pemahaman masyarakat terhadap teknologi nuklir, pemanfaatan aplikasi teknologi isotop dan radiasi untuk kesehatan. Yang lebih penting lagi ialah Batan ingin memopulerkan nuklir secara profesional untuk tujuan damai dengan mengutamakan prinsip keselamatan dan keamanan, serta kelestarian lingkungan hidup. Khusus untuk kajian bidang pertanian? Bidang pertanian menjadi fokus Batan selama ini. Itu bisa dikenali dari produk-produk bibit unggul. Saya bisa sebutkan beberapa, misalnya bibit padi cilosari, pandan putri, ma-

yang, milasari, inpari sidenuk, bestari, dan sebentar lagi benih padi unggulan mugibat, dan tentu masih banyak lainnya. Khusus untuk pertanian juga, Batan sudah mengembangkan benih gandum iklim tropis. Ini dimaksudkan agar Indonesia mampu memproduksi gandum sendiri tanpa bergantung dari luar negeri. Apakah ini juga terkait dengan ketersediaan pangan lokal atau ketahanan pangan nasional? Tentu saja. Anda tahu bahwa dunia sedang mengalami krisis pangan global dan perubahan iklim yang tentu memengaruhi pertanian di dalam negeri. Belum lagi ditambah lahan pertanian kita yang sudah mulai kritis dan bahkan ada yang banyak beralih jadi lahan industri, ditambah pertambahan jumlah penduduk. Karena itu,

Batan memberi perhatian ke pertanian karena diperkirakan pada 2020 akan terjadi krisis pangan secara besar-besaran di dunia. Andai kata tidak siap, kita akan terkena imbasnya. Di Batan, setiap benih unggul padi, misalnya, harus mampu menghasilkan peningkatan produksi. Bukan saja peningkatan hasil, melainkan juga produk yang dihasilkan berkualitas dan aman dikonsumsi. Teknologi radiasi nuklir mampu melakukan itu. Jadi, intinya ialah ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat dalam jumlah yang cukup dan dengan harga terjangkau merupakan kata kunci dari kedaulatan dan kemandirian pangan bangsa. Namun, persepsi masyarakat masih negatif terhadap energi nuklir. Bagaimana meyakinkan masyarakat bahwa hasil kajian Batan aman untuk ma-

syarakat? Ini kami sadari. Persepsi energi nuklir berbahaya itu masih sangat kuat. Dia dikaitkan dengan bom dan efek radiasi yang berbahaya bagi kesehatan. Karena itu, penting sosialisasi bahwa nuklir juga bermanfaat bagi masyarakat. Tentu saja dalam setiap kali sosialisasi kita tidak serta-merta menceritakan teknis soal energinya, tapi dalam bahasa sederhana yang bisa dimengerti. Selain itu, kita perlu ceritakan hasil-hasilnya dan yang lebih penting lagi ialah kesaksian dari orang-orang yang pernah memakai produk Batan. Biasanya masyarakat kita baru percaya setelah ada yang menikmati hasilnya dan mempraktikkannya. Contohnya saja benih padi bestari. Saya bisa sangat meyakinkan masyarakat bahwa hasil padi bestari ini aman dikonsumsi masyarakat. (*/H-1)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.