Waspada, Senin 23 Agustus 2010

Page 26

Opini

C4

WASPADA Senin 23 Agustus 2010

Gerakan Membakar Al Quran Oleh M. Ridwan Lubis Kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi apabila masyarakat mengambil sikap emosional menanggapi hal itu

S

TAJUK RENCANA

Menggugat SBY Soal Grasi Dan Remisi Koruptor

E

nak betul menjadi koruptor di Indonesia. Sulit tertangkap meskipun kejahatan kemanusiaan itu tumbuh subur menggerogoti uang negara alias uang rakyat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menghambat program pengentasan kemiskinan. Sudah pun seperti itu, kalau lagi‘’apes’’ tertangkap KPK hukumannya rendah, bisa pula dapat berbagai macam remisi, bahkan grasi dari presidennya. Beda jauh bagaikan langit dengan bumi dengan negara-negara lain, seperti China, Korsel yang tegas menindak pelaku koruptor dengan hukuman berat sampai 20 tahun, hukuman seumur hidup, bahkan tembak mati atau melalui suntikan hingga mati. Media memberitakan, hukuman mati China menimbulkan efek jera. Kalau dulu China menempati peringkat atas dalam soal korupsi, kini sudah jauh menurun dan pertumbuhan ekonominya teratas di dunia. Sebab, pemerintahannya benar-benar kuat (‘’concern’’) dalam menjalankan hukuman tembak mati atau melalui suntikan mati terhadap koruptor. Hal seperti itu sungguh menakutkan para pejabat di negeri tirai bambu itu. Hingga Oktober 2007 sebanyak 4.800 orang pejabat China dijatuhi hukuman mati. Kalau di China dan negara-negara yang antikorupsi pelaku korupsi mendapat perlakuan kejam sesuai perbuatannya, tidak demikian halnya di Indonesia. Sejumlah koruptor mendapatkan pengurangan hukuman di Hari Ulang Tahun RI ke-65 pada 17 Agustus 2010, di antaranya Aulia Pohan, besan Presiden Susilo BambangYudhoyono (SBY) sehingga sudah dapat menghirup udara bebas dengan bersyarat. Bahkan, ada yang mendapat grasipula,sepertimantanBupatiKutaiKartanegaraSyaukaniHassanRaisyanghukumannya dipotong tiga tahun. Syaukani didakwa melakukan korupsi Intisari Rp120miliardanaAPBD.Mulanyadituntutjaksa hukuman seumur hidup (Agustus 2007) di Pemberantasan korup- PengadilanTipikor Jakarta, namun vonis hakim 2 tahun 6 bulan plus denda Rp50 juta. si bisa gagal total bila pe- hanya Jaksa banding ke Mahkamah Agung dan merintah‘’berhati mulia’’ hukumannya dinaikkan menjadi 6 tahun terhadap koruptor lewat penjara plus denda Rp49,3 miliar pada Juli 2008. Melalui Keppres No 7/G tahun 2010 hukuman grasi dan remisi Syaukani dikurang tiga tahun. Pemberian grasi itulah yang menyulut‘’kemarahan’’ masyarakat dengan menuding Presiden SBY tidak bersungguh-sungguh memberantas korupsi. Hemat kita, pemberian remisi apalagi grasi kepada para koruptor jelas tidak sejalan dengan aspirasi masyarakat. Sebab, rakyat membenci korupsi yang menghancurkan sendi-sendi perekonomian negara, terjadinya‘’gap’’ antara si kaya dengan si miskin semakin melebar, membuat negara dan rakyatnya hidup dalam kemiskinan absolut. Jadi, meskipun perundangan membolehkan pemberian remisi dan juga hak Presiden SBY memberikan grasi, namun hal itu bertentangan dengan hati nurani masyarakat (rakyat). Kelihatan di sini kalau para pemimpin bangsa sudah kehilangan ‘’sense of crisis’’, tak lagi memiliki rasa keadilan, pilih kasih dalam menjalankan supremasi hukum. Oleh karena itu wajar saja kalau rakyat mulai menggugat pemerintahan yang semakin hari semakin jauh dari harapannya dalam menegakkan supremasi hukum. Pemerintah sudah mengabaikan kepercayaan yang diberikan rakyat lewat Pemilu dan Pilpres. Jangan mentang-mentang Presiden SBY sudah terpilih dua kali sebagai Presiden dan takkan bisa menyambung jabatan ketiganya lagi pada Pilpres 2014 karena UU membatasi hanya dua periode (10 tahun), lantas seenaknya menjalankan pemerintahan. Benar kata orang bijak bahwa kekuasaan itu cenderung korup. Itu menunjukkan sifat asli dari umumnya manusia. Saat kampanye berapi-api ingin memberantas korupsi, setelah dapat jabatan dan kekuasaan melupakannya, bahkan menjadi bagian dari korupsi itu sendiri. Semakin lama berkuasa semakin semena-mena terhadap rakyat, seperti pemerintahan orde lama Soekarno dan orde baru Soeharto di masa lalu. Sebab, kalau dua periode saja sudah menimbulkan gejala tidak sehat semakin terlihat pemerintahan sekarang semakin ‘’syor’’ sendiri dengan klaim keberhasilan semunya, apalagi kalau lebih lama berkuasa dikhawatirkan akan melahirkan kezalimankezaliman baru sehingga nasib rakyat semakin terpinggirkan. Begitulah, kekuasaan sangat erat dengan korupsi dan biasanya dilanggengkan dengan merekayasa kepercayaan masyarakat dan perundangan yang berlaku. Betapa sakitnya hati rakyat melihat kebijakan pemerintahannya yang‘’berhati mulia’’ memberiangrasidanremisiterhadapparakoruptor.Sudahhukumannyarendah(minimal), mendapat fasilitas dalam penjara, bahkan dipotong remisi macam-macam, saat HUT RI, Idul Fitri dll. Pada akhirnya tak sampai dua tahun mereka sudah lepas dari penjara. Sepertinya pemerintah pura-pura lupa atau tidak mau tahu kalau rakyat mulai jenuh dengan model pemimpinnya yang cenderung ‘’narsis’’ suka ‘’mengeluh’’ kepada rakyat dan pemerintahan model pencitraan. Untuk itulah perlu diingatkan bahwa pemberian grasi dan remisi kepada para koruptor harus dihentikan, jangan terulang lagi. Jangan cederai dan nodai kepercayaan yang diberikan rakyat. Ketahuilah rakyat kecewa pada pemerintahan yang tidak mampu menegakkan dan menghormati rasa keadilan, peraturan hukum maupun kepatutan.+

Hubungi kami KANTOR PUSAT Jalan Letjen Suprapto/Brigjen Katamso No. 1 Medan 20151 Tel: (061) 4150858, Faks Redaksi: (061) 4510025, Faks Tata Usaha: (061) 4531010. E-mail Redaksi: redaksi@waspadamedan.com KANTOR PERWAKILAN Bumi Warta Jaya Jalan Kebon Sirih Timur Dalam No. 3 Jakarta 10340 Tel: (021) 31922216, Faks: (021) 3140817. Jalan Ratu Syafiatuddin No. 21 C Banda Aceh 23122 Tel & Faks: (0651) 22385 Jalan Iskandar Muda No. 65 Lhokseumawe Tel: (0645) 42109 Jalan Sutami No. 30 Kisaran. Tel: (0623) 41412

Penerbit: PT Penerbitan Harian Waspada Komisaris Utama: Tribuana Said Direktur Utama: dr. Hj. Rayati Syafrin, MBA, MM SIUPP: 065/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/198 tanggal 25 Februari 1988 Anggota SPS No. 13/1947/02/A/2002 Percetakan: PT Prakarsa Abadi Press Jalan Letjen Suprapto/Brigjen Katamso No. 1 Medan 20151 Tel: (061) 6612681 Isi di luar tanggung jawab percetakan Harga iklan per mm kolom: BW Rp. 11.000,FC Rp. 30.000,Halaman depan BW Rp. 33.000,Halaman depan FC Rp. 90.000,Ukuran kolom: 40,5 mm

ebuah tindakan biadab akan berlangsung di negara adidaya Amerika Serikat yang menyatakan diri sebagai kampiun demokrasi yaitu gerakan membakar Al Quran. Gerakan tersebut dipelopori oleh sekte Dove World Outreach Center di negara bagianFloridadibawahpimpinanDr.Terry dan Sylvia Jones dengan alasan menuduh Islam dan hukum syariat bertanggungjawab terhadap aksi terorisme terhadap World Trade Center Amerika pada tanggal 11 September 2001. Oleh karena itu, maka gerakan itupun sesuai ide pencetusnya akan berlangsung tanggal 11 September yang akan datang. Persoalannya menjadi semakin serius karena bertepatan pada tanggal tersebut umat Islam masih dalam suasana perayaan idul fitri sebagai hari kemenangan melawan hawa mnafsu (minal aidin wa al faizin). Perkembangan politik yang terjadi di Amerika di bawah kepemimpinan Barack H Obama tersebut, membuat kita tidak yakinbahwasikapsegelintirorangtersebut menjadi opini semua orang Amerika karena ternyata malah pemerintahnya juga mendukung pembangunan mesjid di ground zero di dekat bekas reruntuhan gedungWTC itu. Adalah suatu kenyataan sejarahbahwaideitumerupakansisaIslam phobia yaitu ketakutan terhadap Islam. Tindakan tersebut disebut biadab karena kelompok ekstrim Kristen tersebut tidak bisa membedakan antara konsep ajaran dengan tindakan manusia. Ajaran Islam sama sekali jauh dari kekerasan dan kebencian terhadap manusia akan tetapi cita-cita Islam adalah menebarkan rahmat bagi sekalian alam.Tidak ada pernyataan dalam Al Quran maupun Hadis yang mengajarkan seorang muslim untuk memusuhi orang lain. Betul memang ajaran Islam menge-

mukakan kritik terhadap ajaran yang sebelumnyaakantetapikritikdisampaikan dengan cara yang amat santun dan sama sekali tidak bersikap memaksa. Karena tugas seorang nabi dan Rasul yang kemudian diteruskan oleh para ulama dan muballig tidak lebih dari sekedar menyampaikan ajaran (tabligh) sementara keputusan menerima atau menolak adalah tergantung sepenuhnya kepada setiap pribadi. Betul memang ada segelintir orang yang mengatasnamakan ajaran Islam memanipulasi makna Al Quran maupun Hadis khususnya ajaran jihad yang disesuaikan dengan selera dan kepentingan agenda politiknya yangmembangunsikap permusuhan bukan saja terhadap orang yang bukan Islam tetapi juga permusuhan terhadap orangIslamsendirikarena dianggap kurang radikal,militan,puritandanlain sebagainya. Akan tetapi sekali lagi, perbuatan tersebuttidaklebihdari sikap memanipulasi ajaran Islam untuk menggugah emosi massa. Dalam Al Quran memang ada ditegaskanperintahuntukmemerangiorang yanglebihdahulumemerangikamu.Akan tetapi, perintah untuk memerangi orang lain tidak lebih dari sikap membela agama dan diri dari ancaman orang lain. Sikap membela diri adalah merupakan tujuan syariat(maqashidalsyari’at)untukmemelihara agama (hifz al din) dan diri sendiri (hifz al nafs).Dan itupun sifatnya sematamata hanya defensif bukan ofensif. Oleh karena itu, apabila penggagas

kelompok DoveWorld Outreach Center sedikit mau agak meluangkan waktu belajar memahami pesan Al Quran akan memperoleh citra baru terhadap Islam.Wahyu tidakdapatdipersamakandenganpersepsi manusia terhadap pesan wahyu. Sebagai analogi,adalahduniabaratyangnotabene menganut Kristen melakukan penjajahan selama ratusan tahun termasuk di Indonesia. Tindakan kolonialisme barat tidak dapatdipersamakandengansubstansiajaran kristiani yang diyakini oleh penganutnya berlandaskan cinta kasih. Oleh karena itu, harus diakui bahwa dalam kehidupan umat tidak bisa dielakkan selalu ada jarak antara yang semestinya dikerjakan (das sollen) dengan realitas di lapangan (das sein). Lalu apa yang harus dilakukan oleh umat Islam.Pertama, umatIslam khususnya di Indonesiatidakselayaknya memberikan reaksi terhadap gerakan tersebut dengan melakukan pembalasan dengan sikap emosional terhadap umat Kristiani karena justru sikap tersebut bertentangan dengan nilai ajaran Islam. Kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi apabila masyarakat mengambilsikapemosionalmenanggapi hal itu. Umat Islam harus dengan sabar membangun pemikiran di atas landasan logika yang rasional berdasar argumen dari substansi ajaran Islam dan fakta sejarah kehidupan umat Islam pada masa lalu. Ketika Islam jaya pada sekitar abad 7 sampai 13 masehi, umat Islam sesungguhnya berkemampuan untuk mengislamkan semua orang akan tetapi hal itu tidak dilakukan bahkan sebaliknya dalam melakukan dakwah sambil memberikan kebebasan kepada umat lain untuk tetap pada agamanya dan bahkan memberikan perlindungan kepada mereka untuk

mengamalkan agamanya (kafir dzimmi). Demikian juga ketika Khilafah Turki Usmani menguasasi sebagian eropa timur membiarkan penduduknya untuk tetap menganut agama lama dan sekaligus memberikan perlindungan kepada mereka secara bebas melaksanakan ajaran agamanya. Kelompok umat yang diberi perlindungan itu disebut millet. Karena pemaksaan orang lain untuk melakukan konversi agamaadalahtindakanyangbertentangan dengan hak asasi manusia. Kedua,memperluas dialog-dialog dengan umat lainnya untuk terus membangun persepahaman terhadap keluhuran makna agama yang dianut oleh masingmasing umat manusia. Kurangnya dialog antar umat beragama tentulah akan menurunkan kualitas kerukunan hidup bermasyarakat karena kerukunan hanya dapat terwujud manakala rasa saling percaya telah menjadi kepentingan bersama. Dialog tersebut dapat berbentuk dialog antar ajaran dengan tema yang sama maupun juga dialog aksi yaitu perwujudan kepedulian semua umat beragama terhadap persoalan besar bangsa yaitu kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Ketiga,pemerintah selayaknya memberikan kepedulian terhadap upaya pembinaankerukunankarenatanpaintervensi pemerintah maka cita-cita kerukunan itu akan berjalan dengan sangat lamban karena pemuka agama hanya memiliki kemampuan menggugah minat warganya sementara hal yang bersifat fasilitasi, regulasi dan supervisi kehidupan beragamaadalahmenjadiwilayahotoritaspemerintahan. Agaknya, pemerintah selama ini belum menjadikan kerukunan sebagai prioritas program padahal kerukunan beragama adalah bagian terpenting dari kerukunan nasional. Kita merasa bergembira, bahwa umat beragama di Indonesia dengan cepat tanggap terhadap gerakan membakar Al Quran itu dengan segera mengeluarkan pernyataan dan sikap bersama yang bertujuan untuk menciptakan ketenangan kepada seluruh bangsa Indonesia. Penulis adalah Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aksi Pemurtadan Di Aceh Oleh Syech Muhajir Usman, S.Ag, LLM Janganlah mudah-mudah membid’ahkan, mensyirikkan dan mengkafirkan orang lain karena konsekuensinya sangat fatal yaitu senjata makan tuan!

N

a’udzubillaahi min dzaalik atau wal‘iyaadzubillaah(semogaAllah melindungi kita), demikianlah para ulama menyuruh kita mengucapkannya ketika mendengar kalimat murtad diperdengarkan. Karena, ini adalah sekejikeji dosa besar yang di dunia jika seseorang tidak mau bertobat, dalam hukum pidana Islam sanksinya adalah eksekusi mati. Sedangkandiakhiratakandimasukkan dalam api neraka dan kekal selama-lamanya. Dalam al-Quran, Surah al-Baqarah ayat217Allahberfirman:“…danbarangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya (Islam) kemudian dia mati dalam keadaan kafir (belum bertobat) maka merekalah orang-orang yang batal amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka adalah penghuni neraka dan kekal selama-lamanya.” Selanjutnya, Imam Bukhari meriwayatkansatuhaditsNabiSAWyangberbunyi: “Barangsiapa yang menggantikan agamanya maka bunuhlah.” WalaupunbukanisuyangbarudiAceh, membacaHarianWaspadaedisi23/7/2010, dengan judul“LSM Asing lakukan Pemurtadan”. Ini tentang aksi pemurtadan di Aceh Barat oleh tiga orang warga negara Amerika Serikat terhadap tiga orang penduduk di sana dengan segala bukti keotentikannya kembali menyayat-nyayat nilai-nilai religiusitas dan kultural masyarakat Aceh yang begitu disakralkan selama ini. Memang, sebelumnya santer terdengar di beberapa wilayah di Aceh terutama yang mengalami dampak langsung kehancuran pascaTsunami 2004. Beberapa LSM asing dengan kedok membawa ‘bantuan kemanusian’ telah begitu lancang dengan berani ‘bermain rosario’ di bumi Tgk Chik Di Tiro ini dengan melakukan aktifitas misionaris murahan. Untunglah Pemerintah Aceh dengan dukunganpenuhparaulamabegitusensitif dan responsif dengan isu ini sehingga selalu dapatmenangkaldanmencabutnyawalaupun harus diakui belum sampai ke akarakarnya. Buktinya fenomena ini selalu timbul tenggelam dalam satu dasawarsa ini sungguhpun intensitasnya relatif kecil namun tetap sangat berbahaya dan harus selalu diwaspadai eksistensinya. Namun demikian, ada satu hal yang tidak kalah pentingnya dari itu semua yaitu mengkaji dari sudut fiqh Islam tentang apa saja faktor yang menyebabkan seseorang jatuh ke lembah murtad (asbabur riddah). Hal ini supaya jangan seperti kata pepatah “menepukairdidulang,tapiterpercikmuka sendiri’, atau dengan kata lain mungkin potensi ‘pemurtadan’ itu justru ada pada diri masing-masing yang harus diwaspadai

sebelum mencari-cari kesalahan eksternal lainnya. Imam An-Nawawi dalam Minhajuth Thalibin, Syarah al-Mahally, juz. 4 hal. 174-178, menjelaskan bahwa seorang Muslim dengan hanya berniat dalam hatinya untuk keluar dari Islam maka dia telah murtad. Di sini jelas sekali menunjukkan kesucian dan kesakralan iman sehingga tidak boleh lengah walau sedikitpun juga. Seseorang yang menafikan Allah Maha Pencipta atau salah seorang dari Rasul-Nya atau menghalalkan yang diharamkan berdasarkan ijma’ ulama seperti judi, zina dan lain-lain atau sebaliknya mengharamkan yang dihalalkan maka dipastikan dia telah murtad. Sebab lain adalah mengucapkan atau melakukan sesuatu yang membawa kepadakekafiranwalaupunhanyauntukolokolok atau seloroh apalagi berdasarkan sebuah keyakinan. Hal ini seperti mencampakkan al-Quran dalam kotoran, sujud kepada patung atau matahari dan lain-lain. Contoh yang lain adalah sebagaimana dikemukan oleh Syekh Muhammad Ramli, sang Mujtahid fatwa dalam mazhab Syafii: jika seorang berkata pada temannya:“potonglah kukumu karena itu sunnah Nabi!”, makadiamenjawab:“akutidakakanmelakukannya walaupun itu sunnah Nabi.” Nah, di sini yang menjadi masalah adalah dia meremehkan sunnah Nabi SAW, bukan pada potong kukunya. Oleh karena itu, jika seseorang tidak memotong kuku namun dia tetap percaya bahwa itu sunnah Nabi SAW maka tidak ada ulama yang mengkafirkannya, karena hukum memotong kuku adalah sunat. Situasi yang sama dapat dianalogikan kepada masalah-masalah keagamaan lainnya. PengarangkitabFathulMu’in,Hasyiyah I’anatuthThalibin (Juz.4 hal.132-138) menambahkan bahwa termasuk dalam katagori keluar dari agama Islam adalah rela dengan kekafiran itu sendiri. Beliau mencontohkan seorang non muslim yang mau masuk Islam dan meminta untuk disyahadatkan kepada seorang Muslim, namun si Muslim mengatakan:‘sabarlah sebentar jangan terburu-buru!’, maka ketika itu juga dia telah murtad karena dia rela seseorang dalam kekafiran walaupun sedetik sekalipun. Seharusnya dia langsung mengIslamkannya dengan mengajarkan syahadat dan tidak perlu menunda lagi karena dia sendiri yang meminta untuk masuk Islam bukan karena dipaksa. Sedangkan urusan yang lain seperti saksi, surat menyurat dan lainlain itu adalah formalitas belaka dan bisa disempurnakan nantinya. Dulu sewaktu masih mahasiswa, pe-

nulis pernah ber-KKN (Kuliah Kerja Nyata), sekarang KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat), di salah satu Kantor Urusan Agama (KUA)diAceh.Suatuharidatanglahseorang non muslim dari etnis China menemui kepala KUA tersebut dengan maksud ingin masuk Islam. Setelah KTP-nya diperiksa ternyata dia berasal dari daerah lain, sehingga pak kepala kantor tidak mau mensyahadatkannya.Sayamemproteskeputusan tersebut dan pak kepala akhirnya menerimaargumentasisaya.Namunapahendak dikata laik-laki tersebut telah pergi meninggalkan kantor KUA dan ‘gagal’ menjadi orang Islam hanya karena urusan administrasi!. Mungkin belum sampai ke telingasangkepalakantor; Ridha‘alakufrin, kufrun (rela kepada kekafiran adalah kafir). Semoga Allah mengampuni kita semua. Demikian juga seperti mengkafirkan seorang Muslim tanpa alasan yang qath’i (pasti).DalamsatuhaditsShahih,NabiSAW bersabda: “Barangsiapa memanggil saudaranya,‘hai kafir!’ maka sungguh salah satu keduanya telah kafir.” Maksudnya kalau memang yang dipanggil itu bukan kafir maka kepada yang memanggillah kembali hukum kafir itu. Kenyataan ini sering kita lihat dimana satu kelompok mengkafirkan atau mensyirikkan kelompok yang lain hanya karena dia tidak sepaham dengan mereka. Ekstrimisme agama ini suka tidak suka telah mencoreng lembar-lembar sejarah Islam,sepertipembawaajaranWahabiyang dalam kitabnya kasyfusy syubhat tidak kurang dari dua ratus kali memanggil‘musyrikun’ (orang-orang musyrik) kepada ulama dan kaum Muslimin yang tidak sepaham dengannya, menghalalkan darah mereka dan mengobarkan tiga ratus kali peperangan dengan sesama kaum Muslimin, sementara dengan Yahudi dan Nasrani tidak sekalipun mereka melakukannya. Namun biarlah itu semua terkubur bersama masa yang berlalu dan menjadi pelajaran untuk kita yang hidup di zaman ini untuk lebih arif dan menerima perbedaan selama memang perbedaan itu dapat diterima tentunya. Janganlah mudahmudah membid’ahkan, mensyirikkan dan mengkafirkanoranglainkarenakonsekuensinya sangat fatal yaitu senjata makan tuan! Seterusnya adalah tidak mempercayai dan meragukan hukum-hukum Allah yang disebutkan dengan qath’iyyud dilalah (pemahaman yang pasti) dalam al-Quran dan Haditsyangtelahmenjadikonsensusulama seluruhnya.Fenomenainibegitumengkhawatirkanditengah-tengahkomunitasIslam itu sendiri. Ada kelompok tertentu dalam Islam yang mereka beragama Islam yang sampai hati berkata: “buat apa hukum Islam, kan sama saja dengan yang lain!” atau “hukum Islam melanggar hak asasi manusia”, dan lain-lain yang menunjukkan penghinaan kepada hukum Allah.Tak ayal ungkapan seperti ini dapat membatalkan syahadatnyadanmencampakkanimannya

ke dalam jurang kesesatan. Penulis ingin menutup tulisan ini dengan sebuah cerita dari seorang teman yang kebetulan terjadi di Aceh Barat juga. Beberapa waktu yang lalu, ketika aparat Wilayatul Hisbah merazia jilbab di sana, tertangkaplah salah seorang gadis muda yang tidak memakai jilbab padahal dia Muslimah. Ketika petugas menginterogasinya dengan pertanyaan kenapa kamu tidak memakai jilbab? Maka dengan santai dia menjawab: “saya bukan orang Islam!.” Tentunya dia bermaksud dengan jawaban itu untuk melepaskan diri dari jeratan petugas WH, namun tanpa dia sadari jawaban itu juga telah melepaskannya dari ikatan Islam. Mungkin, banyak orang-orang yang harus disyahadatkan kembali di Aceh ? Rasulullah SAW bersabda: “Jaddiduu iimanakum!” (perbaharuilah selalu imanmu!), oleh karena itu tidaklah salah kita semuaselalumengulang-ulangmengucapkan: “Asyhadu an Laa ilaaha illallaah,wa asyhadu anna muhammadar Rasulullah.” Penulis adalah Ketua Himpunan Ulama Dayah (HUDA) Kota Langsa

Pengumuman Redaksi menerima kiriman karya tulis berupa artikel/opini, surat pembaca. Kirim ke alamat redaksi dengan tujuan ‘Redaktur Opini Waspada’ dengan disertai CD atau melalui email: opiniwaspada@yahoo. com. Panjang artikel 5.000-10.000 karakter dengan dilengkapi biodata penulis dan kartu pengenal (KTP). Naskah yang dikirim menjadi milik Waspada dan isi tulisan menjadi tanggungjawab penulis.

SUDUT BATUAH * SBY: Seluruh jajaran pemerintah siap dikritik - Nanti dikritik tak dapat pulak parcel, he...he...he * Mentan: Tolong maklumi harga daging tinggi - Omak si Butet mana peduli dia pak oi! * 758 perusahaan di Sumut pastikan bayar THR - Asal jangan janji tinggal janji

oel

D Wak

WASPADA

Dewan Redaksi: H. Prabudi Said, H. Teruna Jasa Said, H. Azwir Thahir, H. Sofyan Harahap, H. Akmal Ali Zaini, H. Muhammad Joni, Edward Thahir, M. Zeini Zen, Hendra DS. Redaktur Berita: H. Akmal Ali Zaini. Redaktur Kota: Edward Thahir. Redaktur Sumatera Utara: M. Zeini Zen. Redaktur Aceh: Rizaldi Anwar. Redaktur Luar Negeri: H. Muhammad Joni. Redaktur Nusantara & Features: Gito Agus Pramono. Plt. Redaktur Opini: Dedi Sahputra. Redaktur Ekonomi: Armin Rahmansyah Nasution. Redaktur Olahraga: Johnny Ramadhan Silalahi. Redaktur Minggu/Humas: Hendra DS, Redaktur Agama: H. Syarifuddin Elhayat. Asisten Redaktur: Rudi Faliskan (Berita) Zulkifli Harahap, Muhammad Thariq (Kota Medan), Feirizal Purba, H. Halim Hasan, Diurna Wantana (Sumatera Utara), T. Donny Paridi (Aceh), Armansyah Thahir (Aceh, Otomotif), Austin Antariksa (Olahraga, Kreasi), Syafriwani Harahap (Luar Negeri, Popular, Pariwisata), Hj. Hoyriah Siregar (Ekonomi), T. Junaidi (Hiburan), Hj. Erma Sujianti Tarigan (Agama), Hj. Neneng Khairiah Zein (Remaja), Anum Purba (Keluarga)), Hj. Ayu Kesumaningtyas (Kesehatan). Sekretaris Redaksi: Hj. Hartati Zein. Iklan: Hj. Hilda Mulina, Rumondang Siagian (Medan), Lulu (Jakarta). Pemasaran: H. Subagio PN (Medan), Zultamsir (Sumut), Aji Wahyudi (NAD). Wartawan Kota Medan (Umum): H. Erwan Effendi, Muhammad Thariq, Zulkifli Harahap, David Swayana, Amir Syarifuddin, Ismanto Ismail, Rudi Arman, Feirizal Purba, Zulkifli Darwis, H. Abdullah Dadeh, H. Suyono, Ayu Kesumaningtyas, M. Ferdinan Sembiring, M. Edison Ginting, Surya Effendi, Anum Purba, Sahrizal, Sulaiman Hamzah, Sugiarto, Hasanul Hidayat, Aidi Yursal, Rustam Effendi. Wartawan Kota Medan (bidang khusus): H. Syahputra MS, Setia Budi Siregar, Austin Antariksa, Dedi Riono (Olahraga), Muhammad Faisal, Hang Tuah Jasa Said (Foto), Armansyah Thahir (Otomotif), Dedek Juliadi, Hajrul Azhari, Syahrial Siregar, Khairil Umri (Koran Masuk Sekolah/KMS). Wartawan Jakarta: Hermanto, H. Ramadhan Usman, Hasriwal AS, Nurhilal, Edi Supardi Emon, Agus Sumariyadi, Dian W, Aji K. Wartawan Sumatera Utara: H. Riswan Rika, Nazelian Tanjung (Binjai), H.M. Husni Siregar, Hotma Darwis Pasaribu (Deli Serdang), Eddi Gultom (Serdang Bedagai), H. Ibnu Kasir, Abdul Hakim (Stabat), Chairil Rusli, Asri Rais (Pangkalan Brandan), Dickson Pelawi (Berastagi), Muhammad Idris, Abdul Khalik (Tebing Tinggi), Mulia Siregar, Edoard Sinaga (Pematang Siantar), Ali Bey, Hasuna Damanik, Balas Sirait (Simalungun), Helmy Hasibuan, Agus Diansyah Hasibuan, Sahril, Iwan Hasibuan (Batubara), Nurkarim Nehe, Bustami Chie Pit, Sapriadi (Asahan), Rahmad Fansur Siregar (Tanjung Balai), Indra Muheri Simatupang (Aek Kanopan), H. Nazran Nazier, Armansyah Abdi, Neirul Nizam, Budi Surya Hasibuan (Rantau Prapat), Hasanuddin (Kota Pinang) Edison Samosir (Pangururan), Jimmy Sitinjak (Balige), Natar Manalu (Sidikalang), Arlius Tumanggor (Pakpak Bharat)Parlindungan Hutasoit, Marolop Panggabean (Tarutung), Zulfan Nasution, Alam Satriwal Tanjung (Sibolga/Tapanuli Tengah), H. Syarifuddin Nasution, Balyan Kadir Nasution, Mohot Lubis, Sukri Falah Harahap (Padang Sidimpuan), Sori Parlah Harahap (Gunung Tua), Idaham Butarbutar, Syarif Ali Usman (Sibuhuan), Iskandar Hasibuan, Munir Lubis (Panyabungan), Bothaniman Jaya Telaumbanua (Gunung Sitoli). Wartawan Aceh: H. Adnan NS, Aldin Nainggolan, Muhammad Zairin, Munawardi Ismail, Zafrullah, T. Mansursyah, T. Ardiansyah, Jaka Rasyid (Banda Aceh), Iskandarsyah (Aceh Besar), Bustami Saleh, M. Jakfar Ahmad, Jamali Sulaiman, Arafat Nur, M. Nasir Age, Fakhrurazi Araly, Zainal Abidin, Zainuddin Abdullah, Maimun (Lhokseumawe), Muhammad Hanafiah (Kuala Simpang), H. Syahrul Karim, H. Ibnu Sa’dan, Agusni AH, H. Samsuar (Langsa), Musyawir (Lhoksukon), Muhammad H. Ishak (Idi), HAR Djuli, Amiruddin (Bireuen), Bahtiar Gayo, Irwandi (Takengon), Muhammad Riza, H. Rusli Ismail (Sigli), T. Zakaria Al-Bahri (Sabang), Khairul Boang Manalu (Subulussalam), Zamzamy Surya (Tapak Tuan), Ali Amran, Mahadi Pinem (Kutacane), Bustanuddin , Wintoni (Blangkejeren), Khairul Akhyar, Irham Hakim (Bener Meriah), Tarmizi Ripan, Mansurdin (Singkil), Muhammad Rapyan (Sinabang).

Semua wartawan Waspada dilengkapi dengan kartu pers. Jangan layani dan segera laporkan ke pihak berwajib atau ke Sekretaris Redaksi bila ada oknum yang mengaku wartawan Waspada tetapi tidak bisa menunjukkan kartu pers yang sah, ditandatangani Pemimpin Redaksi


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.