Waspada, Jumat 5 Maret 2010

Page 28

Mimbar Jumat

WASPADA Jumat 5 Maret 2010

Asuransi Syariah Mubarokah Untung Bermitra Dengan BMI ASURANSI Syariah Mubarokah beruntung bisa bermitra dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI), melalui kerjasama dengan BMI, Asuransi Syariah Mubarokah dengan mudah melakukan bancasurance terhadap produk asuransinya. Hal ini terjadi pada produk tabungan haji Arafah dimana Asuransi Syariah Mubarokah sebagai mitra BMI. Direktur Retail Banking BMI, Adrian A Gunadi, mengatakan, bahwa dipilihnya Asuransi Syariah Mubarokah sudah melewati banyak proses dan asuransi tersebut ternyata juga sabagai salah satu asuransi yang memperoleh tender ijin dari Departemen Agama dalam mengurusi asuransi ibadah haji. “Itu alasan kami kenapa memilih asuransi syariah Mubarokah sebagai mitra kami,” ujarnya Adrian di Jakarta, kemarin. Meski demikian, Adrian tak memberikan rasa pesimis pada asuransi lain untuk bermitera dengan BMI, karena masih banyak pengembangan bisnis BMI yang bisa disinergikan dengan asuransi lain selain Mubarokah. Dalam produk tabungan haji Arafah, untuk nasabah tabungan Arafah reguler akan memperoleh asuransi jiwa, sedangkan nasabah Arafah Plus akan mendapat asuransi jiwa dan asuransi kesehatan saat berada di tanah suci. “Kedepannya kami akan mengajak ansuransi lainnya dalam mengembangkan produk tersebut,”kata Adrian Saat ini jumlah nasabah tabungan Arafah sebanyak 50 ribu orang dengan volume dana Rp250

miliar Hal ini sangat menarik bagi kedua belah pihak dalam memanfaatkan dana tersebut dalam bisnis syariah Bank Muamalat juga kembali mendapat predikat sebagai Bank Syariah Terbaik di Indonesia. Penghargaan Kali ini diberikan Islamic Finance News (IFN) kemarin, (Rabu, 3/3), bertempat di Mandarin Oriental, Kuala Lumpur, Malaysia. Penghargaan diserahkan oleh Managing Director and Publisher Islamic Finance News, Andrew Morgan kepada Direktur BMI Arviyan Arifin. “Bank Muamalat berterimakasih dan tidak akan melewatkan kepercayaan ini, kedepan kami akan terus meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan demi kepuasan nasabah dan stakeholders,” ujar Arviyan dalam siaran persnya. Sebelumnya, BMI juga mendapatkan predikat serupa yaitu sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia dari Global Finance yang berbasis di New York serta sebagai Best Islamic Finance House in Indonesia dari Alpha South East Asia yang berbasis di Hong Kong. Tepat sepekan lalu, (24/2) BMI mendapatkan IBLA award dari

Istri Gugat Cerai Suami Karena Sadar Hukum ● Tapi Sabar Dulu PERCERAIAN merupakan perbuatan halal namun tidak disukai Allah SWT. Hari ini jumlah perkara perceraian (Islam) yang masuk ke pengadilan agama, semakin meningkat. Banyak penyebabnya kenapa suami hendak menceraikan (men-talaq) istrinya, atau istri meng-gugat cerai suaminya. Umumnya masalah yang menimpa pasangan suami istri adalah campur tangan pihak ketiga misal mertua, pria idaman lain (PIL), wanita idaman lain (WIL), kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) fisik, psikis, penelantaran rumah tangga, masalah ekonomi, perselisihan/percekcokan terus menerus, terlibat narkoba, atau pidana lainnya. Menurut advokat Zulham Effendi Mukhtar, SH., CN, dari kantor hukum AL-HAKIM di Jalan Pasundan Medan, Kamis (4/3) bahwa dewasa ini meningkatnya angka perceraian utamanya gugat cerai yang dilayangkan oleh seorang istri terhadap suaminya di pengadilan agama, antara lain disebabkan semakin meningkatnya kesadaran hukum kaum perempuan. “Pendidikan kaum wanita semakin tinggi sehingga kesadaran hukumnya juga meningkat, kaum wanita semakin sadar akan hakhaknya sehingga tidak mau lagi tertindas atau diperlakukan secara sewenang-wenang,”ujar Zulham Effendi Mukhtar. Dari sisi lain, dengan meningkatnya pendidikan juga telah terbentuk kemandirian kaum wanita dari segi ketegaran jiwa maupun segi ekonomi, karena mereka bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri. Tentang gugatan perceraian yakni yang diajukan oleh istri terhadap suaminya, diatur di dalam Pasal 132 hingga Pasal 148 Kompilasi Hukum Islam (KHI). “Gugat cerai juga merupakan bukti keberanian dan kemandirian wanita mengambil sikap,”ujar Zulham Effendi Mukhtar, yang merupakan salah seorang pendiri kantor hukum AL-HAKIM ini. Dikatakannya pula, hendaknya meskipun sudah terjadi perceraian antara pasangan suami istri, silaturrahim perlu tetap dijaga dengan sebaikbaiknya, terlebih bagi pasangan yang mempunyai anak. Jangan sampai garagara perceraian orang tua, menimbulkan kehancuran terhadap kebahagiaan dan masa depan anak. Anak yang masih di bawah umur atau belum mumayyiz yakni usia 12 tahun ke bawah, oleh hukum mengatur hak pengasuhan atau hadhanah diserahkan pada ibu atau keluarga ibunya, sedangkan biaya perawatan/pengasuhan ditanggungjawabi oleh si ayah. Hal paling penting hendaknya pertemuan antara anak dengan kedua orang tuanya jangan dihalangi atau dibatasi, yang terpenting adalah anak tetap mempunyai kebebasan bertemu, berkomunikasi dengan ayah dan ibunya. Karena tidak ada mantan ayah atau mantan ibu. Tapi sebelum ke pengadilan agama, hendaknya istri bersabar dulu, kata Zulham. H. Abdul Hadi Lubis, SH: Sabar dulu Akan tetapi sebelum melangkah ke pengadilan agama mengajukan gugat cerai, menurut advokat H. Abdul Hadi Lubis, SH., meski hukum nasional dan hukum Islam membolehkan istri gugat cerai, namun kaedah hukum cerai ini janganlah dipermudah dengan perselisihan rumah tangga yang ringan saja langsung istri gugat cerai. “Harus dipahami bahwa perceraian merupakan awal kemelut rumah tangga, bukan solusi, sebaiknya istri istiqomah dan sabar, tanamkan dalam diri bahwa cerai bukan jalan terbaik menyelesaikan pertengkaran dalam rumah tangga, upayakan cari Al Hakam yang beriman dan berilmu untuk sharing dan konsultasi rumah tangga, jangan langsung ambil jalan pintas cerai di pengadilan agama,”ujar Abdul Hadi Lubis. Menurut dia pula, istri yang baik dari sudut pandang agama adalah ridha dan sabar dalam menghadapi cobaan, berusaha terus, pasti Allah Swt memberi jalan kemudahan dan keluar dari kesulitan. Baca surah At Thalak surat Seribu Dinar, katanya.● Erma Tarigan

Dekan Fakultas Syariah IAIN-SU

Temu Ilmiah Nasional Temu Ilmiah Nasional (Temilnas) IX Forum Silaturrahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI) dengan tema Revitalisasi Entrepreneurship Umat untuk Indonesia Sejahtera. Kegiatan ini dilaksanakan selama empat hari (01-04 Maret 2010), yang dipercayakan kepada IAIN-SU sebagai tuan rumah. Acara ini dihadiri hampir 200 perwakilan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia. Acara pembukaan Temilnas yang bertempat di Asrama Haji Medan ini dibuka oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho dan didampingi oleh Rektor IAIN-SU. Prof. Dr. Nur. A. Fadhil Lubis, MA dan Dekan Fakultas Syari’ah DR. HM. Jamil, MA, (foto). Hadir dalam acara nasional ini guru besar ekonomi Islam Prof. Dr. Amiur Nuruddin, MA, Pembantu Rektor IV IAIN-SU Prof. Dr. Ramli Abd. Wahid, MA, pihak bank-bank syari’ah. Dekan Fakultas Syari’ah merasa gembira karena Rektor maupun wakil gubernur menyempatkan diri hadir dalam acara ini di tengah kesibukan mereka yang cukup banyak. Bahkan keduanya, memberi apresiasi yang besar kepada panitia, khususnya mahasiswa dari jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Syari’ah IAIN-SU. Ketua Jurusan Ekonomi Islam Drs. Azhari Akmal Tarigan, MA, cukup berperan aktif dalam mensukseskan acara ini. Menariknya, kata Dekan Fakultas Syari’ah, Rektor IAIN-SU maupun wakil Gubernur Sumut, menyambut baik acara ini. Sekaligus keduanya, mengharapkan lahirnya wawasan baru, interpreneur handal di masa mendatang. Fakultas Syari’ah merasa bangga karena dapat berperan dan memberi kontribusi dalam acara berskala nasional kata DR. HM. Jamil, MA. (rel/m21).

Markplus Insight untuk kategori Best Islamic Saving Account. Markplus Insigt memilih 6 variabel yang merepresentasikan loyalitas nasabah, yaitu Transaction (Customer Satisfaction), Relationship (Customer Retention), Partnership (Migration Barrier) dan Ownership (Customer Enthusiasm). Untuk survey ini Markplus Insight melibatkan lebih dari 2900 responden di 6 kota besar yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan dan Makassar. Saat ini, BMI telah melakukan reformasi pelayanan dengan bentuk FAST Service yang merupakan akronim dari Friendly, Accessible, Secure and To Your Need. “Alhamdulillah, sejak berdiri dan sempat dibayangi dua krisis, prestasi Bank Muamalat tidak sebatas sebagai pioner dan katalisator, namun juga tetap menjadi yang terbaik,” ujar Corporate Secretary Head BMI, Delyuzar Syamsi. Sementara itu pengelolaan bisnis Jasindo Takaful merupakan suatu wujud komitmen perusahaan dalam memberikan pelayanan bagi para pelanggan yang berbasiskan Syariah Islam, dimana Jasindo Takaful berada dibawah supervisi Unit Usaha Takaful

(UUT) yang dibentuk sesuai Surat Keputusan Direksi SK. No. 023/ DMA.115/XI/2008 tanggal 10 November 2008 serta dibawah pengawasan Dewan Pengawas Syariah (DPS) Jasindo Takaful. Saiful Bachri, Marketing Manager Jasindo takaful mengatakan bahwa portofolio tahun ini akan lebih diarahkan pada pengembangan produk asuransi kepada perbankan, broker syariah dan channel distribusi baru. “Ya, tahun 2010 ini kita fokus kepada pembukaan channel distribusi dan cabang baru,” ujar Saiful. Sementara, menurut Saiful, Kantor Cabang Jasindo Takaful yang telah beroperasi sejak tahun 2003 hingga tahun 2008, telah memasarkan produk-produk asuransi Syariah yang tersebar di seluruh Kantor Cabang Asuransi Jasindo dan telah bekerjasama baik dengan pihak perbankan Syariah di Indonesia.Terdapat 49 Kantor Cabang dan 39 Kantor Penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia dan 1 Kantor Cabang di luar negeri yaitu Kantor Cabang Labuan, Malaysia. “Unit Usaha Takaful sebagai wujud kesungguhan manajemen untuk menggarap peluang pasar Syariah nasional. Unit ini bertujuan untuk memudahkan dan menangani permasalahan bisnis Syariah yang benar-benar independen dari bisnis konvensional yang sudah ada. Kerja keras dan promosi terpadu akan mendukung pengembangan market Jasindo Takaful.” tutup Saiful.(m13)

Membersihkan Jiwa Melalui Konsep Kewahyuan DZIKIR dan tausiyah di Masjid Agung Ahad (7/3),jam 07.30 membicarakan dan membahas bagaimana membersihkan jiwa melalui konsep kewahyuan. Intinya bagaimana Islam sangat menganjurkan agar setiap muslim senantiasa berdzikir kepada Allah Swt dan sebagai makhluk sosial hidup bermasyarakat dengan saling menolong. Konsep ini akan disampaikan AlUstadz Abdurrahim Gea, MA (foto). Disampaikan pula bahwa yang membedakan ummat Islam dengan ummat yang lainnya adalah ketaqwaan sebagai pembuktian atas keimanan kepada Allah Swt dan dzikrullah merupakan jalan untuk mencapai ketaqwaan tersebut. “Mari jadikan ibadah dzikir sebagai kebutuhan bukan sebagai kewajiban. Dengan demikian dalam menjalani setiap aktivitas kehidupan yang penuh dengan godaan dan cobaan dapat dihadapi dengan penuh keikhlasan”. Al-Ustadz Gea menambahkan dalam tausiyah-nya nanti akan menyampaikan beberapa materi tentang pembagian jiwa (an-nafs) antara lain adalah : (1) nafsul amarohul bissu’il yaitu nafsu pen-dorong untuk melakukan kejahatan, (2) nafsul lawu amah (men-celah) yaitu sudah tahu salah tetapi tidak dapat membendungnya, (3) nafsul mul hammah yaitu terilhami untuk menyerap prinsip-prinsip kebaikan, (4) nafsul mut mainnah (tenang), (5) nafsul rodhia yaitu jiwa yang ridho, (6) nafsul mardiah yaitu jiwa yang berbahagia, (7) nafsul sofiah yaitu jiwa yang murni yang mengantar menjadi insan kamil (sempurna). Kegiatan Majelis Dzikir Az-Zikra Sumut pimpinan H. Rizal Mahaputra ini akan menggelar dzikir bersama. Sekaligus ceramah agama berjudul “Implementasi peringatan Maulid dalam upaya membersihkan jiwa melalui konsep ke-wahyuan (al-Quran)” Firman Allah Swt dalam al-Quran : “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS. Asy-Syams [91] : 9-10). (rel) Seperti biasa acara ini diawali dengan shalat sunnah Tasbih dan dilanjutkan dengan dzikir bersama yang dipimpin langsung H. Rizal Mahaputra Ketua Az-Zikra Sumut dilanjutkan dengan doa oleh HM. Saleh Daulay, S.Hi. Sebelum mendengarkan tausiyah oleh al-ustadz Abdurrahim Gea dikumandangkan ayat-ayat suci al-Qur’an oleh alhafiz Saleh Daulay, S.Hi.(m36)

KBIH Mahyuddiniyah Gelar Manasik KELOMPOK Bimbingan Ibadah Haji Mahyuddiniyah Jalan Mandala By Pass mulai menggelar kegiatan manasik haji, sejak Minggu 7 Maret mendatang. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Pimpinan KBIH KH Mahyuddin Nasution yang dihadiri lebih 100 orang jamaahnya. Menurut KH Mahyuddin, kegiatan manasik tahun ini lebih difokuskan pada aspek tiori dan praktik secara berjenjang. Para pembimbing, kata Mahyuddin, adalah mereka yang memiliki pengetahuan di bidang manasik dan haji sehingga mempermudah jamaah mendaPatkan ilmu dan mengamalkannya. “Tahun ini, peserta manasik diperkirakan lebih dari 100 orang. Kegiatan l dilaksanakan di kediaman saya Jalan Pukat III No 50 Medan. Saya berharap pelaksanaan manasik ini tidak mengalami kendala dan diharapkan semua jamaah yang sudah bergabung dalam KBIH ini bisa mengikuti kegiatan manasik sehingga memudahkan mereka melaksanakan ibadah haji tahun ini,” kata Mahyuddin. Dia berharap para jamaah yang sedang manasik ini seluruhnya bisa berangkat tahun 2010. Persiapan mereka untuk melaksanakan ibadah serta hal yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji maupun hal yang diperlukan saat berada di tanah suci dan bekal pengetahuan, amalan serta trik khusus agar tidak ada yang sulit dalam pelaksanaan ibadah akan disampaikan dalam kegiatan manasik. “Menurut mereka bergabung disini tidak ada masalah, saat mengikuti manasik maupun saat berada di tanah suci ketika melaksanakan ibadah haji. Demikian pula saat melaksanakan berbagai kegiatan perjalanan ke berbagai tempat di tanah suci, tidak ada yang komplain,” kata Nur calon jamaah yang akan berangkat tahun ini.(m36)

Waspada/Anum Saskia

KH Mahyuddin Nasution memberikan ceramah bagi peserta manasik dan anggota pengajian di kediamannya belum lama ini.

C8

Memimpikan Bank Bebas “Moral Hazard” Oleh Mustafa Kamal Rokan Hiruk pikuk kasus penggelontoran dana bail out bank Century belum berakhir hingga saat ini. Bahkan, kasus ini telah menjalar ke ranah politik tingkat tinggi. Tak tanggung-tanggung, Wakil Presiden dan salah satu menteri juga terjerat perkara yang sudah diperiksa oleh panitia khusus hak angket DPR. Penggelontoran dana talangan (bail out) sebanyak Rp. 6,7 triliun disinyalir dilakukan tanpa dasar yang kuat secara hukum, tak hanya itu pemberian dana itu juga tercium kuat mengalir untuk kepentingan politik tertentu dengan menggunakan fasilitas pendanaan jangka pendek(FPJP) dan bail out. Pansus DPR pun terbelah melihat kasus ini, ada yang mengatakan hal itu adalah kebijakan yang tepat dalam rangka menghindari dampak krisis perbankan secara sistemik, ada pula yang mengatakan kebijakan tersebut jelas-jelas melanggar aturan dan sarat dengan kepentingan kelompok ter-tentu untuk mendapatkan dana yang begitu besar. Terlepas dari pendapat panitia khusus DPR yang sesungguhnya masuk dalam ranah politik, namun yang jelas kasus bank Century adalah satu diantara ribuan kasus bank yang terkena penyakit “moral hazard” dalam dunia perbankan. Bahkan, kasus ini bukanlah hal yang baru dalam dunia perbankan kita, tentu kita masih ingat dengan kasus perbankan yang maha dahsyat lewat modus “Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)” senilai Rp. 600 trilliun pada tahun 1998?. Kasus perbankan “super dahsyat” itu tidak hanya merugikan sendisendi perekonomian kita dalam rentang yang panjang, tetapi juga menjadikan negeri ini terikat dengan kepentingan asing dan seterusnya. Tentu ribuan kasus lagi terkait dengan moral hazard dalam dunia perbankan dapat diurutkan terjadi dalam dunia perbankan Indonesia. Sampai-sampai program dana bergulir untuk kelompok kurang mampu dan daerah tertinggal seperti Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Candak Kulak (KCK), Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Investasi Kecil (KIK) yang disponsori oleh pemerintah menyisakan kredit macet dalam skala yang masif. Inilah yang menjadi malapetaka kondisi perbankan kita sehingga berdampak terhadap perkembangan ekonomi. Secara sederhana moral hazard dapat diartikan sebagai tindakan yang melanggar nilai-nilai moral dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai bankir. Nilai-nilai moral ini tidak hanya terpaku menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, namun juga melanggar “ketentuan-ketentuan nurani” seorang manusia yang menjalankan amanah. Dalam dunia perbankan, secara teoritis fungsi bank sangatlah mulia, yakni sebagai lembaga intermediasi dana dari orang yang mempunyai surplus of fund kepada pihak yang lack of fund. Lebih dari itu, idealnya bank berfungsi untuk meningkat kesejahteraan taraf hidup masyarakat. Fungsi jelas temaktub dalam pasal 1 butir 1 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan merumuskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Perbankan Dalam Islam Jika kita memperhatikan tugas perbankan sebagai “mediator” antara orang yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan kekurangan dana (lack of fund) sungguh tugas ini telah tersirat dalam Al-Quran. Bahwa orang yang mempunyai kelebihan dana dan kekurangan dana adalah sunnatullah yang membuat sistem hidup manusia. AlQuran menyebutkan bahwa kaya–miskin adalah cara Tuhan untuk membuat sebuah sistem dalam kehidupan. Keduanya merupakan perangkat dari sistem itu sendiri, ketiadaan yang satu akan menafikan yang lainnya. Dengan bahasa sederhana, tidak akan ada orang kaya tanpa orang miskin, dan orang miskin membutuhkan orang kaya sebagai “sumber” rezekinya”. Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar

sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. (QS. 43:32). Ayat di atas menyiratkan kepada kita bahwa perlu menciptakan sistem tersendiri dalam menjembatani orang yang kaya dengan orang miskin untuk menciptakan keharmonisan dan kemakmuran dunia. Dengan kata lain, Allah memberikan sinyalemen kepada manusia untuk membuat suatu sistem intermediasi untuk menghubungkan orang yang kelebihan dana dengan kekurangan dana untuk menciptakan sistem keuangan manusia. Asas Ta’wun dan Kerjasama Selanjutnya, Allah memberikan seperangkat alat “kontrak” yang dapat dilakukan manusia dalam menciptakan sistem keuangan tersebut. Itulah sistem kontrak yang terdapat dalam fiqh muamalah seperti mudharabah, musyarakah, muzara’ah, hiwalah, kafalah dan seterusnya. Yang ingin ditegaskan dalam tulisan ini adalah, semua jenis kontrak dalam Islam berlandaskan dua hal penting sebagai dasar berlakunya kontrak secara teknis yakni saling tolong-menolong (ta’awun) dan kerjasama (musyarakah). Sungguh, inilah sistem yang dapat menghilangkan atau minimalisir sistem perbankan yang dipenuhi moral hazard. Mengapa?, mari kita lihat dua landasan kontrak dalam Islam di atas. Pertama, landasan kontrak dalam Islam dilandasi ruh kerjasama (ta’awun). Landasan ini akan menjadikan pelaku bank (bankir) bekerja tanpa interest (kepentingan) untuk merugikan orang lain. Lebih dari itu, kontrak yang dilakukan tentu bukan bermotif capital oriented, namun lebih kepada saling membantu dengan melakukan pemberdayaan nasabah sehingga mencapai kebahagiaan bersama. Inilah sesungguhnya yang sangat kontradiktif dengan “idiologi” perbankan kapitalisme yang berlandaskan keuntungan an sich. Maka tak heran, jika dana simpanan ataupun kuncuran dana yang diberikan bank kepada nasabah hanya didasarkan kepada keuntungan kapital saja, tidak perduli apakah nasabah yang meminjam uang berhasil menggunakan dana yang diberikan atau tidak, yang penting bank mendapatkan keuntungan dari bunga yang telah ditetapkan. Kedua, ciri khusus kontrak dalam Islam adalah didasar prinsip kerjasama. Prinsip ini menjadikan hubungan kontrak antara dua pihak pada posisi yang sejajar adil adil. Disebut sejajar, sebab diantara kedua belah pihak tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah. Justru, jika dikaitkan dengan landasan kontrak dengan prinsip ta’awun, kedua belah pihak sungguh saling membantu. Landasan ini akan menjadikan kontrak menjadi adil dan fair. Sebab keberhasilan satu pihak menjadi keberhasilan pihak lain, sedangkan kegagalan satu pihak menjadi kegagalan bersama. Jika prinsip ini digunakan secara utuh maka secara otomatis akan dapat menghapuskan moral hazard diantara para bankir dan nasabah. Pihak bank mempunyai tanggungjawab dan berkepentingan akan keberhasilan dana yang dikuncurkan kepada pihak nasabah, sebab keuntungan pihak bank berasal dari keberhasilan nasabah dengan pola bagi hasil. Nah, dalam konteks inilah jika memimpikan bank yang bebas dari “moral hazard” maka sistem kontrak Islam adalah jawabannya. Tentu, konsep ini bukan hanya dalam tataran teoritis, namun harus dijalankan secara utuh, bukan setengahsetengah, atau malah masih hanya dijadikan sebagai “simbol belaka”. Kita masih banyak menemukan perbankan Islam yang hanya mengeksploitasi “nama syariah” sebagai branding, namun pelaksanaannya tak jauh beda dengan sistem bank konvensional, alias ganti baju saja. Jika ini dibiarkan, maka bank syariah yang berkeadilan itu juga menjadi bagian dari sebuah mimpi saja, yakni mimpi bank yang bebas moral hazard. Wallahu’alam. ● Penulis adalah: Dosen Hukum Bisnis Fak. Syariah IAIN-SU dan STIH Graha Kirana .

Istri Gugat Cerai Suami Potret Dangkalnya Pemahaman Islam Membina rumah tangga sakinah (tidak ribut/cekcok), mawaddah (saling memberi kasih sayang), dan warohmah (mendapat berkah Allah) merupakan dambaan umat Islam, khususnya pasangan suami-istri yang paham syariat Islam. Oleh karena itu, kasus istri menggugat cerai suaminya cukup memprihatinkan, apalagi terjadi di kalangan orang berpendidikan tinggi. Menurut ustadz Drs H Amhar Nasution, MA, istri perlu memahami ‘’sighat taqlid’’ atau janji suami, di mana disebutkan apabila suami meninggalkan istri dua tahun lamanya istri tidak rela, atau suami tidak memberi nafkah selama tiga bulan lamanya, atau suami menyakiti fisik istri, mengajak mensirikkan Allah, tidak memedulikan istri enam bulan lamanya maka istri berhak memperoleh cerai walau suaminya tidak mau menceraikannya dengan membayar sejumlah uang iwat kepada KUA. ‘’Istri yang beriman harus sadar bahwa dalam mencari ridha Allah ia melakukan aqad nikah. Ayahnya menyerahkan anak perempuannya kepada seorang laki-laki, maka fungsi suami adalah pendamping istri dan penerima amanah, pengganti ayah bagi istrinya,’’ ujar Amhar Nasution yang aktif berceramah hingga ke Jakarta. Mengutip sabda Rasulullah SAW, seandainya istri-istri berta-

nya kepadaku, adakah Tuhan kedua yang harus disembah setelah Allah SWT? Seandainya ada dia adalah suamimu. ‘’Suami – istri perlu meningkatkan komunikasi dan saling menghargai. Jangan gara-gara kecil, cekcok sebulan rusak hubungan yang sudah dibina puluhan tahun. Istri perlu meng-

hargai jeri payah suami dan menjaga kehormatan keluarganya, demikian Ustadz Amhar yang baru kembali dari Jakarta menemui tokoh nasional, termasuk mantan ketua Mahkamah Agung Prof Bagir Manan yang juga Ketua Dewan Pers yang baru menggantikan Prof Ihsanul Amal.(m03)

Ustadz Amhar Nst bersama Prof Bagir Manan usai menyerahkan buku ‘’Aborsi di Mata Kapitalisme dan Islam’’. (foto: ist).


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.