Waspada, Senin 27 Mei 2013

Page 21

Opini

WASPADA Senin 27 Mei 2013

Anggota DPRD Tapsel Bingungkan Masyarakat Batang Toru Menanggapi berita dugaan anggota DPRD Tapsel pada harian Waspada edisi 15 Mei dalam rapat kordinasi antara sejumlah anggota DPRD Tapsel dengan PT. AR, yang membahas MoU yang telah disepakati antara pihak tambang emas (PT. AR) dan masyarakat. Pipa yang ditanam di desa Garonggang harus dipindahkan selambatlambatnya 11 bulan setelah perjanjian dibuat. Dalam hal ini kami masyarakat Batangtoru yang mencintai lingkungan memberi apresiasi, acungan jempol atas aktifnya DPRD Tapsel menyelesaikan permasalahan ini. Apalagi anggota DPRD tersebut siap usir Tambang Emas Batangtoru dan akan menggugat PT. AR ke pengadilan bila tidak bertanggung jawab atas dampak limbah yang timbul sesuai dengan UU No. 4 tahun 2004. Tapi yang menjadi pertanyaan masyarakat, kenapa baru sekarang wakil rakyat kita ini angkat bicara? Hal yang membingungkan kami sebagai pemerhati lingkungan hidup dan juga masyarakat Batangtoru umumnya adalah pernyataan Ketua Komisi III DPRD Tapsel Mahmud Lubis bersama Ketua Komisi II Armansyah Nasution. Dinyatakan bahwa sisa air pengolahan (limbah) yang dibuang ke Sungai Batangtoru dan yang telah diminum oleh Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho bersama Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M Pasaribu dan sejumlah pejabat dari instansi lain beberapa waktu lalu adalah rekayasa. Bahkan anggota DPRD tersebut menuding PT. AR telah melakukan pembohongan publik. Sementara manager PT. AR Katarina S Hardono langsung membantah tudingan anggota DPRD tersebut. Jadi masyarakat bingung mana yang benar pernyataan ini. Bagaimana ini pak gubernur?? Wah....wah.....wah.... Sekarang saja pejabat negara kita di Tapsel sudah saling tuding. Bagaimana nanti setelah hengkangnya *habis masa kontrak) PT. AR dari bumi kita tercinta Batangtoru. Bila terjadi kerusakan lingkungan, siapa yang harus disalahkan dan siapa yang harus bertanggungjawab? Tapi yang pasti bila nanti telah terjadi kerusakan lingkungan yang menerima dampaknya adalah masyarakat Batangtoru khususnya. Sebenarnya bukan hanya kualitas sungai Batangtoru saja yang harus diperhatikan seperti yang terjadi selama ini, namun juga sungai aek pahu yang searah dengan sungai sumuran juga harus menjadi agenda utama PT. AR ke depan. Harus dilakukan perbaikan kualitas air dan perbaikan lingkungan di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Harapan kami masyarakat Batangtoru yang mencintai lingkungan supaya dibuat peneliti independent yang profesional, transparan antara pemerintah, DPRD, PT, AR dan masyarakat agar tidak terjadi lagi saling tuding (menyalahkan) seperti yang terjadi saat ini. Kepada Manager PT. AR supaya menepati janji sesuai MoU yang telah disepakati dan juga Humas-Humas PT. AR diharapkan lebih profesional dan santun tanpa mengedepankan kekuatan dalam melakukan pendekatan terhadap masyarakat dan bisa menanamkan kebersamaan bahwa PT. AR adalah milik masyarakat Batangtoru. Jadi motto kami masyarakat Batangtoru: “Bukan kami menolak keberadaan PT.AR dibumi kelahiran kami Batangtoru yang kami cintai namun lingkungan termasuk air-flora dan faunanya harus tetap dilestarikan”. Domion F. Sianipar Ketua LP. Pemerhati Lingkungan Hidup

Flu Uunggas Berjangkit Lagi Sumbernya di R.R.C. Unggas disana menjadi sasaran serangan penyakit ini. Sudah beraksi menyerang makhluq yang memakan unggas. Penyakit pilek influenza / flu ini menyerang dua class binatang ; Class Aves= Unggas dan Cllass Mammalia = Hewan Menyusui , dalam hal ini ; Pig =Babi ï ìMengapa Unggas dan Babi thok yang diserang ??. Manusia menggemari daging kedua class hewan itu. Daging hewan semua lezat bagi pemakan daging dan yang super adalah unggas & pig. Virus~virus Flu Babi akan merebak lagi , skhaywan yang paling digemari bani Adam. +6283194231231

Dedi Sahputra

Foliopini

dedisahputra@yahoo.com

Cabang Yang Melintang Perilaku yang baik sejatinya adalah suatu genus dari ajaran-ajaran kebaikan yang dianut banyak orang. Pendekatannya adalah bersifat menyeluruh dan prinsipil tanpa harus memberi konsepsi parsial dan ad hoc desakan-desakan luar yang cenderung opposite. Secarasederhanakalimatdiatasmaksudnya: Segalakebaikanyangdiajarkankepadakita,harus berwujud fisik pada aplikasi-aplikasinya. Kita tidakbisacumamemahamisuatunilaikebajikan, tapi lupa melulu memraktekkannya. Penyebabnyaseringkalikarenaberbagaikepentinganhidup yang muncul belakangan, yang biasanya bertentangan dengan nilai-nilai itu. *** Siang itu udara mendung benar-benar jadi hujan. Deras sekali. Bahkan angin kencang dan gundurmenderu-derudilangit.Hujaninikiranya tak peduli walaupun Deddy Dores pernah bilang ‘mendung tak berarti hujan’. Cuaca seperti ini memaksa saya berkendara dengan perlahan dengan meningkatkan kehatihatian. Di depan saya ada sebuah sepedamotoryangmelajukencang. Tapi tiba-tiba si pengendara ini harus menghentikan kendaraannya itu. Sebuah cabang pohon sebesar kaki orang dewasa sepanjang sekira lima meter tiba-tiba patah dan jatuh persis di hadapannya. Tak ayal dia kehilangan keseimbangansehinggatergelincirjatuh ke aspal yang basah itu. Saya tak kalahkagetdanmengeremmendadak. Syukur bankendaraan saya tak sampai melindasnya. Di tengah hujan, saya melihat ia bangkit dan menegakkan lagi kendaraannya. Peristiwa itu berlangsung singkat saja hingga tak sempat menimbulkan antrian panjang. Dan peristiwa selanjutnya ini yang mengesankan saya: Setelah cukup kuat untuk berdiri dan berkendara. Orang tadi langsung tancap gas dengan meninggalkan cabang pohon itu begitu saja—seolah tak pernah terjadi apa-apa. Saya melihat masih ada celah untuk mobil saya melewati cabang yang melintang itu, tapi saya memilih turun dan menyeret cabang itu ke pinggir jalan. Ada beberapa alasan saya melakukannya. Pertama, cuma inilah yang bisa saya berikan untukcabangpohonyangsudahmatiitu.Pohonpohon itu adalah pihak yang memunculkan rasa hormat saya karena mandat yang diembannya. Dibumiinibolehadasajamanusiayangmerusak alam, tapi pohon-pohon ini tetap setia pada mandatnya—mengoksigenkan bumi. Dan karena itu pula kesimbangan terjaga. Kedua, adalah alasan yang saya kira sangat fundamental, bahwa kebutuhan setiap orang adalah ditolong orang lain saat kesulitan. Tapi

pada saat yang sama, orang miskin oleh rasa ingin menolong orang lain. Itu sebabnya tidak sedikit korban kecelakaan tewas, cuma karena mereka terlambat ditolong. Budaya ditolongmenolong itu mesti satu kesatuan, tapi ia terpotong oleh keengganan menolong. Satu kesatuan itu maksudnya: kalau mau ditolong, ya mulailah dengan menolong. Sederhana dan remeh saja sebenarnya. *** Mengapa harus peduli oleh hal remeh kalau banyak persoalan besar yang harus diselesaikan? Ini pattern berpikir banyak orang. Bahwa pekerjaan besar mesti diprioritaskan, dan yang kecil-kecil bisa menunggu. Tapi harus diingat pula bahwa masalah yang jelas-jelas remeh tak pernah berhenti menjadi persoalan complicated di negeri ini. Soal hubungan Adi Bing Slamet-Eyang Subur misalnya. Ini cuma masalah pertemanan mereka yang pasang surut, tapi coba rasakan goncangannya. Bahkan untuk masalah serius seperti pemberantasan korupsi pun orang lebihmenyukaibagianmenggunjingi yang ada wanita-wanita cantiknya. Di negeri ini pengumuman“jangan buang sampah sembarangan” sangat sering ditemui. Padahal sudah jelas membuang sampah dari barang yang sudah diambil manfaatnya itu adalah kewajiban. Mengapa soal remeh ini masih harus dianjurkan segala. Pake diumumkan lagi. Ada lagi pengumuman: “habis kencing disiram”, “jangan parkir di sini”, “jangan ribut ada orang sakit”, “patuhi rambu lalu lintas”. Ada pula pengumuman yang mengancam “ngebut, batu melayang”. Menyiram setelah kencing, parkir sesuai aturan, menahan volume suara di rumah sakit, dan berkendara sesuai aturan adalah persoalan sederhana, yang karena sederhananya jadi sering dilanggar. Ada banyak sekali hal remeh dan sederhana yang diperlakukan seperti itu. Akibatnya semakin banyak saja kewajiban menumpuk yang membuat banyak jalannya hidup semakin tersendat, bahkan tak berjalan. Karenanya, Anda akan melihat banyak pekerjaan dilakukan atas nama rakyat, atas nama keadilan tapi justru cuma menimbulkan masalah baru saja. Ini karena urutan hidup ingin ditolong— kepingin menolong itu tak pernah benarbenar bekerja. Maka cabang yang melintang itu sesungguhnya mengajarkan betapa banyak hal remeh yang menjadi alasan berbagai persoalan besar yang mendera bangsa ini. Jangan-jangan ini juga sebabnya mengapa kita tak jua sempat jadi bangsa besar.(Vol.415, 27/5/2013)

Kolom foliopini dapat juga diakses melalui http://epaper.waspadamedan.com

B7

Membubarkan PKS? Oleh Shohibul Anshor Siregar ... ijtihad memang memerlukan banyak hal, termasuk purifikasi yang dengannya tidak mungkin semua stakeholder bisa puas kalau tidak terancam.

S

eiring “prahara” Partai Keadilan Sejahtera (PKS), saya kerap terlibat debat dengan orang yang sangat berselera membubarkan PKS. Kata mereka PKS jelek, setidaknya jika menunjuk gencarnya sajian berita tentang orang-orang terpenting Parpol ini. Selain terasa sangat tidak adil, karena korupsi politik itu jagonya belum tentu PKS (itu pun jika semua tuduhan yg ditangani oleh KPK kelak terbukti), kelihatan penegakan hukum terhadap koruptor benar-benar mempertontonkan metode tebang pilih yang sarat muatan politik. Raja korupsi Indonesia sangat pasti bukan PKS, meski ia tak bersih. Soal kesenangan memelihara perempuan dan “jajan” di luar jalur resmi, apa iya orang PKS jagonya? Menerapkan poligami sesuai agama, di mana pula letak ketercelaannya? Itu argumen saya. Di Indonesia sudah banyak Parpol yang “hilang”. Gagal mempertahankan eksistensi. Kita tak hendak menghitung Parpol yang dipaksa fusi (bergabung) untuk penyederhanaan jumlah pada awal kepemimpinan Soeharto. Setelah Orde Baru, episode pertama euphoria politik ditandai kebebasan luar biasa. Salah satu ekspresinya ialah kemunculan banyak Parpol. Tetapi seleksi politik (pemilu) membuat tak banyak bertahan. Kepunahan itu kompleks dan tak mudah diurai. Tetapi, paling tidak, aspek sumberdaya dan orientasi yang tidak begitu berpijak pada realitas termasuk di antara faktor terpenting. Nilai harapan yang dipegang teguh (value of expectation) sangat tak bersesuaian dengan atau jauh lebih tinggi dibanding nilai kemampuan (value of capability). Masyumi dan PSI berbeda. Pada tahun 1950-an, seorang yang sangat berpengaruh pada PSI, Soemitro Djojohadikusumo, dengan kepiawaiannya sebagai ekonom berusaha menuarakan pembangunan daerah, industri kecil, dan koperasi. Pada saat yang bersamaan ketidak-puasan daerah berujung pada gerakan separatis (PRRI-PERMESTA). Soemitro mendukung itu. PSI pun dianggap turut serta melawan pemerintah dan dibubarkan. Tetapi Masyumi tidak pernah mau tunduk pada ultimatum Soekarno yang memaksa pembubaran Parpol ini dalam waktu 30 hari. Ia memilih membubarkan diri. Semua mengakui perilaku politik Masyumi, apalagi selama periode kritis itu, hampir-hampir tanpa cacat. Pemihakannya kepada martabat Negara-bangsa begitu jelas, konsisten, dan penuh perhitungan. Bersama kekuatan politik penentangan lainnya Masyumi menilai bahwa demokrasi terpimpin itu malapetaka. Orang yang duduk di DPR-GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong), misalnya, adalah mereka yang disukai Soekarno saja, dan seolah hanya bertugas mengamini. Karena itu orang-orang

Masyumi dan PSI yang menentang politik Soekarno disingkirkan. Pro dan kontra Pada sebuah akun sosial media milik kelompok akademis berlevel nasional beberapa hari lalu seseorang menayangkan sebuah status yang mengekspresikan penyesalan mendalam terhadap PKS. Dengan gaya berpantun dia bercerita: “Gara-gara tingkah polah Fathonah/ Tercemarlah nama ‘Parpol dakwah’/ Meski terucap beribu kilah/Rusak nama terberita tersiar sudah/ Gara-gara ada Parpol mengaku Parpol dakwah/ Agamaku kini ikut juga dihujat dinista/Garagara agama dihargai murah/Aku yang tak ikut berbuat turut menanggung akibatnya”. Tak cuma itu. Pada kesempatan berikutnya ia menulis lebih panjanglebar. Lima pokok pikirannya akan saya bicarakan di sini dengan maksud sekadar melukiskan bagaimana orang yang tak ikut-ikutan dalam rivalitas politik pun memiliki ketidak-pemihakan kepada PKS. Tentulah PKS dapat mengambil keuntungan dari wacana ini, karena dengan memahami living realitity ia bisa berbuat lebih baik. “Saya keberatan penggunaan label Islam dan dakwah buat Parpol”, itu pokok pikirannya pertama.Tetapi saya yakinPKSsudahmengkajinya secara mendalam dan punya alasan (dalil) naqli (rujukan kitab suci) dan aqli (logika)untukitu. Malahsayamemandang itu sebuah ijtihad. Kalimat kedua berbunyi“Jika PKSmengaku sebagaiParpol dakwah,bagaimana hubungannya dengan organisasi Islam lainnya?”. Tidak jelas ke mana arah kalimat ini. Tetapi kemajemukan pemahaman totalitas muslim terhadap agama yang satu, bukan cuma terjadi sekarang. Lagi pula sebetulnya tak ada alasan untuk mempermasalahkan sejauh pusat perhatian (visi, misi dan program) tetap dijalanakan konsisten oleh semua kelompok yang mengklaim diri Islam. Malah sebetulnya ada dimensi tertentu yang dapat mempertautkan sesama dalam program aksi selain ukhuwah formal. Malah belajarmakindewasaberfastabiqulkhairat (kompetisi) mesti semakin giat meski sesamaParpoldakwah(semuaParpolberasas Islam itu tentu Parpol dakwah sesuai karakterIslam).Untukinkonsistensiseperti ini, bukan cuma Parpol Islam yang bermasalah. Malah seluruh Parpol yang membiarkan diri dan orang-orangnya menjadi bidan korupsional harus ditagih kepancasilaannya. Jadi, hal begini adalah kemunafikan bersama.

Pada bagian lain ia juga mengatakan bahwa “kalau mau dirunut sejarah ideologinya, PKS itu merupakan perwujudan Ikhwanul Muslimin (IM) di Indonesia, dirintis (lagi) oleh Hilmi Aminuddin yang terang-terangan menjabat sebagai representasiIMuntukIndonesia;adasupport danadaripemerintahdankelompokpolitik dari Arab Saudi. Sampai saat ini bahkan pimpinan PKS masih bolak-balik ke sana untuk koordinasi dan konsolidasi gerakan (harakah) dengan simpul-simpul pimpinan organisasi transnasional ini”. Saya tidak tahu kebenaran sebagian data yang ia kemukakan.Tetapi saya tidak melihat globalisasi sebagai sanggahan keislaman atau kenegaraan dan kebangsaan. Globalisasi itu keniscayaan saja. Gerakan-gerakan sosial baru pasca 1960anbisasangatmengejutkanbagiyangtidak cermat memperhatikan perubahan. Isuisu lokal bisa segera mendunia ditopang kedahsyatan teknologi informasi. Bagaimana sekelompok kecil yang sakit hati dan lari dari Indonesia bisa menggertak SBY hingga membatalkan kunjungannnya ke Belanda saat pesawat kepresidenan akan take off, adalah sebuah contoh terbaik tentang internasionalisasi sebuah isu. Tanpa sadar mungkin perilaku hidup kita di Indonesiadiam-diamdiadopsijugadinegara lain. Memang dunia ini makin mengecil, dan jika ditilik dari cara pandang orangorang kosmopolitan seperti Abul A’la AlMaududi, Ibn Batutah, Marcopolo,Thomas Americo, dan lain-lain, mengapa globalisasi ditabukan? Masih dengankekhawatiran terhadap PKSyangdituduh sangat tak mengindahkantradisi keislaman lokal, orang yang samamelanjutkan catatan: “…tidak heran jika beberapa ajaran di antara kader Tarbiyyah terkesan ahistoris dengan realitas sosial budaya dan kesejarahan bangsa Indonesia. Misalnya mempermasalahkan ide negara bangsa, menghormat bendera negara adalah termasuk syirik, menganggap sebagianWalisongo ‘mendegradasi’ kemurnian ajaran Tauhid,.. Akar ideologis dan historis yang demikian itu menjadikan PKS menjadi kurang menghargai nilai dan realitas sosial bangsa Nusantara.” Nah, coba realistis. Indone-sia tidak cuma memiliki Parpol Islam. Parpol agama lain juga ada. Punyakah dia citacitamenundukkanIndonesiasesuaiajaran agama yang menjadi perjuangannya? Orang ini malah tidak menyadari percampuran gagasan yang membangun harta domestik budaya dan sejarah. Menurut saya ijtihad memang memerlukan banyak hal, termasuk purifikasi yang dengannya tidak mungkin semua stakeholder bisa puas kalau tidak terancam. Banyak catatan para ahli tentang noktah yang harus diperbaiki dari entitas keumatan. GH Jansen, seorang

diplomat Inggeris yang lama bermukim di Jakarta, saya kira mencatatnya dengan baik. Begitu juga Clifford Geertz dalam Islam Observed. Belum lagi jika ditilik agenda purifikasi Islam yang ada di tangan KHA Dahlan pendiri Muhammadiyah itu. Juga Al-Irsyad dan Persis. Saya kira sumbangan NU untuk Indonesia begitu besar, tak bisa dilihat sekadar menilik pondok pesantrennya yang mengajarkan bukan cuma bahasa tetapi simbol-simbol ekspresif yang sudah ditera sebagai Indonesia oleh siapa pun juga. Orang ini malah lupa bahwa dengan globalisasi fundasi bangsa ini dibangun oleh saripati keislaman yang kental (jangan cuma lihat term-term yang menandai pernak-pernik kenegaraan seperti musyawarah, mufakat, adil, mahkamah, dewan, dll). Tak mungkin karena orientasi nativisasi baru, yang di dalamnya tak sepi kehendak sekularisasi, semua ini harus disalahkan dan disuruh pulang ke asal masing-masing. Sangat naif. Ia bahkan lupa bahwa negara adalah sebuah pertarungan. Orang sekuler memperjuangkan Negara menjadi sekuler. Orang komunis berjuang sesuai tujuannya. Begitu juga kapitalis. Sekiranya ia bersedia lebih meluangkan waktu untuk mengenali permasalahan yang dikemukakannya, ia akan bertemu dengan Indonesia yang sudah tak identik lagi dengan keindonesiaan zaman purba atau bahkan zaman pra kemerdekaan. Itu semua karena globalisasi. Globalisasi memang sebuah pertempuran budaya, ekonomi dan politik.Termasuk ketika para dosen sudah menggunakan laptop dan infocuse ketika mengajar dan bahkan dengan bercelana blue jeans serta 10-25 persen bahasanya bukan Indonesia. Penutup Tanpa pretensi dan mengadili, saya berpendapat bahwa konon dua faksi (keadilan dan kesejahteraan) dapat menjadi kata kunci untuk jalan terbaik PKS. Back to basic saja mereka dan bertaubat. Bagi saya, riwayat PKS yang bermetamorfosis dari PK adalah contoh ijtihad serius yang terbaik dari zaman ini untuk menerapkan Islam dalam kehidupan (politik) dengan segenap cerita sukses dan kegagalannya. Saya sangat menghargai ijtihad itu, meskipun konon PKS sudah bermetamorfosis lagi menjadi Parpol terbuka. Jika kalangan Parpol lain melihat pertambahan peluang meraih suara dengan kerpurukan PKS, maka pikiran untuk membubarkannya pun tentulah sesuatu yang menguntungkan. Jadi perspektif ini tidak usah didiskusikan. Jika dengan segala kemampuan rival PKS melakukan manuver hingga mencapai keberhasilan membubarkan, tentulah itu bukan sesuatu yang harus disetujui. Tetapi bagaimana di tingkat masyarakat non Parpol? Cukupkah dengan mengatakan “PKS kini sudah Parpol terbuka” sambilberkorupsidanmempertontonkan hedonitas? Jika saat awal prahara ini PKS cepat bertindak mengganti Presiden, bagaimana jika Anis Matta bernasib serupa? Pikirkan itu sebaik mungkin. Penulis adalah Dosen FISIP UMSU, Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya (‘nBASIS).

Akurasi Penetapan Arah Kiblat Oleh Muhammad Arif Fadhillah Lubis, SHI, MSI

Istiwa A’zam di Makkah terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 28 Mei sekitar pukul 12.18 Waktu Makkah (bertepatan 16:18 WIB) dan 16 Juli sekitar pukul 12.27 Waktu Makkah (bertepatan 16:27 WIB).

P

ada awal perkembangan Islam, penentuan arah Kiblat tidak menimbulkan masalah karena Rasulullah SAW ada bersama-sama sahabat. Beliau sendiri yang menunjukkan arah ke Kiblat apabila berada di luar Kota Makkah.DalamkonteksIndonesia,pascafatwa MUI No.3Tahun 2010 tentang Kiblat masih mengalami kendala dalam praktiknya. Masihdidapatikeenggananmemperbaiki arah Kiblat masjid yang nyata salah menurutilmupengetahuan.Bahkanterdapat juga polemik pada beberapa masjid yang telahmemperbaikiarahKiblatnya,namun mendapat pertentangan dari pihak yang berseberangan pandangan. LebihdariituterkaitarahKiblat,seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, arah Kiblat pada saat ini dapat ditentukan jauh lebih mudah dan teliti. Hanya saja, untuk mendapat ketelitian atau akurasi yang tinggi dalam penetapan arah Kiblat perlu diperhatikan ketelitian pada perhitungan dan pengukuran arah Kiblat tersebut.Ketelitianpadaperhitunganarah Kiblat sangat harus diperhatikan. Khusus dalam konteks Indonesia, padaumumnyajaraktempatdiIndonesia ke Makkah berkisar 8000 km. Apabila mengacu pada hadis bahwa Kiblat orang Indonesia adalah menghadapTanah Haram(Makkah),denganasumsibatas-batas kota Makkah dengan lebar kota dari Utara ke Selatan sejauh 12 km, maka penentuan arah Kiblat harus dilakukan dengan ketelitian setidaknya 3’ (3 menit) busur. Demikian telaah dari Dr Ing. H.Khafid, Anggota Litbang Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama. Adapun akurasi pengukuran arah Kiblat,berikutadalahperbandinganbeberapa metode yang lazim dipakai saat sekarang untuk mengukur arah Kiblat. Pertama, kompas. Penggunaan kompas untuk penentuan arah Kiblat. Apabila dilakukan dengan baik dapat dicapai ketelitian 1 derajat. Karena agar arah Kiblat mengarah

sekurang-kurangnya ke Makkah, masjidmasjid di Indonesia harus ditentukan arah Kiblatnya dengan ketelitian 3 menit busur, maka kompas tidak cukup teliti untuk dipakai dalam pengukuran arah Kiblat. Kedua, Theodolit dan GPS (Global PositioningSystem).Theodolitbisadigunakan mengukur arah Kiblat. Sebelum digunakan untuk mengukur arah Kiblat, theodolit harus diorientasikan, dengan cara antara lain: mengacu pada benda langit, misalnya Matahari (Azimut Matahari), kompas teliti, dan GPS berketilitian tinggi (detik busur). Pengukuran arah Kiblat dengan theodolit yang mana menentukan azimut theodolite dengan kompas sangat tidak dibenarkan, demikian diungkapkan DrH.AhmadIzzuddin,MAg,KetuaUmum Asosiasi Dosen Ilmu Falak Indonesia, dan Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag RI. Meskipunkompasyangdipakaimempunyai ketelitian tinggi, namun tetap tidak sepadan dengan ketelitian theodolit yang jauh lebih tinggi. Karena itu, kalibrasi atau orientasi arah theodolit sangat tidak dianjurkan dengan kompas apabila ketelitian menit busur yang diinginkan. Adapun untuk mendapatkan ketelitian yang maksimal,makadapatdipakaiGPStipegeodetik. Pengukuran arah Kiblat dengan menggunakan theodolit dan GPS tipe geodetik dapat menghasilkan ketelitian sampai beberapa detik busur. Sementara itu, yang terakhir penggunaan theodolit bisa dilakukan dengan mengacu pada benda langit, misalnya Matahari yakni dengan menghitung Azimut Matahari. Untuk caranya bisa dilihat di literatur-literatur Ilmu Falak, seperti “IlmuFalakdalamTeoridanPraktek”,karya Muhyiddin Khazin. Adapun ketelitiannya lebih akurat dibandingkan menggunakan Kompas dan GPS. Ahmad Izzudin, ketika penulis hubungi via telefon, berkomentar bahwa berdasarkan pengalaman beliau di Semarang, hasil penggunaan theodolit

dengan menggunakan acuan matahari biasanya sinkron dengan rashdul Kiblat ataubayanganmataharisembarangwaktu untuk menentukan arah Kiblat. Lebihdariitu,selainpenggunaankompas dan GPS serta theodolit dalam pengukuran arah Kiblat, terdapat metode lain, yakni pengukuran arah Kiblat dengan posisi matahari. Metode ini berdasarkan perkembangan teknologi dan astronomi, posisi matahari dapat dihitung dengan ketelitian 0.01 detik busur (0.01”). Jika dibandingkan dengan metode yang lain, akurasi metode ini jauh lebih teliti. Perhitungan posisi matahari dengan ketelitian tinggi dapat dilakukan dengan teori VSOP87 (Variations Séculaires des Orbites Planétaires), yang awalnya dipublikasikan oleh P.Bretagnon of the Bureau des Longitudes of Paris dengan namaVSOP82, kemudian diperbaharui pada 1987 menjadiVSOP87. Karena itu, arah Kiblat dapat ditentukan berdasarkan posisi Matahari. Banyak cara mengukur arah Kiblat berdasarkan posisi Matahari,antaralain:saatmatahariberada di atas ka’bah (Makkah), saat matahari beradadijalurKiblat,bayang-bayangmatahari saat waktu tertentu, dan lain-lain. Pada saat-saat tertentu pergerakan musiman matahari akan menyebabkan pada suatu ketika posisi matahari berada tepatdiatasKa’bahdikotaMakkah.Selama setahun terjadi dua kali peristiwa “istiwa utama” matahari tepat di atas Ka’bah atau yang disebut dengan Istiwa A’zam atau ZawalatauRasdhulQiblah(rashdulKiblat). Fenomena istiwa utama terjadi akibat gerakan semu matahari yang disebut gerak tahunan matahari (musim) sebab selama bumi beredar mengelilingi matahari sumbu bumi miring 66,5? terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun terlihat di bumi matahari mengalami pergeseran 23,5? LU sampai 23,5? LS. Saat nilai azimuthmataharisamadengannilaiazimuth lintang geografis sebuah tempat, maka ditempattersebutterjadiistiwautamayaitu melintasnya matahari melewati zenith. Istiwa A’zam di Makkah terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 28 Mei sekitar pukul 12.18Waktu Makkah (bertepatan dengan jam 16:18WIB) dan 16 Juli sekitar pukul 12.27Waktu Makkah (bertepatan dengan jam 16:27 WIB). Teknik penentuan arah Kiblat menggunakanistiwautama(rashdulKiblat)yang ketelitiannya tinggi ini sangat disarankan

para ahli Ilmu Falak, apalagi caranya tidak sulit dan tidak banyak biaya. Pakar ilmu falak Muhammadiyah, Prof Susiknan AzharidalamIlmuFalakPerjumpaanKhazanah Islam dan Sains Modern, menegaskan bahwa fenomena tersebut membuka mata bahwa selain sebagai sumber energi, mataharijugamerupakanalatuntukmenciptakan bayang-bayang, dengan bayangbayang tersebut manusia bisa menentukan arah. Tegas beliau lagi, kesempatan posisi matahari di atas Ka’bah merupakan momentum penentuan arah Kiblat. Lebih jauh, adapun tekniknya adalah: Pertama, tentukan lokasi masjid/mushalla/langgar atau rumah yang akan diluruskan arah Kiblatnya. Kedua, sediakan tongkat lurus sepanjang 1 sampai 2 meter dan peralatan untuk memasangnya. Siapkan juga jam/arloji yang sudah dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio (RRI)/ televisi (TVRI)/internet. Berikutnya, cari lokasi di samping Selatan atau di halaman masjid yang masih mendapatkan penyinaran matahari pada jam-jam tersebut serta memiliki permukaan tanah yang datardanpasangtongkatsecarategaklurus dengan bantuan pelurus berupa tali dan bandul atau waterpass. Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya istiwa utama agar tidak terburu-buru. Tunggu sampai saat istiwa utamaterjadiamatilahbayanganmatahari yangterjadi(toleransi+/-2menit).DiIndonesia peristiwa istiwa utama terjadi pada sore hari sehingga arah bayangan menuju keTimur. Sedangkan bayangan yang menuju ke arah Barat agak serong ke Utara merupakan arah Kiblat yang tepat. Selanjutnya, gunakan tali, susunan tegel lantai, atau pantulan sinar matahari menggunakan cermin untuk meluruskan lokasi ini ke dalam masjid / rumah dengan menyejajarkannya terhadap arah bayangan. Tidak hanya tongkat yang dapat digunakan untuk melihat bayangan. Menara, sisi Selatan bangunan masjid, tiang listrik, tiang bendera atau bendabenda lain yang tegak lurus. Atau dengan teknik lain misalnya bandul yang kita gantung menggunakan tali sepanjang beberapametermakabayangannyadapat kita gunakan untuk menentukan arah Kiblat. Mudah-mudahan bermanfaat! Wa Allahu a’lam bi as-Sawab. Penulis adalah Dosen di Politeknik Negeri Medan.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.