Waspada, Jumat 6 Juli 2012

Page 30

Mimbar Jumat

C8

WASPADA Jumat 6 Juli 2012

Islam Di Korea Hingga saat ini diperkirakan Muslim di Korea Selatan berjumlah 45.000. Pada umumnya imigran tersebut datang sebagai pekerja tamu. Di Korea, populasi Muslim meningkat secara pasti tak lama setelah Perang Korea. Komunitas Muslim terpusat di Seoul, di mana masjid besar pertama dibangun di tahun 1976 dengan menggunakan dana dari Misi Islam Malaysia dan negara Islam lainnya. Selain dari 30.000 lebih Muslim Korea, jumlah Muslim di sana terus meningkat seiring dengan berdatangannya imigran dari Asia Selatan, Timur Tengah, Indonesia dan Malaysia selama tahun 1900-an dan 2000-an, hingga saat ini diperkirakan Muslim di Korea Selatan berjumlah 45.000. Pada umumnya imigran tersebut datang sebagai pekerja tamu. Sa l a h s a t u t a n d a t e l a h merebaknya populasi muslim di Korea Selatan, adalah dengan didirikannya sebuah ruang masjid di Asrama Universitas Negeri Soul (SNU) bagi mahasiswa yang belajar di kampus tersebut. Hampir setiap malam puluhan siswa dan mahasiswa Muslim berkumpul di masjid tersebut untuk melakukan ibadah. SNU merupakan lembga pendidikan pertama di Korea Selatan yang memiliki ruang masjid. Jumlah mahasiswa Mu s l i m d i u i v e r s i t a s i n i men capai d ela pa n per s en dari 1.200 mahasiswa yang berasal dari 88 negara termasuk dari Korea selatan. Seorang Profesor dari Fakultas Seni dan Budaya, Kim Sung-hee, mengatakan, keha-

diran masjid ini untuk medukung aktivitas keagamaan mahasiswa Muslim yang terus bertambah. “Kehadiran tempat ibadah ini demi kesetaraan keyakinan agama dan menghormati keragaman budaya.” ujar Kim yang dilansir dalam koreajoongangdaily.com Sejarah Islam pertama kali hadir di Korea pada abad ke 9 ketika Silla, salah satu dari tiga kerajaan yang ada di Korea, menjalin hubungan dengan pedagang dan navigator dari Arab dan Persia. Menurut sejumlah ahli geografi Muslim, termasuk penjelajah Muslim Persia dan ahli geografi Khurdadhbih, banyak di antara pedagang dan navigator tersebut menetap secara permanen di Korea, dan mendirikan desadesa untuk kaum Muslim. Hubungan perdagangan antara dunia Islam dan semenanjung Korea berlanjut dengan bergantinya kerajaan Goryeo pada abad ke 15. Dampaknya, sejumlah pedagang Muslim dari Timur Dekat dan Asia Tengah menetap di Korea dan menikah di sana. Seorang walikota Korea mengaku dirinya keturunan keluarga Muslim. Nama Korea disebut dalam atlas dunia Tabula Rogeriana b u a t a n a h l i g e o g r a f i A ra b, Muhammad al-Idrisi. Peta dunia Korea yang masih utuh sampai saat ini, Kangnido, menggambarkan Wilayah Barat dari hasil karya dari para ahli geografi Islam. Hubungan dengan mayoritas kaum Muslim, terutama etnis

Uyghur dari China, terus berlanjut. Ada satu kata dalam bahasa Korea yang menunjukkan bahwa kaum tersebut Muslim, yakni hoegyo yang berasal dari huihe, nama lama China untuk etnis Uyghur. Semasa kekuasaan Mongol di Korea, kaum Mongol sangat bergantung pada bantuan etnis Uyghur untuk menjalankan kekuasaan karena etnis Uyghur yang terkenal dengan kepintarannya dan berpengalaman dalam mengatur jaringan perdagangan. Karenanya, kaum Uyghur juga diakui sebagai nenek moyang dua klan di Korea. Pada periode Joseon, kalender Islam digunakan sebagai dasar bagi perubahan kalender karena memiliki keakuratan yang tinggi dibanding kalender China. Satu terjemahan Huihui Lifa, satu buku yang menggabungkan astronomi China dengan astronomi Islam, dipelajari di Korea semasa Dinasti Joseon. Tradisi astronomi China-Islam masih digunakan sampai awal abad 19 di Korea. Namun, karena geografi dan isolasi politik terhadap Korea semasa periode Joseon, Islam sempat menghilang dan muncul kembali pada abad ke 20. Diyakini banyak praktek dan ajaran keagamaan tidak bertahan. Namun, pada abad ke 20, penduduk Korea yang tinggaldi Manchuria kembali berhubungan dengan Islam, dan mereka diyakini sebagai Muslim Korea pertama di era

Masjid Pusat Seoul atau Seoul Central Mosque. modern. Namun, diyakini, sebenarnya Islam mulai tumbuh di Korea setelah Perang Korea. Islam diperkenalkan ke Korea oleh Brigade Turki yang datang membantu Korea ketika b e r l a n g s u n g p e ra n g . Se j a k itu, Islam berkembang secara perlahan namun pasti di Korea dan diterima sebagai agama oleh penduduk asli Korea. Pada tahun 1962, pemerintah Malaysia memberikan bantuan sebesar 33.000 dolar AS untuk membangun masjid di Seoul. Namun rencana tersebut ter-

tunda karena terjadi inflasi. Masjid tersebut baru bisa dibangun pada tahun 70-an, ketika hubungan ekonomi Korea Selatan dengan banyak negara Timur Tengah semakin erat. Se o u l C e n t ra l Mo s q u e (Masjid Pusat Seoul) akhirnya dibangun di kawasan Itaeon, Seoul pada tahun 1976. Sekarang di Korea juga terdapat masjid-masjid lain seperti di Busan, Anyang, Gwangju, Jeonju dan Daegu. Menurut Lee Hee Soo, Presiden Lembaga Islam Korea, ada sekitar 45.000 Muslim di Korea Selatan, dan

sekitar 10.000 di antaranya adalah mereka yang benarbenar aktif dalam setiap kegiatan keagamaan. Korean Muslim Foundation ( Yayasan Muslim Korea) mengatakan, pihaknya telah membuka sekolah dasar Islam pertama yang diberi nama Prince Sultan Bin Abdul Aziz Elementary School pada Maret 2009. Tujuan pembangunan sekolah tersebut untuk m e m b a n t u Mu s l i m Ko re a mempelajari agama mereka lewat kurikulum sekolah resmi. Selain itu, di sekolah ini anak-anak mendapat kesempatan untuk belajar baha-

sa Arab, budaya Islam dan bahasa Inggeris. Yayasan Muslim Korea j u g a b e re n c a n a m e m b a ngun pusat budaya, sekolah menengah pertama dan bahkan perguruan tinggi Islam. Ba n y a k Mu s l i m Ko re a mengatakan, gaya hidup mereka yang berbeda membuat mereka agak tersisih dari masyarakat. Namun, kek h a w a t i ra n p a l i n g b e s a r mereka rasakan adalah sikap curiga yang ditujukan pada mereka setelah serangan 11 September 2001. Syafri/Wkped

Ulama Memberikan Ketentraman, Mengapa Alquran Mengajak Bukan Kegelisahan Orang Mukmin Berpuasa Tanggapan Terhadap Tulisan dr. Arifin S. Siregar (Waspada: Jum’at/15 Juni 2012)

Oleh Sholahuddin Ashani, M.S.I.

Oleh Achyar Zein

Dosen Fak. Ushuluddin IAIN SU, Staff Pengajar & Alumni PPMDH TPI

Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara

P

embahasan ini tidak membahas tentang Rasulullah saw mencium Hajar aswad dalam satu bab pengamalan hadis dha’if berdasarkan pertimkhusus (Lihat Muslim, al-Jami’ ash-Shahih, Bab Istihbab bangan fadilah ‘amal sebagaimana tema artikel Taqbil al-Hajar al-Aswad fi ath-Thawaf). Ditambah kemudian dengan riwayat dari Ibnu Abbas ra. bahwa Radr. Arifin S. Siregar (ASS) dengan judul “Wajarkah Ulama sulullah SAW bersada, “Demi Allah, Allah akan memMengamalkan Hadis Dhaif?” yang dimuat pada Mimbangkitkan Hajar Aswad ini pada hari qiyamat dengan bar Jum’at Waspada, 15 Juni 2012. Artikel ini berusaha memiliki dua mata yang dapat melihat dan lidah yang mengungkap beberapa ketidaktelitian ASS dalam dapat berbicara. Dia akan memberikan kesaksian kepada memberikan contoh amalan umat Islam berdasarkan siapa yang pernah mengusapnya dengan hak.” (HR dalil-dalil yang dia kemukakan. Ketidaktelitian dapat Tirmidzy, Ibnu Majah, Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Khumengakibatkan kegelisahan umat. Perlu dicatat, ulama zaemah, Ibnu Hibban, at-Thabrani, al-Hakim, al-Baimerupakan pewaris (ajaran) Rasulullah saw yang haqi). Syekh Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih menjadi tempat bernaung, sekaligus memberikan dalam kitab Shahih al-Jami’ NH. 2180, 5222 dan 6975. ketentraman beragama. Bilangan Raka’at Sholat Tarawih Penutup Do’a (Majelis) ASS mengecam pelaksanaan sholat tarawih 20 raka’at ASS menyatakan bahwa menutup do’a dengan pada bulan Rama-dhan dengan mengutip pendapat membaca ayat dari QS. ash-Shaffat: 180-182 “Subhana Syekh Albani ketika melakukan takhrij terhadap HR. alRabbika Rabbil Izzati ‘amma Yashifun, wa Salamun ‘alal Baihaqi. Sejatinya Mursalin, wal ada hadis yang diriHamdu Lillahi wayatkan Imam MaRabbil ‘Alamin” lik dalam al-Mudipandang me- Siapa saja yang menyangka bahwa wattha’, dariYazid bin rupakan perbuashalat malam di bulan Ramadhan Ruman, dia metan yang hanya ngatakan: “Dahulu b e r l a n d a s k a n memiliki batasan bilangan tertentu dari pada zaman Umar, kepada hadis dhaif orang-orang mesemata dan men- Rasulullah saw, sehingga tidak boleh laksanakan shalat jurus kepada pelebih atau kurang dari 11 raka’at, maka (tarawih) 23 raka’at di nyekutuan Allah bulan Ramadhan”. (syirik). ASS hanya sungguh dia telah keliru. Meskipun hadis ini menyebutkan saterkadang dipantu hadis saja dan dang lemah dengan beragam interplasi dan dakwaan, hadits tersebut dianggap dhaif. Perlu diketahui, Abu namun sesungguhnya hadis ini – tidak terbantahkan – Hatim tidak pernah meriwayatkan hadis ini, akan diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (Yazid bin Ruman) tetapi Abu Hatim men-takhrij hadis yang berkenaan dan dapat dijadikan hujjah. dengan perihal ini, yaitu pada riwayat Asbagh bin Ibnu Taimiyyah dengan objektif berpendapat dalam Nubatah dari Ali ra, dan ia menyatakan bahwa bilangan raka’at Tarawih yang diamalkan umat Islam Asbagh me-rupakan perawi layyinul-hadis (lemah). berkisar 13 atau 20 dan 39. 13 raka’at berdasarkan HR. Selanjutnya, memang terdapat beberapa Aisyah, 20 raka’at berdasarkan pelaksanaan jama’ah Taperiwayatan hadis mengenai khatamul majlis/shalat/ rawih pada masa Umar yang diimami oleh Ubay bin du’a dengan ayat QS. as-Shaffat: 180-182 yang dinyaKa’ab, sedangkan 39 berdasarkan amalan penduduk Matakan dhaif dan mursal. Akan tetapi, hendaknya lebih dinah (Ahl al-Madinah). Ibnu Taimiyyah menyatakan teliti sebelum menyatakan amalan ini tertolak. Terdapat ke-tiga bilangan raka’at tersebut semuanya baik (hasan). dua hadis shahih yang menyampaikan perihal amalan Rasulullah Saw tidak perah memberikan ketetapan yang ini. Hadis pertama adalah riwayat Imam at-Tirmidzi mengikat terkait jumlah raka’at shalat Tarawih. dalam Sunannya (lihat Sunan at-Tirmidzi, Nomor Hadis Ibnu Taimiyyah menambahkan, apabila ayat 299). Hadis ini dinyatakan shahih oleh Syekh Albani. Alquran yang dibaca panjang, maka cukuplah deHadis kedua merupakan riwayat al- Hafidz Abu Ya’la ngan jumlah raka’at yang lebih sedikit, begitu juga dalam Musnadnya dari Abu Hurairah ra, semua sebaliknya jumlah raka’at yang banyak berfungsi perawinya dinyatakan tsiqah (dipercaya) oleh almenggantikan bacaan ayat Alquran yang pendek Haitsami, maka hadis dinilai shahih (lihat Majma’ az(untuk memudahkan ma’mum). Oleh karena itu, Zawaid wa Manba’ al-Fawa’id, Nomor Hadis 2891). Ali siapa saja yang menyangka bahwa shalat malam di ash-Shabuni dalam kitab Mukhtasar Ibnu Katsir bulan Ramadhan memiliki batasan bilangan tertentu menyimpulkan bahwa setiap hadis dhaif yang dari RasulullahSaw, sehingga tidak boleh lebih atau berkenaan dengan perihal ini dapat dinyatakan shahih kurang dari 11 raka’at, maka sungguh dia telah keliru. (shahih li ghairihi) berdasarkan dua hadis shahih diatas. Pendapat ini dapat dilihat dalam Majmu’ al-Fatawa Dengan demikian, pengamalan QS. as-Shaffat: 180Ibnu Taimiyyah. 182 sebagai penutup do’a/majlis maupun bacaan setelah sholat berdasarkan kepada hadis shahih dan Penutup tidak melanggar syari’at. Mencium Hajar Aswad Banyak hadis shahih yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw mencium hajar aswad dalam pelaksanaan thawaf. Hadis Umar yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (lihat al-Bukhari, al-Jami’ ash-Shahih, No. Hadis. 1597), Imam Muslim juga meriwayatkan perihal

Ulama selaku pewaris ajaran Rasulullah hendaklah tidak menimbulkan keresahan dan kegelisahan, tetaplah berpegang teguh untuk memberikan ketena-ngan dan kesejukan bagi umat. Sebagaimana hakekat iba-dah adalah ketentraman jiwa, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram (Q.S. ar-Ra’d: 28).

H

ai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu supaya kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah ayat 183). Jika seseorang diperintahkan atau dilarang untuk mengerjakan sesuatu berarti ada indikasi pelanggaran terhadap perintah dan larangan tersebut. Selain indikasi ini, masih ada indikasi yang lain yaitu adanya kekhawatiran bahwa manusia yang menjadi sasaran perintah dan larangan akan melorot ke tingkat yang paling buruk. Indikasi kedua kemungkinan ini dapat dilihat dari jumlah perintah dan larangan yang harus diindahkan. Orang Mukmin dalam hal ini seolah-olah dikepung dengan berbagai perintah dan larangan supaya mereka stabil di dalam kemukminannya. Jika tidak, maka orang Mukmin dapat tercerabut nilai-nilai keimanannya. Untuk mengantisipasi kedua kemungkinan di atas maka Alquran membuat dua pola dalam setiap perintah dan larangannya. Pertama, tegas dalam menetapkan perintah dan larangan serta diiringi dengan ancaman-ancaman. Kedua, lemah lembut ketika menetapkan perintah dan larangan dan diiringi dengan bujuk dan rayu. Contoh pola pertama, orang Mukmin diperintahkan menjauhi sifat buruk sangka dengan ancaman memakan bangkai saudaranya sendiri (QS. al-Hujurat ayat 12). Adapun contoh pola kedua dapat dilihat pada kewajiban puasa dengan ajakan yang lemah lembut dan kemudian diiringi dengan bujuk dan rayu. Setiap ayat Alquran, apabila diawali dengan kalimat ya ayyuhallazina amanu (wahai orangorang yang beriman) maka kalimat sesudahnya adalah perintah dan larangan yang harus diindahkan oleh orang Mukmin. Kalimat ini dijumpai sebanyak 89 (delapan puluh sembilan) kali di dalam Alquran. Perintah dan larangan yang

ditujukan kepada orang Mukmin dapat dijadikan pisau analisis tentang kedudukan mereka dalam pandangan Alquran. Paling tidak, ada dua analisis yang dapat dikemukakan ketika Alquran memanggil orang Mukmin untuk mengindahkan perintah dan larangannya. Pertama, harapan yang tinggi kepada orang Mukmin bahwa merekalah yang mau mengindahkan perintah dan larangan tersebut untuk menaikkan peringkat mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Kedua, posisi orang Mukmin masih belum stabil sehingga Alquran merasa perlu

melakukan hal-hal yang dilarang di dalam Alquran. Dalam QS. alHujurat ayat 9 disebutkan bahwa orang Mukmin masih mau berperang dengan sesama mereka. Padahal, berperang dilarang oleh Alquran kecuali dengan alasan yang legal. Kemudian Alquran menyuruh orang Mukmin dalam QS. alTahrim ayat 8 agar bertaubat kepada Allah dengan taubat nashuha supaya dosa-dosa mereka dihapuskan (QS. al-Tahrim ayat 8). Kalimat “penghapusan dosa” menunjukkan bahwa orang Mukmin tidak secara otomatis steril dari dosa dan kesalahan.

Kalimat “jika kamu mengetahui” menunjukkan bahwa posisi orang Mukmin belum stabil karena ada yang tidak mengetahui manfaat puasa membentengi mereka agar tidak turun kepada peringkat kafir. Menurut Ibnu Katsir, sasaran ayat di atas ditujukan kepada orang Mukmin dengan memerintahkan mereka agar berpuasa. Puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama dengan niat yang ikhlas. Adpun tujuannya untuk men-sucikan diri dari pergaulan yang rendah dan akhlak yang hina. Pendapat Ibnu Katsir ini menunjukkan bahwa orang Mukmin masih memiliki sifat-sifat yang buruk. Mereka disuruh berpuasa untuk meninggalkan sifatsifat buruk tersebut. Sekiranya mereka tidak berpuasa atau berpuasa tetapi tidak mencapai hakikat puasa maka sifat buruk tersebut tetap mengkristal di dalam diri mereka. Pada ayat yang lain (QS. alNisa’ ayat 29), orang Mukmin dilarang memakan harta sesama secara illegal. Larangan ini menunjukkan adanya indikasi bahwa orang Mukmin masih mau memakan harta secara illegal. Adanya indikasi yang seperti ini menyebabkan Alquran membuat larangan kepada mereka. Atribut mukmin belum merupakan jaminan untuk tidak

Tiga contoh yang dikemukakan oleh Alquran di atas dapat dijadikan sebagai dalil bahwa predikat Mukmin masih berada pada posisi yang labil. Predikat ini hanya setingkat di atas kafir yang bila mereka melakukan larangan atau meninggalkan suruhan maka posisinya pada saat itu adalah kafir. Pada posisi yang labil seperti ini perlu pembenahan-pembenahan yang salah satu di antaranya adalah puasa. Bagi Alquran, puasa adalah terapi yang cukup baik bagi orang Mukmin untuk meningkatkan identitas ke jenjang taqwa. Urgensi melakukan peningkatan identitas ini menunjukkan bahwa posisi Mukmin masih rawan. Ketika Alquran membuat semacam analogi dengan umatumat terdahulu tentang kewajiban melaksanakan puasa, ada indikasi bahwa orang Mukmin merasa keberatan mengerjakan puasa. Dengan adanya indikasi ini menyebabkan Alquran merasa perlu memberikan motivasi, analogi dan imbalan. Salah satu motivasi Alquran kepada orang Mukmin pada kewajiban puasa dapat dilihat pada pernyataan “puasa itu lebih baik

bagi kamu jika kamu mengetahui” (QS. al-Baqarah ayat 184). Kalimat “jika kamu mengetahui” menunjukkan bahwa posisi orang Mukmin belum stabil karena ada yang tidak mengetahui manfaat puasa. Sekiranya posisi Mukmin d a l a m p a n d a n g a n A l q u ra n adalah posisi yang sudah stabil maka Alquran tidak perlu membuat semacam motivasi, analogi dan imbalan. Karena, setiap perintah yang tertera di dalam Alquran sudah pasti baik sehingga pe-rintah tersebut tidak lagi dipandang sebagai kewajiban tetapi sebagai kebutuhan. Orang Mukmin belum sampai ke tingkat ini dan masih perlu dibujuk dan dirayu untuk melakukan sesuatu padahal yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Disinilah Alquran merasa perlu mengajak mereka melakukan dan meninggalkan sesuatu lengkap dengan berbagai argumentasi. Banyaknya perintah dan larangan yang ditujukan kepada orang Mukmin dapat dijadikan alasan bahwa level Mukmin ini pada hakikatnya masih rendah. Oleh karena itu, seruan Alquran yang sebanyak 89 (delapan puluh sembilan) kali kepada orang Mukmin adalah sebagai sarana untuk peningkatan diri salah satu di antaranya puasa. Perintah puasa ini hanya salah satu terapi di antara beberapa terapi yang lain tetapi memiliki nilai plus. Apabila puasa dikerjakan dengan baik maka terapi-terapi yang lain akan mudah include ke dalamnya. Diduga kuat alasan inilah yang membuat Alquran mengajak orang Mukmin untuk mengerjakan puasa. Melalui puasa yang baik, seorang Mukmin punya harapan untuk meningkatkan level dirinya ke jenjang yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika orang Mukmin gagal mendapatkan substansi puasa maka dapat dipastikan levelnya akan anjlok ke tingkat yang terendah sehingga mereka tak segan melakukan korupsi meskipun dia berpuasa.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.