AW indonesian 2012-1006

Page 26

P E R T A N YA A N D A N J A W A B A N A L K I T A B

Mengapakah Daud mendukung per­mintaan Gibeons untuk membunuh tujuh putra Saul dalam 2 Samuel 21:1-9?

ejahatan K dan

Hukuman

Ayat itu menyediakan satu jawaban, tetapi tidak secara eksplisit menyatakan landasan sah untuk keputusan tersebut. Untuk menjawab pertanyaan Anda, kita harus memahami sifat kejahatan Saul, dan hukum yang diterapkan dalam kasus semacam itu. Ini perlu peninjauan beberapa informasi latar belakang dan mendiskusikan hal-hal hukum. 1. Beberapa latar belakang: Orang Gibeon adalah orang Kanaan yang, selama Israel menaklukkan negeri itu di bawah kepemimpinan Yosua, terpaksa berbuat licik karena takut dimusnahkan. Setelah memberitahu Yosua bahwa mereka telah mendengar tentang kemasyhuran Allahnya, mereka mengungkapkan keinginan mereka untuk membuat perjanjian damai dengan Israel. Ketika ditanya dari mana asalnya, mereka menipu bangsa Israel dengan memberitahu bahwa mereka berasal dari negeri jauh dan mereka hanya ingin menjadi hamba saja (Yosua 9:7-11). Padahal, mereka tinggal beberapa mil di sebelah barat laut Yerusalem. Tanpa bertanya kepada Tuhan, bangsa Israel membuat perjanjian damai dengan orang Gibeon yang melindungi hidup mereka (ayat 14, 15). Tiga hari kemudian bangsa Israel mendapati penipuan itu. Tetapi mereka tidak bisa melakukan apa pun mengenai hal itu, karena sebagai bagian dari upacara perjanjian, mereka telah mengambil sumpah di hadapan Tuhan bahwa mereka akan membiarkan orang Gibeon, yang tinggal di tengah bangsa Israel sebagai hamba mereka. 2. Sifat dari Kejahatan itu: Beberapa abad kemudian Saul memutuskan untuk membatalkan perjanjian damai dengan orang Gibeon. Menurut kaum Gibeon, Saul adalah orang yang “membinasakan [kālah] kami dan yang bermaksud memunahkan [shāmad] kami” (2 Sam. 21:5). Kata kerja Ibrani kālah berarti “mengakhiri,” dimana dalam konteks tersebut mengekspresikan gagasan untuk menghabisi mereka. Kata kerja shāmad memperkuat gagasan itu dengan menekankan usaha untuk sepenuhnya menghancurkan mereka. Penulis Alkitab menegaskan tuntutan ini dengan menyatakan bahwa Saul “berikhtiar membasmi [nākah, mengakibatkan serangan mematikan] mereka” (2 Sam. 21:2). Saul melakukan ini “dalam kegiatannya untuk kepentingan orang Israel dan Yehuda.” Jadi untuk alasan nasional, Saul bersalah telah berupaya melakukan pemusnahan besar-besaran. Daud mengetahui situasi ini setelah

26

Adventist World | 06 - 2012

meminta nasihat dari Tuhan mengenai kelaparan di Israel yang berlangsung selama tiga tahun. Ia memanggil orang Gibeon dan bertanya kepada mereka apa yang bisa dilakukan untuk menebus dosa Saul dan keluarganya. Ini adalah kasus kesalahan berdarah. 3. Dasar Hukum: Dalam Alkitab, kejahatan berdarah terjadi ketika hidup secara ilegal diambil dari seseorang. Pembunuhan yang tidak pada tempatnya seringkali merupakan pembunuhan berencana. Dalam kasus seperti itu darah korban berada di tangan atau kepala si pelaku—dia secara hukum bertanggung jawab untuk itu. Penumpahan darah gelap ini mencemari negeri, dan satu-satunya cara membersihkannya dari noda ini adalah melalui darah orang yang melakukannya (Bil. 35:33). Dalam beberapa kasus penuntut balas berdarah bisa secara sah meminta agar kejahatan itu ditebus. Tetapi kurangnya kekuatan kaum Gibeon membuat mereka tak mungkin meminta keadilan dari raja Israel, dan sebagai akibatnya kejahatan itu diabaikan (lihat 2 Sam. 21:4). Itulah saat mana Tuhan membawa kasus mereka di tangan-Nya sendiri dan membiarkan kesalahan berdarah itu menimpa negeri tersebut dalam bentuk bala kelaparan yang panjang. Kejahatan yang dilakukan Saul itu ilegal bukan hanya karena tidak ada alasan yang bisa dibenarkan untuk itu, tetapi terutama karena ia melanggar sumpah yang dibuat di hadapan Tuhan yang melindungi orang Gibeon. Nasionalismenya lebih penting bagi dia daripada menuruti Tuhan. Dalam hal keja­ hat­an berdarah putusannya jelas: Ganti rugi—hukumannya harus seimbang dengan kejahatannya (bandingkan Imamat 24:21, 22). Mencoba membunuh secara massal bisa mengakibatkan pemusnahan keluarga Saul. Tetapi orang Gibeon dan Daud setuju dalam membatasi luasnya pelaksanaan hukum kepada eksekusi tujuh keturunan Saul. Keadilan dilaksanakan. Penyalahgunaan kekuasaan tidak diabaikan oleh Tuhan, yang dalam kebaikan, kasih, dan keadilan-Nya telah menunjuk satu hari penghakiman ketika kejahatan umat manusia akan diselesaikan dalam kebenaran. Sementara itu, kita harus mempraktikkan keadilan dan berbicara untuk mereka yang tidak bisa mengutarakannya sendiri. n

Angel Manuel Rodríguez melayani beberapa tahun sebagai Direktur Biblical Research Institute General Conference.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.