Media Indonesia

Page 11

N USANTARA Rela Kesurupan Kerbau demi Kemakmuran Desa

JUMAT, 30 DESEMBER 2011

11

Berharap panen melimpah dan menolak bala merupakan inti ritual adat keboan yang selalu dilaksanakan menjelang musim tanam. ANAM MASJHOEDI

R

ATUSAN orang menyemut di lapangan Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Minggu (25/12). Hari itu merupakan hari penting bagi warga Aliyan. Bertepatan perayaan Natal, masyarakat di desa tersebut sedang menggelar ritual adat keboan. Sebuah upacara adat yang sudah dilakukan secara turun-temurun dan usianya sudah ratusan tahun. Hampir semua warga desa ikut terlibat di dalam ritual keboan itu. Ritual unik itu berupa mandi lumpur seperti kerbau. Warga pun berjalan merangkak dengan menggunakan kedua tangan dan kakinya, menirukan langkah kerbau. Namun untuk memulai ritual keboan ini harus melalui beberapa tahapan upacara. Tampak ada dua warga yang berdandan seperti kerbau. Dengan baju warna hitam, menggunakan rambut palsu panjang sebahu yang terbuat dari tali ra a hitam, dan ada dua telinga mirip telinga kerbau yang dipasang di atas telinga warga tersebut. Ratusan warga mengarak dua warga yang sudah didandani mirip kerbau pembajak sawah sambil memanggul alat bajak. Arak-arakan melintasi persawahan yang menghampar di Desa Aliyan. Kemudian muncul sosok Dewi Sri yang menerima sosok kerbau itu. Dewi Sri yang diperankan

FOTO-FOTO: MI/ANAM MASJHOEDI

gadis desa setempat merupakan simbol dewi kemakmuran bagi masyarakat desa. Tradisi turun-temurun suku Osing ini selalu dilaksanakan sebelum memulai masa bercocok tanam. Adat keboan ini juga dipercaya masyarakat desa agar hasil panen melimpah pada musim tanam nanti. Warga desa pun bisa meningkatkan kemakmuran akibat melimpahnya hasil bumi. Kemudian setelah arak-arakan selesai dan pembacaan doa, puluhan warga Aliyan mirip orang kesurupan berlarian ke sana kemari, untuk mencari tanah berlumpur. Setelah menemukan lumpur, mereka berjalan dan bertingkah seperti kerbau. Tidak sedikit mereka berebut mandi lumpur. Banyak

orang yang mengawal saudara atau tetangganya yang sedang kesurupan agar tidak berlarian ke mana-mana. Tampak beberapa warga harus memegangi leher dan menyentuh kepala orang yang kesurupan, seperti sedang mengendalikan seekor kerbau liar. Pada umumnya orang yang kesurupan malah bangga karena roh leluhurnya mampir ke dalam tubuhnya. Mereka tidak peduli berkelakuan mirip kerbau karena itulah inti dari ritual keboan. Wongso Kenongo Jika bicara ritual adat keboan yang sudah berumur ratusan tahun itu, tidak bisa lepas dari leluhur masyarakat Desa Aliyan bernama Wongso Kenongo.

ASAL USUL

Danau Sentarum DANAU Sentarum terletak di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Danau yang berada di kawasan jantung Kalimantan (heart of Borneo) ini terbentuk akibat proses tektonis jutaan tahun silam. Sentarum memiliki keanekaragaman hayati dan menjadi habitat berbagai tumbuhan serta satwa endemis Kalimantan. Terdapat sekitar 265 spesies ikan air tawar yang hidup dan berkembang biak di danau ini. Sebanyak 75% atau seki-

miliar setahun. Danau seluas 120 ribu hektare ini juga menjadi habitat bagi 200 spesies burung, 141 spesies mamalia, 26 spesies reptil, dan berbagai jenis primata endemis Kalimantan, di antaranya orang utan kalimantan, lutung merah, kelempiau, dan bekantan. Di samping itu, terdapat 510 jenis tumbuhan dan 135 di antaranya teridenti kasi sebagai anggrek alam. Selain keanekaragaman hayati, Sentarum juga memiliki ber-

merupakan salah satu fungsi hidrologis Sentarum sebagai pengontrol dan penyuplai air tawar bagi Sungai Kapuas, sungai utama di Kalimantan Barat. Danau tersebut menampung kelebihan air saat musim penghujan dan mengalirkan kembali ketika kemarau. Danau Sentarum ditetapkan sebagai ramsar site atau kawasan konservasi lahan basah sejak 1994 dan taman nasional pada 1999, dengan total luas

MI/ARIS MUNANDAR

tar 199 dari 265 spesies ikan tersebut merupakan endemis Kalimantan. Penelitian Center for International Forestry Research (Cifor) dan Riak Bumi pada 2007 menyebutkan produksi ikan air tawar dari kawasan ini mencapai 3.000 ton atau senilai Rp34,7 miliar setahun. Produksi tersebut di luar hasil budi daya siluk (Schleropagus formusus), yang nilainya mencapai Rp70 miliar hingga Rp140

bagai keunikan. Dataran banjir terluas di Indonesia dan kawasan hutan lahan basah tertua di dunia ini merupakan danau majemuk dan musiman. Saat kemarau, sebagian wilayahnya berubah menjadi daratan serta menjadi beberapa danau besar dan kecil. Setelah musim penghujan tiba, dataran banjir tersebut menyatu kembali dan menjelma menjadi genangan raksasa. Siklus pasang-surut tersebut

kawasan 132 ribu ha. Kawasan tersebut terdiri dari 89 ribu ha hutan rawa tergenang dan 43 ha daratan. Kawasan yang berjarak sekitar 700 kilometer dari ibu kota Kalimantan Barat, Pontianak, ini sebelumnya ditetapkan sebagai cagar alam pada 1982 dan suaka marga satwa pada 1983. Taman Nasional Danau Sentarum kini juga dikenal sebagai lokasi penelitian dan rekreasi. (AR/N-3)

Menurut Ketua Masyarakat Adat Desa Aliyan Bambang Supinto Hadi, Wongso Kenongo adalah figur yang dipercaya sebagai leluhur warga desa. Wongso adalah tokoh yang awalnya membuka hutan di kawasan Aliyan untuk dijadikan permukiman sampai sekarang ini. Kala itu, sambung Bambang, terjadi wabah penyakit yang

pat petunjuk untuk menggelar ritual dengan memerankan diri seperti seekor kerbau. ‘’Setelah menggelar ritual keboan, kondisi warga desa dan hasil pertanian juga mulai membaik. Akhirnya, adat keboan ini dikenal secara turuntemurun, sekaligus sebagai penolak bala di desa tersebut,’’ kata Bambang. Upacara adat keboan itu merupakan kegiatan yang dilakukan warga Aliyan dan diperuntukkan bagi warga desa tersebut. Untuk itu, dalam penyelenggaraan upacara, warga rela mengeluarkan uang sendiri. Bambang menjelas-

menyerang warga desa. Selain itu, pertanian warga rusak akibat hama dan penyakit. Untuk mengatasi hal itu, Wongso Kenongo melakukan berbagai upaya mendekatkan diri pada Tuhan untuk mengatasi permasalahan itu. Akhirnya, Wongso Kenongo menda-

kan, warga Aliyan tidak ingin menempatkan bantuan pemerintah sebagai faktor utama pelaksanaan ritual adat keboan tersebut. ‘’Ada tidaknya bantuan pemerintah, tidak menjadi dasar kegiatan ritual adat keboan. Kami akan tetap menggelar

ritual adat keboan setiap bulan Sura dengan mengutamakan peran serta masyarakat,’’ ungkapnya. Kapan dimulainya adat ritual keboan ini banyak yang belum tahu pasti. Bambang pun tidak ingat sejak kapan tradisi ini dimulai. Namun, warga tetap melaksanakan upacara tersebut. ‘’Yang saya ketahui ritual ini lewat cerita turun-temurun dari leluhur kami. Diperkirakan, tradisi ini ada sejak lima generasi yang lalu,’’ ujar Bambang. (N-3) am@mediaindonesia.com

ADAT KEBOAN: Warga menggelar tradisi adat keboan sebagai wujud syukur atas berkah kekayaan alam setempat di Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pekan lalu. Warga menceburkan diri ke dalam kubangan lumpur sesaat seusai ritual adat keboan.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.