Waspada, Rabu 24 Agustus 2011

Page 22

Ragam

B8

WASPADA Rabu 24 Agustus 2011

Perjuangan Penderita Tuna Rungu Diterima Militer AS KEITH Nolan butuh waktu selama sepuluh tahun berjuang agar bisa diterima di angkatan bersenjata. Selama sepuluh tahun tersebut dia berulangkali mengirimkan lamaran ke Korps Pelatihan Perwira Cadangan Angkatan Bersenjata (ROTC) AS. Usaha Keith sepertinya masih membutuhkan waktu lebih panjang meskipun dia terpilih sebagai anggota terbaik dalam program ROTC di Bravo Company di Universitas California State. Para instrukturnya sangat terkesan pada ketrampilan Keith, namun mereka tidak bisa membuat keputusan sendiri. Mungkin, Keith tidak akan

pernah merasakan bagaimana bekerja di angkatan bersenjata jika kebijakan militer yang berlaku sekarang ini masih mengharuskan seorang kadet melewati uji pendengaran yang diawasi pihak angkatan bersenjata. Pengumuman berakhirnya pelatihan menjadi saat-saat yang sangat menyakitkan bagi pria berusia 29 tahun yang selama ini berprofesi sebagai

guru, yang bertekad meruntuhkan semua rintangan dan mencapai impiannya selama ini yakni bekerja di bidang intelijen militer. “Keinginan terbesar saya adalah bekerja di angkatan bersenjata,” ujar Keith. “Saya ingin mengabdi pada negara dan saya tidak mau terbelenggu dengan kenyataan bahwa saya tuli.” Jumlah tentara dengan cacat tubuh yang bekerja aktif semakin meningkat seiring dengan kenyataan bahwa kemajuan medis sekarang ini memungkinkan pasien selamat dari luka parah akibat perang. Semua bidang di angkatan bersenjata AS selama sepuluh tahun terakhir telah membuka peluang bagi tentara yang menderita luka parah dan

cacat tetap untuk tetap bertugas aktif dengan memberikan pekerjaan yang bisa mereka lakukan. Sampai sekarang sekitar 300 tentara yang menderita cacat parah – sebagian di antaranya buta karena ledakan, kehilangan kaki atau menderita luka parah di kepala – bekerja dengan berbagai macam jabatan, dan kerja mereka penting, terutama dalam membantu tentara lain yang tengah dalam masa penyembuhan, kata Erich Langer, jubir di Komando Transisi Tentara di Alexandria, Virginia. Sebagian di antara mereka bahkan kembali ke zona perang. “Kasus-kasus ini membantu dibukanya peluang lebih besar bagi mereka yang menderita cacat tubuh seperti saya,”

Wanita Ini Ingin Berbobot 730 Kg OBESINYA menjadi wanita tergemuk sepanjang masa. Di saat jutaan wanita melakukan diet ketat demi memiliki tubuh langsing, Susanne Eman, 32, (foto) justru mengumbar nafsu makan demi meraih mimpi memiliki bobot 115 stone atau sekitar 730 kilogram. Seperti dikutip dari laman The Sun, Eman kini berbobot 52 stone 330,2 kilogram. Dia mengasup lebih 20 ribu kalori per hari, atau 10 kali lipat dari kebutuhan normal wanita dewasa, yakni 2.000 kalori sehari. Eman sangat percaya diri dengan tubuhnya yang superbesar. Selain merasa lebih mudah memikat pria pujaan, ia juga merasa spesial ketika terpilih menjadi model sebuah situs untuk komunitas pemilik tubuh besar. “Semakin besar tubuhku, aku merasa semakin percaya diri dan seksi,” ujarnya. Obsesinya menjadi gemuk semakin tak terkendali sejak dua tahun lalu saat berhasil memiliki bobot 35 stone atau sekitar 222,2 kilogram. Dengan tubuh besar, ia merasa mendapat banyak perhatian. “Aku mulai menarik lebih banyak orang, itu membuatku merasa nyaman,” ujarnya. Di akhir tahun ini, ia ingin bobotnya naik 32 kilogram atau mencapai 361,9 ilogram. Dan

menjadi 730 kilogram di usia 41 atau 42 tahun. “Saya ingin mematahkan stigma populer yang menyebut bahwa menjadi gemuk adalah hal yang sangat buruk,” ujar wanita asal Casa Grande, Arizona, Amerika Serikat ini. Demi memenuhi

kebutuhan makannya, ia bisa menghabiskan delapan jam untuk mengisi enam troli di supermarket setiap bulan. Sebagai gambaran, ia biasa menutup makan malamnya dengan delapan sendok es krim berikut brownies setiap malam. Dengan pola makannya

semacam itu, ia merasa sangat sehat karena mengimbangi dengan olahraga peregangan otot setiap hari. Ia juga melakukan pemeriksaan medis seperti tekanan darah dan kadar gula darah setiap seminggu sekali. “Jika angka mulai menunjukkan tanda bahaya aku segera menghubungi dokter pribadiku,” ujar ibu dua anak ini. Sang dokter, Patrick Flite, sudah berulang kali memeringatkan Eman bahwa tindakan menggemukkan badan di luar batas itu sangat berisiko. “Dia seperti bermain Russian Roulette dengan hidupnya Tapi, dia mampu membuat keputusan sendiri dan aku belum melihat ada masalah kejiwaan atau apa pun yang salah,” kata Flite. Obsesi Eman jauh melebihi pikiran Donna Simpson (42), yang berniat menaikkan bobotnya 177 kilogram menjadi 450 kilogram dalam beberapa tahun ke depan. Dalam sehari, ia harus mengasup sedikitnya 12.000 kalori atau enam kali lipat kebutuhan wanita normal. Jika Eman bisa menembus bobot 730 kilogram, ia akan mengalahkan pemegang rekor sebelumnya yakni Carol Yager yang diyakini berbobot 723 kilogram. Wanita asal Flint Michigan itu meninggal di usia 34 tahun pada 1994 silam. (vvn/rzl)

Keith Nolan, dibantu penterjemahnya, menggunakan bahasa isyarat ketika berbicara dalam sebuah kesempatan. harap Keith. Keith mengatakan, kehadiran mereka menunjukkan ada tempat di kemilitern bagi orangorang cacat. Dia melihat perubahan kebijakan di militer sebagai jendela harapan sehingga mereka yang menderita tuli – bukan hanya tentara – bisa diterima di angkatan bersenjata. Keith yang terlahir tuli dari orangtua yang menderita cacat serupa, dari dulu bercita-cita ingin bekerja di angkatan bersenjata setelah mengetahui kakek dan buyutnya ikut berjuang dalam Perang Dunia II. Ayahnya, Kevin Nolan, seorang anggota dewan kota di Northhampton, Massachusetts, mengajar putranya untuk tidak peduli pada cacat yang dideritanya.

“Saya dan istri saya sangat sedih mendengar dia program ROTC sudah berakhir. Begitupun kami sangat bangga Keith terpilih sebagai anggota terbaik,” ucap Kevin. Galang dukungan Kapten Sid Mendoza, seeorang pengawas pelatihan program di Northridge, mengatakan dia tidak tahu kalau Keith menderita tuna rungu, ketika melihat surat lamaran kerjanya di Internet. Pertama kali bertemu dengan Keith, Sid mengatakan dia mencari tahu cara untuk memberinya pengalaman militer karena dia sangat tertarik pada dunia angkatan bersenjata. Dengan bantuan penterjemah tuna rungu, Keith berhasil melewati pelatihan itu de-

ngan sangat bagus. “Kami juga merasa berat melepasnya, karena kami melihat antusias di dalam dirinya, namun keputusan bukan di tangan kami,” kata Sid. Seorang anggota kongres dari partai Republik Henry A. Waxman mengatakan, anggota kongres berencana bertemu Keith untuk memperjuangkan cita-citanya. Keith berharap Henry mengusulkan RUU yang mengijinkan orang tuli bekerja di angkatan bersenjata. Sementara ini, Keith terus menggalang dukungan bagi perjuangannya, dengan berbicara di sejumlah perguruan tinggi dan kegiatan publik lainnya. Di laman Facebooknya, sudah lebih 2.000 orang mendu-

kung usahanya tersebut. Dalam perjuangannya, Keith sampai berkunjung ke Israel pada tahun 2010 di mana dia bertemu dengan 10 tentara yang tuli. Tentara-tentara yang dijumpainya itu bekerja di segala bidang mulai dari intelijen sampai melatih anjing pelacak. “Mereka terkejut ketika mengetahui AS tidak membuka kesempatan bagi orang tuli seperti saya,” cetus Keith. “Tapi, dengan dukungan yang saya terima dari sipil dan militer serta dari pengalaman yang saya dapatkan, saya yakin ada posisi yang bisa saya kerjakan di militer tanpa mengganggu system kerja pasukan angkatan bersenjata,” ucapnya pasti. Syafri/AP

Berlian ‘Mata Emas’ Dilelang SEPOTONG berlian berwarna kuning yang dijuluki ‘Golden Eye’ (mata emas) yang disita dalam satu penyidikan kasus narkoba dan pencucian uang di Ohio akan dilelang dengan penawaran awal 900.000 dolar. Berlian 43,51 karat itu milik seorang pengusaha di Ohio yang didakwa bersalah melakukan pencucian uang dan persekongkolan. Jaksa penuntut mengatakan dia mencoba menjual berlian itu dan satu rumah yang dulunya milik Mike Tyson seharga 19,5 juta dolar kepada agen FBI yang tengah menyamar Permata itu – panjangnya sekitar 1 inci, lebar ¾ inci dan tebal ½ inci – disita dalam operasi penyerbuan dan diserahkan kepada pemerintah federal. Permata tersebut diyakini sebagai berlian kuning tanpa cacat terbesar yang pernah ada, kata Jenny Lynch, jubir perusahaan lelang online Bid4Assets.

Inilah berlian kuning ‘Golden Eye’ yang tak ternilai harganya. Perusahaan itu, yang markasnya di Silver Spring, Md, akan melelang berlian tersebut bulan depan atas nama Dinas Marshal. “Ini permata terbesar dan paling berharga yang akan kami lelang dalam sejarah 12 tahun berdirinya perusahaan ini,” kata Lynch. Berita lelang berlian ini sudah menarik perhatian di dalam AS sendiri dan juga luar negeri, kata Lisa Black, koordinator unit penyitaan di Dinas Marshal di Ohio. Sanking mahalnya permata tersebut, untuk menawarnya

saja seseorang perlu mempersiapkan dana sedikitnya 180.000 dolar. Karena Bid4Assets menetapkan seseorang harus memberikan deposit yang nantinya dikembalikan sebesar 180.000 dolar untuk bisa melihat permata tersebut dan menawarnya ketika lelang sedang berlangsung 6 September sampai 8 September.mendatang, kataWakil Marshal Ryan Helfrich. Mereka yang terlibat dalam lelang tersebut menolak menyebutkan harga tertinggi Golden Eye, tapi jaksa federal sebe-

lumnya mengatakan, berlian tersebut kemungkinan akan laku sampai jutaan dolar. Asal berlian tersebut masih diselimuti misteri, karena pihak otoritas tidak tahu dari mana pemiliknya – pengusaha Paul Monea – mendapatkan permata tersebut. Tom Moses, seorang Wakil Ketua Lembaga Permata Amerika, mengatakan berlian tersebut kemungkinan berasal dari Afrika Selatan, khususnya karena warna kuningnya yang lebih pekat. “Menurut sejarah, jenis berlian kuning besar seperti ini berasal dari sana,” katanya. “Berlian seperti ini, semakin kuning semakin mahal harganya.” Hasil dari lelang tersebut sebagian akan diberikan kepada para korban Paul Monea dan sebagian lainnya diserahkan kepada pemerintah federal dan lembaga lokal yang membantu penyelidikan, kata Dinas Marshal. Syafri/AP

Jusuf Sokartara, Anak Medan Petualang Dunia USIANYA memang sudah 67 tahun. Muhammad Jusuf Sokartara namanya. Namun, guratan kegantengan masih terlihat di wajahnya. Meskipun usia lanjut akan mengikutinya, tapi semangat petualangnya tak pernah pupus. Bahkan, penampilannya sehari-hari begitu energik ditambah kamera yang setiap saat menemani dirinya. Jusuf Sokartara (foto), dulu dikenal suka bepergian. Pada masa mudanya, Jusuf menggemari olahraga balap sepeda. Berbekal Sepeda dan kamera, Jusuf pun pernah berkeliling dunia dengan sepedanya hingga ke benua Eropa dan akhirnya bekerja dan bermukim di Negeri Belanda sejak 1972 hingga sekarang. Selama 39 tahun di negara yang pernah menjajah Indonesia ini, Jusuf bekerja di bagian Kargo penerbangan KLM, perusahaan maskapai penerbangan milik pemerintah Belanda, tapi telah pension sejak tiga tahun lalu. Jusuf dan keluarganya bermukim di Amsterdam, tak jauh dari Bandara Internasional Schiphol. Setelah pensiun, Jusuf bekerja sebagai guide (pemandured) bagi orang-orang Indonesia yang mengunjungi Negeri Belanda. Banyak sudah WNI yang dibawanya keliling benua Eropa. Mulai dari wartawan, turis, bintang film, pengusaha hingga politikus. Ada rasa kebanggaan tersendiri baginya setelah mendampingi teman-teman dari Indonesia. Jusuf mengakui, teman-teman Indonesianya cukup banyak, meski dirinya tinggal di Belanda. Mulai dari buruh kasar, artis film, cendekiawan, pengamat ekonomi, politikus, menteri dan sejumlah orang penting lainnya di negeri ini. Bahkan, seorang pengusaha dari Indonesia memberinya hadiah mobil. Pengusaha tersebut kagum dengan kegigihan Jusuf yang mengendarai mobil butut dan kemudian menggantinya dengan mobil Ford Winstar USA keluaran 2001 kala itu. “Selama di Belanda, saya membawa pengusaha tersebut keliling Eropa. Dia heran melihat mobil butut yang saya kendarai bisa ‘melanglang buana’. Pengusaha itu pun memberi saya mobil baru. Kejadian yang tak bisa saya lupakan itu terjadi pada Juli 2010,” kenang Jusuf. Menurut Jusuf, jadi guide, selain sebagai penghasilan tambahan, juga secara tak langsung akan menambah wawasan dan persahabatan. Kalau dirinya berkunjung ke Jakarta, maka akan tinggal di rumah sahabat-sahabat barunya itu. “Selain menambah teman, wawasan kita semakin bertambah, karena yang datang dari berbagai disiplin ilmu,” ujar Jusuf bersemangat. Meski telah lama hidup di Belanda bersama istri dan empat anaknya, namun gaya hidup orang Medan tak bisa hilang. “Kalo hidup di Belanda, kita tidak boleh diam aja. Kalo diam, kita bisa ‘dipijak-pijak’. Artinya penampilan kita harus garang atau ‘patentengan’ supaya disegani masyarakat Belanda,” tutur Jusuf yang berkali-kali mengunjungi redaksi Majalah DUNIA WANITA bila dirinya mudik ke Medan.

Jusuf menuturkan, Teruna Jasa Said – dewan komisaris Waspada Group, pun pernah datang ke Belanda dan bertemu dengannya. “Kami sudah lama berteman dengan Teruna Jasa Said, apalagi saya dulunya juga menulis tentang Belanda yang dimuat di Majalah DUNIA WANITA dan Harian Waspada,” sebut Jusuf yang menguasai bahasa Inggris, Jerman, Urdu dan bahasa Belanda yang fasih sekali. Ditemui di kediaman keluarga besarnya di Kelurahan Sarirejo, Kecamatan Medan Polonia, awal pekan ini saat mengunjungi kerabat keluarganya, Jusuf baru saja tiba di rumahnya usai mencetak film-film yang ada di kameranya. Kamera yang dibelinya di Aljazair itu, kini pendamping hidupnya sehari-hari. Maklum saja, memotret adalah hobinya yang tak bisa ditinggalkannya. Sukar Dicari Tiada Tara Nama lengkapnya Muhammad Jusuf Sokartara. Lahir di Brastagi, Sumatera Utara, 14 Maret, 67 tahun silam. Nama Muhammad Jusuf adalah pilihannya sendiri setelah dewasa. Sengaja memilih Jusuf, salah satu nama Nabi. Sosok Nabi Jusuf orangnya ganteng dan banyak lagi contoh teladan dan kisah-kisahnya yang menarik. Sedangkan Sokartara merupakan nama tambahan dari teman-teman kala Jusuf beranjak remaja. Hingga kini nama Muhamad Jusuf Sokartara pun terus melekat. Menurut Jusuf, nama Sokartara merupakan pemberian dari teman-teman masa kecilnya. Jusuf berkisah, sejak kanak-kanak hingga jelang remaja, dirinya jarang berada di rumah. Pun saat berada di satu tempat, dirinya merasa tak betah. Jusuf sering bepergian seorang diri sehingga teman-temannya merasa kehilangan dirinya. Saking sukarnya bertemu dengan Jusuf, teman-temannya memanggilnya Sokartara, akronim dari sukar dicari, payah didapat tiada tara. “Sampai sekarang nama Sokartara tetap melekat,” ujar Jusuf Sokartara sembari tertawa. Tak hanya temannya, Gubernur Sumatera Utara kala itu, Marah Halim Harahap dan Bupati Deliserdang Baharoeddin Siregar (kala itu) juga mengaku sulit kalau mau mencarinya. “Mana si Jusuf itu. Memang betullah namanya Sokartara. Sukar dicari, payah didapat tiada tara,” sebut Jusuf mengenang ucapan mantan gubernur Sumatera Utara itu. Sarat pengalaman dan penuh petualangan membuat penampilan Jusuf tak bisa dianggap remeh. Namun, dari penampilan, tutur bahasa dan gaya diplomasi serta menjadi guide tamutamu dari Indonesia yang berkunjung ke Belanda, orang tak menduga kalau sosok Jusuf hanya sampai mengecap pendidikan di bangku Kelas IV Sekolah Rakjat di Kabupaten Tanah Karo. Jadi tak heran kalau ia juga menguasai bahasa Karo. Gagal Naik Haji Sejak tahun 1965, Jusuf suka bersepeda. Bahkan, dirinya menjadi atlet sepeda dari Sumatera Utara, seangkatan dengan Sanusi.

Kenangan manis yang tak terlupakan yakni saat Jusuf dikeluarkan dari pemusatan latihan (training centre) di Jakarta pada 1969. Kala itu, empat pembalap sepeda dari Sumatera Utara masingmasing Sanusi, Sehan, Samuri dan Sokartara (4S) mengikuti TC untuk mengikuti lomba balap sepeda di Eropa. Jusuf menilai pelatih balap sepeda tidak fair dan terkesan pilih kasih saat melakukan pelatihan terhadap atlet sehingga sebagai atlet dari Sumatera, Jusuf protes. Protes Jusuf ternyata tak diterima oleh pelatih tersebut hingga keduanya bersitegang. Saking emosinya, Jusuf memukul pelatih tersebut hingga namanya dicoret dari pemusatan latihan dan ia kembali ke Medan. Di tahun 1969, jiwa petualang Jusuf terus diasahnya. Jusuf pun keliling dunia dengan mengendarai sepeda balapnya. Berpetualang “keliling dunia bersepeda” sudah dilakukannya. Maksudnya, bersepeda ke manapun ia pergi. Mengayuhnya di tempat yang dilaluinya, dan bahkan pernah membawa sepeda ke dalam kabin pesawat terbang. Agar petualangannya terwujud, Jusuf pun menemui sejumlah orang penting di Jakarta kala itu. Menko Kesra Alamsjah Ratu Perwiranegara yang saat itu masih bertugas di Sekretariat Negara ditemuinya, termasuk juga Adam Malik dan Ibnu Sutowo, orang kaya sekaligus pengusaha yang pernah menjabat Dirut Pertamina. Berbekal uang dari sejumlah tokoh penting dan pengusaha yang ia temui, Jusuf terbang ke Singapura bersama sepedanya. Dari Singapura, Jusuf mengayuh sepedanya hingga ke Johor terus ke Penang. Selama dalam perjalanannya itu, Jusuf mengalami kecelakaan. “Aku sempat beberapa hari dirawat di rumah sakit karena kecelakaan,” jelas Jusuf. Dari Malaysia, Jusuf meneruskan petualangannya ke India. Berbekal bantuan dari Konsulat Jenderal RI di Malaysia, Jusuf menumpang kapal feri ke Madras, India. Setibanya di Madras, Jusuf mengayuh sepedanya ke Bombay (Mumbai) dan New Delhi. Ada pengalaman dan kendala yang dihadapi Jusuf. Saat berada di kota Sangrur, Negara Bagian Punjab, India Utara, Jusuf ditangkap aparat keamanan karena dituding sebagai mata-mata (agen spionase). Maklum saja, saat itu sedang berkecamuk perang antara India dan Pakistan hingga Jusuf sempat merasakan pengapnya penjara di India. Sebulan ditahan, Jusuf akhirnya dilepas. “Aku baru dilepas setelah ditahan sebulan di India,” katanya. Di lepas dari penjara, Jusuf meninggalkan India dan menyeberang ke Pakistan. Pemerintahan Pakistan kala itu masih dipimpin oleh Perdana Menteri Benazir Bhutto. Di negeri ini, ada pengalaman yang sangat mengesankan bagi dirinya. “Setelah mereka tahu aku dari Indonesia, aparat keamanan tidak jadi memeriksaku. Bahkan, sejumlah aparat keamanan serentak menyebut nama presiden RI: Soekarno, Soekarno..., brother, brother.” Jusuf malah mendapat perlakuan istimewa,

dikasih makan, menginap di rumah-rumah penduduk, dan diberi selimut bagus. Di Pakistan ini, setiap hari Jusuf menempuh jarak antara 130 km dan 150 km. Dari Pakistan, Jusuf menyeberang Afganistan dan terus ke Iran. Di Iran inilah impiannya untuk “mengayuh” sepeda ke Tanah Suci (Arab Saudi) pupus. Pasalnya, Kedubes RI di Afganistan waktu itu menganggap Jusuf hanya membuat repot pihak Kedubes saja sehingga Jusuf gagal untuk menunaikan ibadah haji. Kegagalan ke Tanah Suci, tak membuat kendor semangatnya untuk terus mengayuh sepeda. Jusuf pun mengayuh sepedanya hingga ke Eropa Timur, tempat hunian negara-negara berfaham komunis. Di negara Blok Timur itu, Jusuf bersepeda ke Hungaria, Rumania hingga ke Uni Soviet. “Kini, tinggal dua negara yang ingin saya datangi yakni Amerika Serikat dan Kuba,” kata Jusuf. Jusuf kepingin melihat dari dekat lokasi air terjun Niagara (Niagara Fall). Selama berpetualang dengan sepeda, Jusuf juga tak lupa mengabadikan lokasi-lokasi atau sesuatu yang unik dilihatnya. Begitu juga saat masih bekerja di bagian kargo KLM Belanda, kamera tak lepas dari dirinya. Maklum saja, fotografi adalah hobinya. Bahkan, Jusuf juga sering mengirimkan foto-foto unik atau kegiatan hasil karyanya ke berbagai suratkabar di tanah air termasuk ke redaksi Majalah DUNIA WANITA dan Waspada. Anehnya, meskipun suka berpetualang, Jusuf mengaku tak pernah mengatur rencana kepergiannya itu. “ Kalo hari ini bisa di Medan, besok sudah sampai Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, atau Hanoi. Kiat saya hanya pasrah dan ikhlas. Bila ikhlas, tentu ada jalan,” tuturnya mengakhiri percakapannya. (h04/rzl)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.