Dunia Roh

Page 36

Sewaktu menginjil, saya kerapkali ditanya, “Pak Daud, Anda berani mengatakan, kalau Anda mati pasti masuk surga?” “Berani.” “Anda sudah pernah ke surga?” Saudara, ini adalah pertanyaan dari orang yang kadang-kadang menurut saya keterlaluan. Penginjil dianggap pedagang yang menjual produk tidak jelas atau terjamin mutunya. Jadi pertanyaan ini sering dipakai sebagai lelucon atau bahan sindiran. Bila penginjil menjawab, “Belum” si penanya akan bersiap untuk melecahkannya, seperti, “Wah, Anda saja belum pernah pergi ke surga mau mengajak saya, bagaimana ini?” Bagi para penginjil awam, jangan gentar, panik atau terpancing dalam perdebatan. Saudara bisa membaca buku-buku yang baik untuk mengetahui cara menangkal pertanyaan menjengkalkan ini. Salah satunya berjudul Buku Pintar Konseling karangan Selwyn Hughes. Tetapi untuk orang seperti saya, pertanyaan ini bukan masalah serius. Sebab saya akan menjawabnya dengan tegas dan membuat si penanya ‘mati kutu.’ “Sudah!” Tanggal 2 November 1996 pagi, Tuhan datang menemui saya, dan memanggil, “Daud.” “Ada apa, Tuhan?” “Hari ini engkau akan kembali ke rumah Bapa. Pulang ke rumah Bapa. Tapi engkau harus kembali lagi ke muka bumi.” Saya tahu hari itu, saya akan mati. Padahal pagi itu juga, saya mau berkhotbah di gereja Wonogiri, gereja desa. Langsung saya berbicara pada ibu saya, “Ma, aku mau memotong rambut.” Dulu rambut saya agak panjang. “Tumben Ud (panggilan mesra untuk saya), kamu kenapa aneh hari ini?” “Hari ini aku akan pulang ke rumah Bapa, nanti kembali ke bumi.” “Eeeh, Ton, Tony, kamu jangan ngomong begitu. Apa kamu stress lagi? Apa mama kurang sayang sama kamu?” Wah, ibu saya teringat akan masa lalu saya. “Tidak, Ma. Aku tahu Mama sayang padaku, Cuma aku harus pulang ke rumah Bapa. Sudah ya, Ma, aku mau keramas dulu.” Sambil keramas sambil bersiul-siul seperti tidak terjadi apa-apa. Setelah keramas, mama saya berbicara lagi, “Ud, biasanya kamu keramas satu minggu sekali. Itu pun kalau ingat.” Ia benar. Tapi itu dulu. Tapi sekarang keramas terus. Setiap kali mau berkhotbah, saya juga keramas dulu. Gosok gigi terus, kalau dulu jarang. Anak Tuhan harus merawat tubuh pemberian Tuhan dengan baik, bukan? “Ma, aku mau mengenakan pakaian baru dan celana panjang baru, sepatu baru dan kaos kaki baru. Dan sisir yang baru.” “Kok, aneh-aneh hari ini?” Ibu saya tambah tegang dan cemas. Jadi saya jelaskan sekali lagi dengan perlahan-lahan.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.