Waspada, Sabtu 25 Mei 2013

Page 20

Opini

B6 TAJUK RENCANA

Jiwa ‘’Korsa’’ Bertindak Qanun NAD Dalam Bahaya

S

eorang anggota Polres Sabang, Kamis (23/5), menggagalkan pelaksanaan hukum cambuk di Masjid Agung kota itu. Tiba-tiba saja dia membawa salah seorang terhukum yang akan menjalani enam kali hukuman cambuk sehingga gagal dieksekusi di depan umum. Penjelasan Kapolres Sabang AKBP Chomariasih,SH membenarkan salah satu terhukum yang terlibat kasus judi (maisir) adalah anggotanya Brigadir Irwanuddin. Mengapa terhukum dibawa lari oleh temannya? Terjadi beda pendapat. Hemat kita, Qanun No.13/2003 tidak membedakan masyarakat sipil dengan polisi, harus menjalani hukuman cambuk. Tapi, ada semacam ketidakikhlasan dari pihak polisi yang menganggap hukuman cambuk itu memalukan dan tidak sesuai diterapkan kepada anggota polisi dan militer, sehingga sebelum eksekusi dijalankan seorang teman terhukum Brigadir Irwanuddin melakukan upaya penyelamatan sehingga pelaksanaan hukuman cambuk menjadi gagal. Mungkin saja benar alasan pihak polisi di sana keberatan dilaksanakan hukuman cambuk di depan umum terhadap anggotanya yang terbukti main judi karena malu atau faktor lainnya, atau merasa derajat anggota polisi setingkat lebih tinggi dari warga sipil lainnya. Kalau alasannya tidak ada komunikasi karena sebelum dieksekusi harus dilakukan koordinasi lebih dahulu dengan pihak kepolisian sebagai institusinya hal itu perlu dibuktikan. Kalau memang ada dasarnya tindakan menggagalkan hukuman cambuk merupakan bagian dari jiwa korsa yang positif. Sebab, masih ada aturan dan prosedur yang harus dilakukan, tidak boleh langsung dieksekusi tanpa sepengetahuan atasan sebagaimana dikemukakan Kapolres. Sebaliknya, kalau penggagalan eksekusi cambuk itu hanya untuk membantu teman dan atas nama menjaga korps polisi tidak tercemar, maka tindakan menggagalkan hukuman cambuk itu jelas menyimpang dari Intisari ketentuan perundangan, khususnya qanun No 13 tahun 2003 yang tidak membedakan Qanun NAD dalam ba- terdakwa dari sipil maupun dari polisi, yang polisi juga bagian dari sipil karena haya besar akibat pene- sebenarnya sudah dipisah dari ABRI/TNI. Memang ada semacam keegoan dari pihak rapan jiwa‘’korsa’’salah yang menyelamatkan terhukum Brigadir kaprah oleh oknum polisi Irwanuddin, seakan membela korps kepolisian, tapi pembelaan tanpa dasar hukum yang kuat, apalagi tindakan menggagalkan hukuman cambuk itu dilakukan di depan umum jelas menunjukkan jiwa korsa yang salah kaprah dari oknum Polres Sabang. Awalnya, tiga pelaku maisir (judi) divonis Majelis Hakim di Mahkamah Syar’iyah, Kota Sabang, bersiap hendak menghadapi eksekutor hukuman cambuk masing-masing enam kali. Sidang ketiga kasus judi dilakukan terpisah untuk Muliadi, 36 dipimpin Majelis Hakim diketuai Zaini Usman, SH didampingi dua hakim anggota yaitu Drs Abdul Basyir Ihksanuddin dan Drs Zukri, SH. Kasus judi yang didakwakan terhadap Brigadir Irwanuddin alias One, 28 dalam persidangan dipimpin Hakim Drs Ramli dan dua hakim anggotanya Abdul Basyir Ikhsanuddin dan Drs Zukri, SH. Sedangkan kasus judi yang menimpa Sulastri alias Suli, 39 dalam sidang yang dipimpin Hakim Drs Indra Suhadi, SAg dan hakim anggota Drs Ramli dan Drs Zukri. Masing-masing Majelis Hakim berkesimpulan, ketiga terdakwa terbukti melanggar pasal 6 ayat 1 jo. Pasal 23 ayat 2 qanun Provinsi NAD Nomor 13 Tahun 2003, dan diancam hukuman aqubat cambuk. Majelis hakim ketiga perkara sama-sama menjatuhkan hukuman cambuk sebanyak 6 kali terhadap para pelaku judi tersebut. Karena majelis hakim menjatuhkan vonis cambuk enam kali, jaksa penuntut umum dan terdakwa menerima isi putusan dan tidak melakukan banding. Jaksa penuntut pmum selaku eksekutor merencanakan selepas shalat zuhur dilakukan eksekusi cambuk di depan Masjid Agung Babussalam. Tapi eksekusi itu gagal dilakukan setelah seorang di antaranya diambil paksa anggota polisi yang belakangan diketahui merupakan atasan terhukum. Suasana pun menjadi heboh karena baru pertama kali ini pelaksanaan hukuman cambuk terhadap oknum polisi gagal karena munculnya teman terhukum melakukan penyelamatan. Mungkin jiwa korsanya terpanggil membela korps. Dalam kasus Cebongan muncul jiwa korsa dari kesatuan TNI. Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal (TNI) Pramono Edhie menilai tidak ada yang salah dengan jiwa korsa yang dipegang oleh para prajurit TNI. Jiwa korsa harus dimiliki untuk menghadapi perang. Kalau dia tidak punya jiwa korsa, suatu saat kawannya terluka di dalam pertempuran, mau ditinggal atau dibawa? Ditinggal nanti dibunuh padahal dia masih terluka tapi tidak bisa berjalan. Kalau tidak punya jiwa korsa, dia tinggal temannya di situ, demikian kata Pramono. Hemat kita dalam kasus Cebongan jiwa korsa yang ditunjukkan 12 terdakwa sedikit dapat diterima karena sasarannya preman kelas kakap, ketimbang kasus Sabang. Kasus Brigadir Irwanuddin kita nilai memalukan. Hukuman harus dijalankan tanpa pilih kasih. Jangan sampai qanun NAD dalam bahaya besar gara-gara penerapan jiwa ‘’korsa’’ yang salah kaprah dan akhirnya bisa melebar ke mana-mana. Oleh karena itu perlu kita garis bawahi jiwa korsa wajib dievaluasi kembali dalam proses pendidikan para anggota TNI dan Polri dalam hal penerapannya demi perbaikan citra aparat keamanan dan kepolisian kita di masa mendatang.+

APA KOMENTAR ANDA SMS 08116141934

Faks 061 4510025

+6285260088842 Wooi... Fackri H (PKS) bacotmu terlalu kotor. Kini kena batunya... eehh cop kena DAGINGnya. +6285372509208 Apresiasi saya terhadap WASPADA terhadap pemberitaan LHI dan PKS selama dua hari ini,mulai berimbang,tdk tendensius dan tdk ad muatan politik atau tdk autk PKS) dan masih mengutip pendapat ICW bentukan asing (ingin melemahkan Islam seperti Mesir) yg kemungkinan besar, rekeningnya makin gendut aja tu dr luar negeri sana.Bravo buat WASPADA dn prihatin buat media lain yg sdh kehilangan nurani,dn berubahlah karena perubahan adalah ciri zaman.(WUR) +6281360716903 ABU ROBAN TELAH PERGI , menyusul para Mujahid yang lebih dahulu masuk ke ëAlam Barzakh ï Abu Roban menggelegak darahnya melihat Insan-Insan yang se-iman dengannya , melihat Masjid-Masjid dibakari oleh begundal-begundal pembenci Islam di Myanmar ï Abu Roblak Izroëiel ber-ucap ; ìInna liLLAHI wa inna ila IHI rojiëun !î an melintas didepan Gedong Ke dutaan Myanmar di Bandar Jakarte , lalu timbul fikirannya ; ìIni sajalah sasaran pembalasan îï Tetapi sayang saudara-saudari ! Pelor-pelor tajam logam dari laras panjang Detasement 88 , menghantar Beliau ke ëAlam Barzakh Ö AlMaall martir follower Moukhammad ; geutanyo ureung krueng sikameng # +628153195774 Orang lain yang menulis, tapi nama orang lain yang disebutkan. Jadi capek dee kita membacanya. +6282165158707 Kami dari keluarga alm.MUHAYAR .bsc. Ingin mempertanyakan tentang kebenaran asuransi yang tertera di belakang kartu keanggotaan partai GOLKAR.karena sampai saat ini asuransi untuk alm ab kami belum kami terima.(HALOMOAN SITORUS/ahli waris.kec tinggi raja) +6281260492974 Pak Gubernur dan Kadis PU, tolong dong perhatikan aliran sungai kami yang berada di jalan danau Singkarak G.madrasah Kec. Medan Barat dan sekitarnya, keadaan sampai masuk ke rumah warga, jangan hanya mau pada saat akan PILKADA bapak memperhatikan warganya, mohonperhatian dan tindakan nyata y pak, trimakasih. +6288262009493 Masih percaya minyak akan habis. penemuan migas berlimpah ruah di Meksiko. ya dinegra barat sendiri, minyak tidak berasal dari posil binatang purba, telah ada dari dulu. dan tidak habis. +6288262009493 Saya telah komentar, negara barat migas juga ada. tapi pengeboran lebih dalam, kerena suhu di negara barat tidak panas. +6285359784745 Untuk mengatasi tindak kejahatan/perampokan, menurut saya pak monang polisi harus dimasyarakatkan dan masyrakat di polisikan, tempelkan no panggil darurat pol dimana gimana pak cocok? +6287713908300 Dunia ini sudah tua dan sudah kopong. Lihat aja umatnya.

Masyarakat Di Altar Paranormal Oleh Dirja Hasibuan Masalah ini semestinya tidak sebatas diposisikan sebagai problema akidah. Ia juga bagian dari masalah sosial yang pada akhirnya memicu perubahan ke arah ketegangan sosial.

P

erseteruan Adi Bing Slamet dengan Eyang Subur, telah menjadipusatpembicaraanluas. Terlebihlagiterkuakberitabahwa kasus Adi terjadi pula pada sejumlah artis, elie politik, pengusaha, anggota masyarakat,bahkanjugapetingginegara.Mereka berduyun-duyun bersimpuh di altar paranormal(orangpintar,dukun,ahli nujum, pawang atau ahli supranatural, spiritualis). Pada umumnya bantuan yang ditawarkan paranormal tersentralisasi pada kepentingan duniawi bersifat hedonisme. Sebagai misal, “pagar” diri, “penglaris”, jabatan, meningkatkan popularitas, kharisma, hingga “membumi-hanguskan” seseorang yang dianggap sebagai rival. Sampai seberapa jauh akurasi “mantra” sang dukun memang masih perlu dipertanyakan. Namun, tekanan atas ambisi duniawi telah memadamkan api agama yang menjadi pedoman. Multi Paradigma Secara akademis, berbagai variabel dominan dapat dikedepankan sebagai hipotesis kertas kerja atas membludaknya masyarakat yang “sujud” di altar paranormal. Hipotesis yang pertama adalah faktor ketertarikan manusia mendayagunakan mitologi makhluk supernatural (setan, iblis, jin) yang dimistifikasi punya peran dan tugas di alam semesta (makrocosmos). Bermetafisika dengan dimensi makrocosmos, maka secara otomatis terlepas dari ikatan atau otoritas Ilahi. Karena itu, orang yang jatuh sakit misalnya, pendekatan medis (diagnosis) tidak berlaku. Bibit penyakit (virus/bakteri) dipercaya bersumber dari gangguan makhluk supernatural, sehingga metode penyembuhan dilakukan dengan cara pengusiran setan (exorcise). Fenomena ketertarikan masyarakat memohon bantuan kepada ahli-ahli spiritual, paranormal atau dukun khususnya, adalah bertolak dari sifat putusasa, serakah dan keinginan secepat mungkin meraih sesuatu tanpa harus bersusah-payah. Ambisi duniawi telah menekan logika berfikir ke titik nadir yaitu alam bawah sadar. Dalam kondisi demikian, individu mengalami proses intoksikasi diri, sehingga terperangkap ke dalam tipu-muslihat paranormal. Maka tak heran bila harta, anak, istri dan keimananpun ditumbalkan. Praktik paranormal yang mendayagunakan makhluk-makhluk supernatural untuk mencapai tujuan, memang bukan merupakan kerja akal (logika).

Ia bertengger di alam keghaiban. Ironisnya adalah individu (pemuja) bisa mengilustrasikan sosok kekuatan ghaib, sesuai jangkauan imajinasi individu pula. Keanehan juga nampak dari pola interaksi yang mengambil bentuk “majikan-budak” dengan subyek yang dapat berubah-ubah (saling bertukar) sesuai kondisi tertentu. Di satu sisi, pemuja dapat mendayagunakan makhluk supernatural sebagai budak untuk melaksanakan perintah. Namun di lain segi, sosok makhluk ghaib juga memperbudak pemuja untuk memenuhi berbagai persyaratan ritual. Terlepas sejauhmana reaksi dan akurasi magis mempengaruhi dimensi makrocosmos, namun sistem kepercayaan tentang roh sangat bertentangan dengan sains. Adalah EB.Tylor, seorang professor legendaris di bidang antropologi, dalam buku monumentalnya “Primitive Culture”—dengan gayanya yang sistematis dan berangkaian,ditambahratusancontoh, Tylor bergerak menelusuri seluruh tingkat kehidupan, pemikiran dan kebiasaan primitif. Dalam setiap tempat, Tylor menunjukkan bagaimana doktrin tentang roh memahami ide-ide dan tingkah laku yang di sisi lain akan mengejutkan kita sebagai sesuatu yang tak lebih dari sekedar kebohongan yang irasional dan tak dapat dimengerti. Seperti yang diketahui setiap peneliti modern yang berpengetahuan, dunia tidaklah dihidupkan oleh roh-roh yang tak tampak. Pakar geologi juga telah membuktikan bahwa batu tidak memiliki hantudidalamnya.(EB.TylordalamDaniel L. Pals: Seven Theories of Religion; 2001). Sedangkan jika meminjam pendekatan sosiologi, maka praktik perdukunan yang kian mewabah di tanah air telah mengindikasikan terjadi degradasi di bidang keagamaan yang cukup mengkhawatirkan. Masyarakat tidak mau tahu dengan agama (agnostik). Padahal pesanpesanagamaselamainitelahmengajarkan tentang kebajikan hidup bermasyarakat dan bernegara. Sedangkan paham agnostisme lewat praktik perdukunan cenderungbersikapsebaliknyayaitumenebar keserakahan dan kebencian.

Pandangan Islam Dalam perspektif Islam, terutama bidang tauhid, paham agnostis dan magis (praktikperdukunan)tergolongperbuatan syrik. Cara ini bertentangan dengan Rukun Iman yaitu Beriman Kepada Allah. Rukun Iman adalah wujud hakiki dari tauhid (wahhada-yuwahhidu) yaitu meng-Esakan. Artinya adalah meyakini bahwa Allah itu Esa atau tunggal, dengan sendirinya mengarahkan seluruh ibadah secara tunggal kepada Allah, bukan kepada makhluk atau benda-benda lainnya. Beriman kepada Allah harus bersendikan pada dua masalah pokok yaitu iman terhadap rububiyah Allah dan iman terhadap uluhiyah Allah. Iman kepada rububiyah Allah maksudnya berikrar bahwa Allah adalah pencipta segalagalanya, yang memilikinya, mengadakannya, dan memberi rezekinya. Dialah yang menghidupkan dan mematikan, mendatangkan manfaat dan marabahaya, yang menguasai segala urusan, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, dan tidak ada penanding (sekutu) dalam semua urusan. UmatIslamwajibpercayabahwaAllah adalah sentral dan pemegang otoritas tunggal terhadap segala paristiwa yang ada di makrocosmos. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya”: (Q.S Al-Maidah: 120).Termasuk juga dalam memberikan rezeki kepada sem u a makhluk hidup, sebagaimana isi dari firman Allah Azza wa Jalla: “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya”. (Q.S Hud: 6). Sedangkan makna iman kepada uluhiyah AllahTa’ala yaitu membenarkan secara pasti bahwa AllahTa’ala sematalah yang mempunyai hak atas semua bentuk ibadah, lahir maupun bathin. Misalnya berdoa, takut, tawakkal, meminta pertolongan, shalat, zakat dan puasa. Seseorang yang hanya mengakui tauhid rububiyah, dengan tidak menindaklanjutinya dengan tauhid uluhiyah, tidak menjadikan ia Muslim. Sebab, iblis pun mengakui tauhid rububiyah, namun mengingkari tauhid uluhiyah. (Dr. Abdul Aziz bib Muhammad Ali Abdul Lathif: Kitab Tauhid: 2010). Karena itu, bagi umat Islam wajib hukumnya men-Esa-kan Allah. Sebagaimana isi firman Allah: “Dan Tuhanmu adalah TuhanYang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang MahapemurahlagiMahapenyayang”.(Q.SAl-Baqarah: 163). Tidak diperkenankan untuk menyembah makhluk supernatural, bangsa jin misalnya, apa lagi meminta bantuan-

nya. Allah berfirman: “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”. (Q.S Al-Fatihah; 5). Dan bangsa jin pun diciptakan untukmenyembahAllah.“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Allah)”. (Q.S Adz-Dzariyat: 56). Pada intinya, pendekatan tauhid menegaskan bahwa umat Islam harusmenjauhi segala perbuatan yang mengarah ke thaghut. Thaghut ialah setan dan apa saja yang disembah selain dari Allah. Imam Ibnul Qoiyyim rahimahullah menegaskan bahwa thaghut itu adalah segala sesuatuyangdiperlakukansecaraberlebihlebihan oleh seorang manusia, baik itu berupasesuatuyangdisembah,diikutiatau ditaati. Allah Ta’ala berfirman: “Dan sungguh, kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut”. (Q.S An-Nahl: 36). Uraian di atas menunjukkan bahwa tidak ada tempat dalam Islam bagi pelaku praktik paranormal, dukun, ahli nujum, tukang sihir atau apapun namanya. Di kemudian hari Allah akan menjatuhkan hukumanyangsangatmengerikan,karena tergolong perbuatan syirik. Sedangkan di dunia, sebagaimana hadis diriwayatkan olehJundupra.secaramarfu:“Hukumbagi tukang sihir adalah dibunuh dengan pedang”. (HR.Tirmidzi, Baihaqi dan Daruquthni, dengan sanad shahih). Sedangkan hukuman bagi orang yang berdukun atau mendatangi paranormal, Rasulullah bersabda:“Barang siapa yang mendatangi tukang ramal, kemudian menanyakan sesuatu(danmembenarkanapayangdiramalkannya), maka shalatnya tertolak selama 40 hari” (HR. Muslim). Walau Islam telah menutup rapat bagi pelaku praktik perdukunan, namun celakanya perkembangan paranormal justru bertambah dasyat, bahkan sudah menjurus ke dimensi ekonomi (bisnis). Kondisi demikian jelas tidak terlepas dari rendahnya kadar keimanan masyarakyat yang dikondisikan oleh kemajuan peradaban modren. Di lain segi, hal ini mengidentifikasikan pula bahwa ulama telah gagal menjalankan perannya sebagai“corong” kenabian,karenadisibukkandengantugas ganda yaitu sebagai politikus. Meskipundemikianakar masalahnya, namun seyogyanya pemerintah diharapkan juga peran aktifnya menyiasati perkembangan perdukunan di tanah air. Dengankatalain,masalahinisemestinyatidak sebatas diposisikan sebagai problema akidah di kalangan umat beragama. Ia juga bagian dari masalah-masalah sosial yang padaakhirnyamemicuperubahankearah ketegangan sosial. Sebab, praktik perdukunan selalu menaburkan bibit-bibit permusuhan dan kebringasan di kalangan masyarakat kita. Pembantaian terhadap seseorang/keluarga dipicu oleh isu “begu ganjang” yang sering terjadi si Sumatera Utara, adalahsebuahcontohyangperludirenungkan. Penulis adalah Alumni IAIN-SU, Staf Pengajar SMK Negeri I Lubukpakam.

Momentum Besar Dari Badai PKS Oleh Hari Murti, SSos

Facebook Smswaspada

+6285277850101 Fachri H dari PKS (Biawak) kebakaran JENGGOT/panik/galau terhadap KPK (cicak). He..he..he.

WASPADA Sabtu 25 Mei 2013

... entah karena memang tak-tis atau karena tak bisa dihindari, PKS sedang melepaskan duri-duri itu dalam waktu cepat.

A

dakah partai yang benar-benar bersih seratus persen? Rasanya saya tak perlu menulis jawabannya di sini. Karena badai partai selalu berkaitandengankorupsi,makajikaadapartai yang aman-aman saja dari badai, tidak terlalu salah jika dikatakan, pertama, badai belummendatangimereka.Kedua,karena mereka begitu rapi menyimpan pengundang badai itu. Tetapi, terlalu penat untuk membicarakan soal benar atau tidaknya partai yang sedangdiguncangbadaiitu—oknumatau institusinya—melakukankorupsi.Dengan kata lain, berangkat dari asumsi bahwa tak ada gading yang tak retak, tulisan ini tidak akan membahas benar tidaknya dugaan korupsi itu, baik oleh oknum atau institusinya.Biarkanpengadilannantiyang memutuskannya.Sayalebihbersemangat membahas adakah partai yang mau bergerak menjadi partai yang bersih dengan memanfaatkan momentum badai tersebut, yang menurutsaya,datangtepatwaktunya dalam kaitannya dengan Pemilu. Jawabannya bukan ada atau tidak, tetapi harus bergerak. PKS adalah salah satu partai itu. Badai telah berlalu dari Partai Demokrat,setidaknyasudahsepidimediamassa. Kini, badai itu menerpa PKS. Durasi badai yang menerpa PKS tampaknya akan lebih singkat dibanding yang menerpa Partai Demokrat. Lihat, tidak seperti Partai Demokrat yang sempat lama diterpa badai, PKS langsung sampai pada langkah jauhnya, misalnya LHI yang langsung berhenti dari jabatannya di partai. Lihat juga soal penyitaan mobil di kantor PKS yang awalnya berjalan alot, tetapi langsung clear beberapa hari kemudian. Ini menunjukkan bahwa badai itu tidak akan lebih lama dibanding misalnya badai Partai Demokrat karena tahapan badai begitu cepat dilalui. Dan, menurut saya pribadi, terlepas dari persoalan benar tidaknya ada kadernya yang bermain, alangkah bagusnya waktu kemunculan badai terkait Pemilu yang akan dilangsungkan lebih dari satu tahun lagi. Jika badai itu datang sekitar lima–enam bulan menjelang Pemilu, PKS sepertinya akan terpuruk lebih dalam.

Pemilu 2014, dalam konteks dinamika politik, masih cukup jauh. Dalam hal waktu dan aktivitas, masih banyak ruang gerak bagi PKS untuk memperbaiki keadaan, yaitu bergerak menuju keadaan yang memang diinginkan rakyat dari sebuah partai politik. Inilah yang saya sebut sebagai badai PKS tepat waktunya. PKS harus mampu bergerak secepat mungkin memperbaiki keadaan agar badai tersebut tidak berpanjangpanjang durasinya. Perhitungannya jelas adalah soal ketersediaan waktu menuju Pemilu dan soal memori negatif yang sebenarnya, diakui atau tidak, cepat hapus dari memori publik kita. Bukanlah saya mengajari PKS tentang manajemen waktu dan pola politik menuju Pemilu 2014 nanti, apalagi mengajari mereka memanfaatkan keterbatasan memori publik yang, ya, bisa dibilang singkat saja. Justru sebaliknya, saya ingin mendorong partai ini keluar dari badai menuju seperti yang diharapkan rakyat dari sebuah partai politik. Bahasa mudahnya seperti ini: Kalau PKS pandai membaca isyarat alam politik, sekaranglah, di waktu ramai badai seperti inilah, waktunya PKS mencabuti dan melemparkan duri-duri di dalam tubuhnya ke hadapan publik sehingga tidak punya beban besar lagi paling lambat setengah tahun menjelang Pemilu. Mereka yang bersalah harus diserahkan ke depan hukum dan yang benar harus dipertahankan. Tampaknya, entah karena memang tak-tis atau karena tak bisa dihindari, PKS sedang melepaskan duriduri itu dalam waktu cepat. Mengapa saya bersikap “melawan” arus publik terkait badai PKS? Karena tak ada kesalahan yang tidak bisa diperbaiki. Bagaimanapun, partai adalah aset besar bangsa di tengah kemungkinan besar munculnya aset baru yang tak bisa dijamin bersih dari awal sampai akhirnya. Dengan kata lain, ini adalah proses yang bukan hanya terjadi pada PKS, tetapi mungkin pada semua partai menuju partai bersih luar dalam. Sebagai sebuah institusi sosial, partai tidak dapat bersih tanpa bantuan publik dari luar. Kalau sebuah partai demikian bersihnya, publik menikmati bagian

terbesar dari kebersihan partai itu. Tetapi lihatlah jika partai dihantam badai karena ulah orang di dalamnya, publik marah-marah karena terkena getahnya. Salah-kah publik bersikap seperti itu? Tentu saja tidak. Tetapi, ini soal saling memberi dan menerima yang terbaik antara publik dengan aset sosial politiknya, partai. Sesuai Harapan Rakyat Tentu saja partai harus memenangi kue Pemilu. Salah satu caranya, setidaknya bagi PKS, adalah memanfaatkan badai ini sebagai momentum untuk bersih-bersih. Tetapi satu yang perlu dicatat, bahwa memanfaatkan momentum badai untuk bersih-bersih ini bukan melulu soal kue Pemilu. Lebih dari itu, tujuan sentralnya, adalah menjadikan badai ini sebagai langkah besar menuju partai yang sesuai dengan harapan rakyat. Kalau hanya kue Pemilu, biarkan saja badai ini karena pasti akan berlalu sendiri. Setelah berlalu, terjadi situasi sebaliknya di sisi partai, yaitu setidaknya tidak terlalu buruk raihan suaranya nanti. Namun, ini adalah soal idealisme untuk memberi yang terbaik bagi rakyat. Maka, manfaatkanlah momentum badai ini untuk menunjukkan diri pada rakyat bahwa kami bisa bergerak ke arah yang ideal dan semakin matang. Menjadi partai yang sesuai harapan rakyat, pasti diinginkan oleh setiap partai. Persoalannya, untuk bisa menjadi partai seperti itu, tidak mudah, sama sekali tidak mudah. Ada banyak oportunis, bahkan mungkin terbanyak yang memanfaatkan partai. Inilah yang menyakiti rakyat dan memukul partai itu sendiri. Karena itu, kuncinya adalah pada komitmen partai itu sendiri akan jadi sesuai harapan rakyat atau sekadar menjadi instrumen oportunis untuk menyakiti rakyat dan memukul partainya sendiri. Nah, karena kita sudah melihat para oportunis ini bergelimpangan hukum, maka arah yang dipilih sudah jelas, yaitu menjadi sesuai harapan rakyat. Untuk apa mereka ini dibiarkan di dalam partai karena yang berjaya dia sendiri, tetapi partainya morat-marit. Membiarkan para oportunis berada di partai sama seperti kapal dengan lebih dari satu nahkoda yang arahnya berlawanan. Kalau kapal sampai pecah, siapa saja yang tenggelam? Maka, ayolah PKS. Jadikanlah situasi ini bukan hanya badai, tetapi juga momentum bersih-bersih yang lebih dari sekadar kue Pemilu. Juga, untuk menjadi

aset bangsa Indonesia yang benar-benar bisa diandalkan. Jika tujuan yang kedua itu yang diprioritaskan, kue Pemilu akan datang lebih dari yang diduga. Kalau bukan kue Pemilu 2014, 2019 hanya butuh waktu lima tahun lagi. Lihat, PKS dan partai Islam lainnya sudah lebih bisa mandiri dibanding partai lain yang masih belum bergerak dari sosok populer di dalamnya. Soal institusionalisasi yang sejati, partai Islam jauh lebih maju dibanding partai-partai besar yang masih mengandalkan sosok-sosok populer di dalamnya. Jadi, pekerjaan mereka sudah bisa masuk tahap selanjutnya, yaitu mencabuti sosok-sosok yang mendestruksinya. Penulis adalah, Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi”Pembangunan” Medan.

Pengumuman Redaksi menerima kiriman karya tulis berupa artikel/opini, surat pembaca. Kirim ke alamat redaksi dengan tujuan ‘Redaktur Opini Waspada’ dengan disertai CD atau melalui email: opiniwaspada@yahoo. com. Panjang artikel 5.000-10.000 karakter dengan dilengkapi biodata penulis dan kartu pengenal (KTP). Naskah yang dikirim adalah karya orisinil, belum/tidak diterbitkan di Media manapun.Tulisan menjadi milik Waspada dan isi tulisan menjadi tanggungjawab penulis.

SUDUT BATUAH * Poldasu peringkat pertama pelayanan terburuk - Alamak, ape nak jadi ni, he...he...he * Purwa Tjaraka: Indonesia krisis lagu anak - Maklum lagu anak kurang menarik * KNIA momentum peningkatan pariwisata - Makanya pesawat MAS mendarat duluan

oel

D Wak


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.